Selasa, 23 Desember 2025

Menelusuri Jejak PT AR di Hulu Sungai Sibio-bio, Dari Air Diduga Kandung Kimia hingga Kayu Gelondongan, Negara Jangan Tutup Mata

Administrator - Senin, 22 Desember 2025 23:06 WIB
Menelusuri Jejak PT AR di Hulu Sungai Sibio-bio, Dari Air Diduga Kandung Kimia hingga Kayu Gelondongan, Negara Jangan Tutup Mata
Tapsel |sumut24.co -

Baca Juga:

Kondisi lingkungan di kawasan aliran anak Sungai Sibio-bio, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Tapanuli Selatan, kian mengkhawatirkan. Warga setempat mengeluhkan kebun yang tak lagi produktif, tanaman mati perlahan, serta perubahan drastis pada kualitas air sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan mereka.

Sejumlah warga menyebut, perubahan mulai terasa dalam beberapa tahun terakhir, seiring meluasnya aktivitas pertambangan emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources (PTAR) di wilayah hulu. Air sungai yang sebelumnya jernih kini kerap keruh, berbau, dan diduga mengandung zat kimia yang terbawa aliran dari kawasan konsesi tambang.

"Dulu airnya bisa langsung dipakai untuk kebun dan ternak. Sekarang baunya aneh, warnanya berubah. Tanaman padi tidak tumbuh normal, karet mengering, sayuran mati sebelum panen," ujar seorang warga Sosopan yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Selain persoalan air, warga juga menyoroti kemunculan kayu gelondongan yang terbawa arus sungai saat hujan deras. Kayu-kayu tersebut diduga berasal dari kawasan hulu aliran Sungai Sibio-bio dan sekitarnya, yang secara geografis berdekatan dengan area aktivitas tambang emas Martabe.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menilai kerusakan lingkungan dan banjir bandang yang melanda wilayah Sumatera Utara, Aceh, hingga Sumatera Barat bukanlah peristiwa alam semata. Walhi menyebut bencana tersebut sebagai "bencana yang direncanakan" akibat masifnya aktivitas industri ekstraktif yang dilegalkan melalui perizinan negara.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba, menegaskan bahwa kerusakan ekosistem Batang Toru merupakan akumulasi kebijakan yang memberi ruang luas bagi perusahaan pengeruk sumber daya alam.

"Ini bukan sekadar bencana alam. Ini bencana yang direncanakan oleh kebijakan dan pelaku usaha yang sampai hari ini belum bertanggung jawab," kata Rianda dalam sebuah webinar, Senin (22/12/2025).

Walhi mencatat, dalam kurun 10 tahun terakhir, lebih dari 10 ribu hektare hutan di ekosistem Batang Toru mengalami deforestasi. Padahal sebelumnya, masyarakat hidup berdampingan dengan hutan melalui hasil hutan bukan kayu seperti aren, kemenyan, dan tanaman keras lainnya.

*Sorotan ke Aktivitas PTAR*

Di tengah polemik tersebut, PT Agincourt Resources kembali menjadi sorotan. Organisasi lingkungan Satya Bumi menyebut aktivitas tambang emas Martabe berpotensi meningkatkan risiko banjir bandang dan longsor, terutama karena ekspansi tambang yang mencapai 603,21 hektare di wilayah bertopografi curam dan berada di atas permukiman warga.

Satya Bumi mengungkap adanya bukaan lahan di dalam konsesi PTAR yang diduga menjadi jalur limpasan air saat hujan ekstrem. Aliran tersebut mengarah ke anak Sungai Garoga dan bermuara di wilayah terdampak banjir parah seperti Desa Garoga, Aek Ngadol, dan Huta Godang.

"Jika perusahaan mengklaim tidak terlibat, mengapa selama ini melakukan kegiatan konservasi di Sungai Garoga dan Aek Ngadol? Ini yang menimbulkan pertanyaan publik," ujar Riezcy, perwakilan Satya Bumi, dalam keterangannya, 16 Desember 2025.

PT Agincourt Resources sebelumnya membantah keterlibatan mereka dalam penyumbatan Sungai Aek Garoga. Namun bantahan tersebut dinilai tidak menjawab sepenuhnya kekhawatiran warga, mengingat wilayah terdampak masih berada dalam konsesi perusahaan.

*Asal Kayu Gelondongan Dipertanyakan*

Perdebatan soal asal kayu gelondongan yang menghantam Desa Garoga juga mencuat. Kepala Desa Anggoli, melalui unggahan Facebook @Barry Anto, menyatakan bahwa mustahil kayu-kayu tersebut berasal dari areal PT Tri Bahtera Srikandi (TBS).

Ia menjelaskan, longsoran di area PT TBS tergolong kecil dan berada di sekitar mata air yang mengalir ke anak Sungai Aek Nahombar, bukan ke Sungai Garoga. Bahkan, kayu dari longsoran kecil tersebut disebut tertahan dan tidak sampai ke hilir.

Menurutnya, longsoran yang diduga membawa kayu gelondongan justru berasal dari Sungai Paronggangan, yang lokasinya diperkirakan berdekatan dengan area tambang emas Martabe, tepatnya di sekitar Pit Ramba Joring.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa operasional Tambang Emas Martabe sempat dihentikan pascabanjir bandang di Tapanuli Selatan. Ia juga meminta pihak perusahaan untuk fokus membantu korban bencana.

"Saya minta mereka fokus bantu masyarakat dulu. Alat-alat berat dipakai untuk evakuasi dan pemulihan," ujar Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Bahlil mengaku telah meninjau langsung lokasi tambang dan masih melakukan evaluasi terkait dugaan keterkaitan aktivitas tambang dengan bencana banjir. Menurutnya, tim Kementerian ESDM masih bekerja untuk memastikan penyebab utama bencana tersebut sebelum mengambil keputusan lanjutan.

Hingga kini, warga di sepanjang aliran Sungai Sibio-bio masih menunggu kejelasan. Mereka berharap ada investigasi menyeluruh terkait dugaan pencemaran air, asal kayu gelondongan, serta dampak aktivitas tambang terhadap lingkungan dan ruang hidup masyarakat.

"Yang kami mau sederhana. Air kembali bersih, kebun bisa hidup lagi, dan tidak ada lagi banjir membawa kayu dari hulu," ujar seorang warga.zal

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Satgas PKH–Bareskrim Polri Diuji di Kasus Banjir Bandang Batang Toru: Usut Tuntas, Jangan Cari "Kambing Hitam"
Bukan dari PT TBS? Banjir Bandang Aek Garoga Mengarah ke Hulu Konsesi PT AR
Kepedulian Nyata Pascabencana, Brimob Polda Sumut Antar-Jemput Anak-Anak Sekolah di Garoga
Operasional PTAR dan 2 Perusahaan lainnya di Hulu DAS Batang Toru Resmi Dihentikan: Pemerintah Tegaskan Audit Lingkungan Wajib Dilakukan
Pemulihan Listrik Sumatra Utara Dikebut, Menteri ESDM Tinjau Langsung Lokasi Terdampak Bencana
Azmi Rambe Beberkan Fakta: Puluhan Rekomendasi Pertambangan Sungai Tidak Pernah Didisposisi Topan Ginting
komentar
beritaTerbaru