Polda Sumut Pastikan Ibadah Natal Berjalan Aman, Ribuan Jemaat Gereja di Medan Dijaga Ketat
Polda Sumut Pastikan Ibadah Natal Berjalan Aman, Ribuan Jemaat Gereja di Medan Dijaga Ketat
kota
Baca Juga:
JAKARTA- Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas), Sutrisno Pangaribuan, menuding Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melempem dalam menangani kasus dugaan korupsi pembangunan jalan di Sumatera Utara (Sumut) yang menyeret lingkar kekuasaan Gubernur Bobby Nasution.
Menurutnya, keberanian KPK hanya terlihat saat memamerkan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pejabat kecil, sementara kasus besar seperti dugaan keterlibatan Rektor USU Muryanto Amin dan Dedy Rangkuti justru mandek.
"Harun Masiku saja bisa terus diumbar, Nazaruddin berhasil dipaksa pulang dari luar negeri. Tapi menghadirkan Muryanto Amin dan Dedy Rangkuti ke KPK saja mereka tidak mampu. Ada apa dengan KPK hari ini?," kata Sutrisno dalam wawancara bersama Kornas, Sabtu (6/9).
Sutrisno menilai OTT terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer alias Noel hanya dijadikan pengalihan isu.
Publik, kata Sutrisno, dipaksa fokus ke kasus pemerasan sertifikasi K3 yang nilainya kecil, sementara kasus besar di Sumut yang melibatkan menantu Jokowi dan lingkarannya dibuat stagnan.
"OTT Noel memang heboh, tapi itu cuma gula-gula. Di baliknya, KPK tidak berani menyentuh Geng Medan," ucapnya.
Kornas mencatat, meski sudah 42 saksi diperiksa dalam perkara yang menjerat mantan Kepala Dinas PUPR Sumut Topan Obaja Putra Ginting, kasus tidak berkembang sama sekali.
Bahkan, Muryanto Amin yang jelas disebut bagian dari circle Topan dan Bobby, tak kunjung dipanggil ulang setelah mangkir dari pemeriksaan pertama.
"Ini jelas preseden buruk. Saksi kunci bisa mangkir tanpa konsekuensi. Bayangkan, kalau masyarakat biasa yang dipanggil KPK, pasti langsung dijemput paksa. Tapi kalau lingkar kekuasaan, malah dibiarkan," tegas Sutrisno.
Menurutnya, KPK kini bekerja seperti infotainment politik: memilih siapa yang dipanggil, siapa yang dibiarkan, sesuai selera dan momentum media.
Dia mencontohkan bagaimana KPK tiba-tiba memanggil pejabat terkait DJKA setelah ada aksi massa di Pati, atau memanggil Lisa Mariana karena kasus keluarga Ridwan Kamil heboh di publik.
"KPK reaktif, bukan proaktif. Bukan lembaga pemberantasan korupsi, tapi lembaga pemburu isu trending," sindir Sutrisno.
Kornas menilai, lemahnya KPK menjadi salah satu pemicu meningkatnya aksi massa belakangan ini, yang bahkan menelan korban jiwa.
Rakyat, kata Sutrisno, semakin muak dengan praktik korupsi yang merajalela, sementara aparat penegak hukum gagal memberi keteladanan. Dalam situasi ini, Sutrisno menegaskan, Presiden Prabowo harus turun tangan langsung.
"Kalau KPK, Polri, dan Kejaksaan tidak mampu mengejar pelaku korupsi, maka pimpinannya yang harus dicopot. Presiden harus meniru ketegasan Xi Jinping di China atau bahkan Kim Jong Un di Korea Utara," katanya.
Selain itu, Kornas mendesak agar seluruh pejabat negara, kepala daerah, ASN, hingga pimpinan BUMN/BUMD yang tidak patuh mengisi LHKPN segera dipanggil dan diperiksa.
"Kalau tidak tegas, negara ini akan semakin hancur. Publik sudah kehilangan harapan pada KPK. Harapan terakhir ada di tangan Presiden," tutup Sutrisno.red2
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Polda Sumut Pastikan Ibadah Natal Berjalan Aman, Ribuan Jemaat Gereja di Medan Dijaga Ketat
kota
Polda Sumut Gagalkan Pengiriman 2,7 Kilogram Sabu ke Jakarta, Dua Kurir Ditangkap di Persawahan Deli Serdang
kota
Medan sumut24.co Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Medan, Sumatera Utara, meninjau sejumlah gereja serta melepas patroli
kota
Kapolresta Deli Serdang Bersama PJU Lakukan Pengecekan Pos Pam dan Pos Yan Ops Lilin Toba 2025
kota
Kajari Baru Ridwan Sujana Angsar Diminta Bongkar Deretan Kasus Korupsi di Medan
kota
MEDAN SUMUT24.co Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Medan, Fajar Syah Putra, resmi dipindahkan untuk bertugas di Kejaksaan Agung Republi
News
Tapsel Tim pimpinan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sumatera Utara (Sumut) langsung turun ke lapangan memberikan bantuan kepada
kota
Setelah Turun ke Lapangan, Kades Hutagodang Klarifikasi Isu Banjir Batang Toru, PT TBS Dipastikan Tak Picu Banjir Bandang
kota
Diduga Picu Banjir Bandang dan Ratusan Nyawa Melayang di Tapsel, PT Agincourt Resources Akhirnya Disanksi
kota
Bengkel Las Maju Jaya Tangguk Bongkar Ditegaskan Telah Memiliki Izin Usaha
kota