Lawan Islam Konservatif, 13.000 Pria Tajikistan Dipaksa Cukur Jenggot

DUSHANBE, Tajikistan - JUNE 11: Muhammed Ziyo, 26, a day laborer, poses with other day laborers in the background on a street corner in the 82nd district of Dushanbe on June 11, 2015. Ziyo and the others used to work in Russia, but the cost of securing a work permit now make returning all but impossible. (Photo by Karoun Demirjian / The Washington Post)

KHATLON | Sumut24

Otoritas Tajikistan terungkap pada 2015 memaksa 13 ribu pria dewasa memotong jenggotnya yang dianggap terlalu panjang dan tak terurus. Tindakan itu dilakukan sebagai bagian dari kampanye polisi untuk membasmi Islam konservatif yang didapat dari pengaruh asing.

Demi membasmi paham Islam konservatif, polisi di Tajikistan harus bekerja lembur untuk mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini dilakukan agar rakyat dapat hidup sesuai gagasan pemerintah tentang nilai-nilai tradisional Tajikistan. Bekas wilayah jajahan Uni Soviet itu dikenal sebagai negara sekuler meski mayoritas penduduknya menganut agama Islam.

“Kesukesan” itu diceritakan oleh Kepala Polisi Provinsi Khatlon Bahrom Sharifzoda dalam sebuah konferensi pers pada Selasa 19 Januari. Sebanyak 12.818 pria dengan jenggot yang tidak memenuhi kualifikasi “ditertibkan”. Bahrom sendiri dengan bangga memperlihatkan jenggotnya yang sudah tercukur rapi.

Tidak hanya para pria, tetapi juga para perempuan menjadi sasaran. Sekira 1.800 perempuan diberi pemahaman agar mereka tidak mengenakan kerudung atau jilbab. Lebih dari 150 toko yang menjual jilbab ditutup dan 89 PSK berjilbab ditangkap. Para perempuan dianjurkan untuk tidak mengenakan jilbab karena akan dianggap sebagai alien di Tajikistan.(dtc)