Tapteng I Sumut24.co
Yayasan Maju Tapian Nauli menyelenggarakan Launching dan Bedah Buku “Ikan Batak” di Aula Sekolah Tinggi Perikanan Dan Kelautan Matauli, Pandan, Tapanuli Tengah (Tapteng). Buku dengan judul “Ikan Batak” tersebut ditulis oleh Dr. Baharuddin Aritonang yang merupakan politisi senior sekaligus pemerhati warisan budaya tanah batak kelahiran Kota Padangsidimpuan.Rabu 8/3/23
Acara launching dan bedah buku tersebut dihadiri langsung oleh Ketua Umum Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) Ibu Fitri Krisnawati Tandjung, B.Sc. Kemudian juga turut hadir bersama diacara launching dan bedah buku “Ikan Batak” tersebut yaitu mitra Yayasan Matauli antara lain seperti Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, BPS Tapanuli Tengah, Bappeda Tapanuli Tengah, DKP Tapanuli Tengah, dan Budayawan Sibolga-Tapanuli Tengah Bapak Syafriwal. Dosen dan perwakilan mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan Dan Kelautan Matauli juga turut hadir, sivitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Barus, dan beberapa orang siswa SMAN 1 Plus Matauli Pandan.
Kegiatan diawali dengan Sambutan oleh Ketua Umum Yayasan Maju Tapian Nauli, Ibu Fitri Krisnawati Tandjung yang menyampaikan
“Ikan Batak merupakan ikan endemik dari Tapanuli dan dapat dikatakan spesies tersebut terancam punah”jelasnya.
“Mudah mudahan acara ini bisa menjadi inspirasi untuk kita semua dalam turut serta menjaga kelestarian lingkungan terkhusus pada ikan batak yang tentunya kita harus terlibat dalam kegiatan konservasi demi terhindarnya ikan tersebut dari kepunahan”, ucap Fitri.
Dalam kesempatan tersebut, Fitri juga menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya kepada penulis atas semangat dan karya-karyanya, bahwa di usia beliau yang tidak muda lagi, beliau terus memberikan sumbangsih pemikiran melalui tulisan-tulisan yang bisa kita nikmati bersama dan tentunya bisa kita jadikan salah satu rujukan khususnya untuk kemajuan sektor perikanan.
Setelah acara sambutan dari Ketua Umum Yayasan Matauli, acara bedah buku tersebut dilanjutkan dengan pemaparan oleh penulis yang diawali dengan sebuah pandangan atau komentar dari unsur akademisi yaitu oleh Bapak Herman Sarumaha, S.Pi., M.Si yang yang merupakan Ketua Program Studi Akuakultur STPK Matauli dan dipandu langsung oleh moderator yaitu Bapak Ricky Winrison Fuah, S.Pi., M.Si yang juga selalu Ketua Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan STPK Matauli.
Pada kesempatan tersebut, Bapak Baharuddin Aritonang mengatakan jika ia telah mengamati dan mempelajari ikan batak ini dari kecil.
“Menulis buku dengan judul ikan batak ini adalah keinginan saya sejak dulu yang mana sejak kecil saya sudah mengamati dan mengetahui ikan ini”, ucapnya.
Penulis menyampaikan jika spesies ikan batak ini harus mampu kita domestikasi agar ketersediaan ikan batak terus ada dan tidak punah.
Beliau juga mengutarakan jika penangkapan yang berlebihan dan faktor perubahan iklim akan membuat ikan batak semakin terancam punah. Salah satu yang harus kita lakukan adalah penyelamatan ikan batak dengan cara domestikasi, tuturnya.
Kemudian penulis juga bercerita bagaimana ia bisa menyelesaikan penulisan buku ini, yaitu dari pengalamannya berkunjung ke berbagai daerah khususnya daerah Tapanuli, dimana penulis buku “Si Orang Batak Naik Haji” ini banyak mendapatkan referensi terkait dengan ikan tersebut. Pria yang juga pernah menjabat sebagai anggota BPK RI tersebut juga menyampaikan jika sejatinya ikan batak ini memiliki nama yang banyak dan tergantung masing masing daerah untuk menamakannya. Di daerah Tapanuli kita sering menyebut ikan ini sebagai ikan batak, kalau di daerah Mandailing Natal sekitar disebut dengan ikan mera, dan jika kita ke Sumatera Barat ikan ini akan berubah nama menjadi ikan garing. intinya setiap daerah ada nama untuk ikan ini, pungkasnya.
Di akhir sesi diskusi launching buku tersebut, beliau berpesan jika ikan batak ini adalah ikon bagi masyarakat Tapanuli dan harus terus kita lestarikan agar tidak punah sehingga anak cucu kita kedepan akan terus mengenal ikan batak ini dan saya secara pribadi berharap jika ikan batak nantinya akan mampu memberikan dampak peningkatan dari sisi ekonomi untuk masyarakat, tutup Baharuddin Aritonang.zal