Kamis, 25 September 2025

Sumut Harus Berani Menyanding Pertumbuhan Ekonomi dengan Nilai Keislaman

Administrator - Rabu, 24 September 2025 15:08 WIB
Sumut Harus Berani Menyanding Pertumbuhan Ekonomi dengan Nilai Keislaman
Istimewa

Oleh : H Syahrir Nasution

Baca Juga:

Di tengah gejolak global yang tak menentu, Indonesia berada pada titik krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah pusat sudah memberi arah lewat semangat Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, sementara Bank Indonesia menghadirkan terobosan seperti Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mengalirkan dana perbankan ke sektor riil. Tujuannya jelas: membuka lapangan kerja baru, menghidupkan ekonomi rakyat, dan menjaga stabilitas jangka panjang.

Namun, pertanyaan yang lebih mendesak justru ada di daerah: apakah Sumatera Utara siap membaca dan memanfaatkan momentum ini? Apakah gubernur benar-benar memiliki visi dan keberanian untuk mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan nilai keislaman, yang menjadi roh mayoritas masyarakat di provinsi ini?

Sumut sering dibanggakan sebagai miniatur Indonesia, dengan keragaman budaya dan agama. Tetapi, harus diakui, kebijakan pembangunan daerah masih kerap pragmatis, lebih mengejar proyek jangka pendek ketimbang desain jangka panjang yang berpihak pada rakyat. Padahal, dengan basis penduduk Muslim yang dominan, terutama di wilayah seperti Mandailing Natal yang dikenal sebagai "Serambi Mekkah"-nya Sumut, seharusnya ada model pembangunan ekonomi berbasis syariah yang nyata—bukan sekadar jargon.

Inilah letak tantangan kepemimpinan di Sumut. Nilai-nilai Islam yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan sejatinya sejalan dengan agenda ekonomi inklusif. Tetapi apakah gubernur berani menantang status quo, memutus lingkaran kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir elite, dan benar-benar membangun sistem yang berpihak pada masyarakat luas?

Jika Sumut gagal membaca peluang ini, provinsi ini hanya akan menjadi penonton di tengah transformasi ekonomi nasional. Momentum emas akan lewat, sementara rakyat tetap berkutat dengan pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan.

Pertumbuhan ekonomi dan nilai keislaman bukan dua kutub yang berlawanan. Keduanya bisa berjalan seiring. Hanya saja, butuh kepemimpinan visioner—gubernur yang tidak sekadar menjadi administrator anggaran, tetapi pemimpin yang berani mengambil langkah besar demi masa depan rakyat Sumut yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.***


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Tenun Asahan Didorong Jadi Produk Ekonomi Kreatif Kompetitif
Petani dan Konsumen Menunggu, JASKOP Jangan Jadi Proyek Pencitraan
Libatkan Warga Lokal, IAS Berharap F1 Powerboat 2025 Tumbuhkan Perkonomian Warga Lokal
Kehadiran Bupati Asahan di Rakor Ekonomi Makro Sumut Jadi Komitmen Konkret Pembangunan Daerah
Dr. Syahganda: Dua Indikator Baru dalam RAPBN 2026 Terobosan Ekonomi Kerakyatan Prabowo
Mengembalikan & Menegakkan Kedaulatan Fiskal Sumut
komentar
beritaTerbaru