Minggu, 08 Juni 2025

Jovan Siahaan, Vokalis Punk Medan, Luncurkan Album dan Film Dokumenter "Lawan Penggusuran"

Administrator - Minggu, 08 Juni 2025 09:23 WIB
Jovan Siahaan, Vokalis Punk Medan, Luncurkan Album dan Film Dokumenter "Lawan Penggusuran"
Istimewa
Baca Juga:

Medan — Jovan Siahaan, vokalis punk asal Medan, menyuarakan keprihatinannya atas absennya album musik punk yang secara khusus mengangkat persoalan penggusuran di Indonesia. Menurutnya, penggusuran yang marak terjadi selalu menindas rakyat kecil, sementara komunitas punk konsisten berada di barisan depan solidaritas untuk korban.

"Punk selalu berpihak pada mereka yang tergusur dari tanahnya. Lihat saja aksi-aksi kami mendukung petani Kulon Progo yang lahannya dirampas untuk tambang pasir besi, petani Kendeng yang melawan pabrik semen, atau warga Wadas dan Barrabaraya. Tapi, semangat perlawanan ini belum terangkum dalam karya musik yang fokus pada tema penggusuran," ujar Jovan.

Untuk menjawab kegelisahan tersebut, Jovan mendirikan label rekaman independen Mata Merah Records. Debut pertamanya adalah album kompilasi bertajuk Lawan Penggusuran, yang melibatkan 10 band punk Medan untuk menciptakan lagu baru bertema penggusuran. "Proses rekaman, mixing, mastering, hingga penggandaan kaset kami biayai sendiri. Hanya dicetak 75 keping kaset pita sebagai bentuk anti-komersialisme," jelasnya. Album ini rencananya akan diluncurkan pada 20 Juni 2025, lengkap dengan pertunjukan langsung dari semua band yang terlibat.

Pada peluncuran album tanggal 20 Juni 2025 itu juga akan digelar diskusi yang melibatkan berbagai kalangan yang kritis atas isu-isu ketidakadilan.

Jovan menegaskan, penggusuran atas nama pembangunan kini tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Komunitas adat di berbagai pelosok negeri juga banyak yang menjerit akibat ekspansi ekonomi ekstraktif yang dikemas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Mereka tergusur dan tercerabut dari akar komunitasnya sendiri, kehilangan ruang hidup, serta akses terhadap sumber daya yang selama ini menopang kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan spiritual mereka.

Tidak ada keberanian moral dari berbagai pihak untuk menginterupsi kinerja pembangunan yang mengorbankan asas-asas yang digariskan oleh konstitusi. Sebagaimana ditegaskan Antonio Gramsci, narasi tanding selalu dianggap sebagai musuh yang layak dieliminasi secara politik, budaya, dan hukum. Hegemoni kekuasaan membentuk opini publik dan menyingkirkan suara-suara kritis, sehingga perlawanan masyarakat adat dan kelompok rentan sering kali dibungkam melalui regulasi, stigma, maupun kekerasan simbolik.

Tak hanya musik, Jovan juga mengemas proyek ini dalam film dokumenter berjudul Medan Punk Lawan Penggusuran. Seorang produser film lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bersedia menggarapnya secara sukarela. "Film ini akan merekam diskusi, proses kreatif, dan live performance sebagai arsip perlawanan," tambah Jovan.

Ia berharap album dan film ini tidak hanya menjadi manifesto musik, tetapi juga memperkuat solidaritas antar komunitas terdampak penggusuran. "Ini suara bagi yang tertindas. Punk bukan sekadar musik, tapi gerakan!" tegasnya.ril

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Film “Sampai Jumpa, Selamat Tinggal” Resmi Tayang Seluruh Bioskop, Para Pemain Bicarakan Rumitnya Masalah Percintaan Dewasa
Film Mungkin Kita Perlu Waktu : Saat Diam Justru Jadi Luka Terbesar dalam Keluarga
Gus Irawan Pasaribu serahkan Piala kepada Kafilah Sayur Matinggi, Ini Pesan Penting Bupati Tapsel
Permukaan Air Danau Toba Naik Hingga 2,5 Meter, Begini Respon Bupati Toba
Little Rebels Cinema Club” dari MAXStream Menangkan Penghargaan Crystal Bear di Festival Film Berlin 2025
Perjuangan dan Prestasi Filia dan Risma, Atlet Muda yang Mengukir Sejarah di Kejuaraan FORKI Provinsi Sumut!
komentar
beritaTerbaru