Jumat, 27 Juni 2025

Dr. M.Fitri Rahmadana, SE.,M.Si “Totalitas Buat Palang Merah Indonesia

Administrator - Selasa, 12 Januari 2016 11:22 WIB
Dr. M.Fitri Rahmadana, SE.,M.Si  “Totalitas Buat Palang Merah Indonesia

MEDAN | SUMUT24 Dr. M.Fitri Rahmadana, SE.,M.Si, mengenal Palang Merah pada tahun 1992 saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (PMR 001 SMAN 2 Medan). Meskipun tidak begitu aktif, namun benih-benih kecintaan terhadap dunia kepalangmerahan mulai tumbuh dan siap berkembang. Ketika masuk di bangku kuliah, beliau bergabung menjadi sukarelawan PMI Kota Medan dengan menjadi anggota KSR (Korps Sukarela) dan mengikuti Pendidikan Dasar KSR 70 Jam pada tahun 1997.

Baca Juga:

Selama menjadi relawan, disela-sela waktunya ia menjadi pelatih/instruktur Palang Merah Remaja (PMR) di beberapa sekolah seperti, SMPN 1 Medan, SMKN 8 Medan dan beberapa unit PMR lainnya. Pada tahun 2000 ia dipercaya sebagai tim pelatih kontingen PMR Sumatera Utara pada kegiatan JUMBARA Nasional di Prambanan – Yogjakarta. Pada waktu itu digagaslah Asia Pacific Youth Volunter Network sebagai komunitas yang menjadi jembatan silaturahmi anggota PMR antar Negara di asia pacific. Pada tahun 2001 dipercaya kembali menjadi tim pelatih kontingen KSR Sumatera Utara pada kegiatan TEMU KARYA Nasional di Cibubur – Jakarta. Tidak berhenti sampai disitu saja, kekosongan posisi wakil sekretaris PMI Cabang Kota Medan membawa beliauia duduk di kepengurusan pada tahun 2004 di usia yang relatif muda.

Profesi sebagai Dosen saat ini tidak menghentikan aktifitasnya di dunia Palang Merah. Selain dipercaya menjadi Pembina Teknis KSR-PMI Unimed selama 4 tahun (2011-2015), penelitian-penelitian yang dilakukannya sebagai dosen juga tidak jauh-jauh dari dunia kepalang merahan. Tercatat pada tahun 2009 melalui dana Hibah Strategis Nasional DIKTI, sosok yang lebih populer dengan sapaan “Kak Fitri” ini melakukan penelitian dengan judul, “Mitigasi Bencana Berbasis Masyarakat Menggunakan Pendekatan Participatory Rural Appraisal di Kota Padang”. Namun tepat sehari penelitian baru berjalan, gempa dengan kekuatan 7,6  skala richter pun mengguncang Kota Padang. Selama beberapa hari bersama dua rekan lainnya, ia kemudian ikut menjadi sukarelawan yang membantu proses evakuasi korban gempa tersebut. Bahkan komitmennya untuk tetap fokus melakukan penelitian dibidang disaster manajemen (manajemen bencana) dan climate change (perubahan iklim) tetap menjadi tujuannya kedepan. Mengingat masih sedikitnya dosen-dosen yang memilih tema tersebut untuk penelitian.

“Disamping itu dengan banyaknya bencana yang akhir-akhir ini terjadi maka kebutuhan akan sentuhan scientific dalam penanganan bencana dan climate change menjadi hal yang penting,”katanya. belum lama ini.

Pada tahun 2007 dari tangannya dihasilkan sebuah proposal yang menghantarkan program pelayanan ambulans gawat darurat 118 diPMI Cabang Kota Medan. Untuk dapat mengelola Unit Pelayanan Ambulans ini, beliau sengaja mengikuti Pelatihan Basic First Aid, yang diselenggarakan oleh Bulan Sabit Merah Malaysia di Kuala Lumpur. Karena tidak mungkin mengelola unit yang secara prinsip kemampuan dasaryang harus dimiliki adalah kemampuan pertolongan pertama.

“Itulah bentuk totalitas” ujarnya.

Meskipun hanya dua tahun dipercaya sebagai koordinator program, kontribusinya untuk program ini cukup signifikan. Selain menyusun buku Pedoman Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Ambulans 118 yang digunakan di Kota Medan, dia juga menjadi salah satu kontributor “Buku Panduan Pelayanan Ambulans PMI Pusat”. Buku yang dijadikan rujukan untuk mengelola pelayanan ambulans PMI se-Indonesia.

Setelah tidak lagi menjadi Koordinator Program Ambulans 118, kemampuannya dibidang metodologi penelitian dan analisis data, yang dikombinasikan dengan pengetahuan di dunia kepalangmerahan rupanya mulai dilirik oleh beberapa palang merah asing yang menjalankan program di sumatera utara. Tercatar Program ICBRR Palang Merah Kanada dan program CBFA IFRC adalah dua dari program yang pernah dimonitoring oleh beliau.

Debut internasionalnya di dunia Palang Merah dimulai tahun 2011 melalui lembaga Banyaneer (lembaga yang dimotori oleh salah satu mantan delegasi Palang Merah Jerman di Indonesia). Vietnam adalah negara yang dituju untuk melakukan evaluasi program penanaman mangrove/bakau di sepanjang garis pantai Vietnam yang dilakukan oleh Palang Merah Vietnam yang didanai oleh beberapa palang merah lainnya dibawah koordinasi International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC).

Penanaman hutan bakau tersebut dimaksudkan untuk mengurangi resiko bencana badai yang datang dari laut lepas pantai Vietnam. Pada saat itu, tugas yang harus dilakukannya adalah menganalisis rasio antara manfaat yang dapat diterima dan biaya yang harus dikeluarkan untuk proyek raksasa yang telah berjalan lebih dari 15 tahun tersebut. Setelah itu banyak baseline survey, endline survey maupun monitoring dan evaluasi di berbagai Negara asia pasifik seperti, China, Nepal, Bangladesh, Srilangka, Thailand, laos dan lain-lain untuk berbagai program palang merah lainnya. Dalam beberapa bulan kedepan sampai akhir tahun, beliau juga akan melakukan monitoring dan evaluasi program-program palang merah dibeberapa Negara yaitu Tajikistan, Philipina, Myanmar dan Kamboja.

Saat ini dia masih memiliki hutang dengan palang merah dengan semua yang telah diperolehnya dari palang merah. Meski tak pernah direncanakan, tapi tak bisa dipungkiri bahwa palang merahlah yang telah membawanya sampai ke banyak negara selain segudang ilmu pengetahuan yang diakui sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Ketika ditanya sampai kapan akan terus mengabdi di dunia palang merah, jawabannya selalu sama

“Saya punya kontrak tidak tertulis dengan palang merah sampai mati” itulah yang dimaknainya sebagai “Totalitas Tanpa Batas”,”jawabnya.

Untuk membayar hutang-hutang tersebut, sampai hari ini beliau masih selalu meluangkan waktu apabila diminta memberikan materi kesekolah-sekolah maupun ke kampus-kampus pada kegiatan Palang Merah Remaja maupun kegiatan Korp Sukarela. Selain itu jika memungkinkan dan difasilitasi, dia bersedia memberikan pelatihan gratis kepada relawan-relawan untuk ilmu yang pernah diperolehnya di palang merah dan berbagi pengalaman yang dia peroleh selama di palang merah. Sang istri tercinta pun yang selama 5 tahun pernah menjadi Senior Finance di Palang Merah Jerman pun terkadang ikut dan selalu mendukung kegiatan beliau.

Dia berharap kedepan PMI dapat mencetak kader-kader kemanusiaan yang multi profesi. PMI tidak selalu diidentikkan dengan kesehatan sehingga relawan profesionalnya tidak hanya datang dari tenaga kesehatan saja, tapi juga berasal dari profesi lainnya seperti guru, dosen, psikolog, arsitek, wartawan dan profesi-profesi lainnya. Undang-undang tentang lambang juga dapat segera disahkan oleh DPR. Hal yang paling tidak disukainya adalah PMI selalu diidentikkan dengan donor darah, padalah donor darah hanya sebagian kecil dari banyak kegiatan PMI yang ada.

“Perlu upaya yang keras untuk merubah image tersebut sehingga PMI benar-benar dapat dipahami secara benar oleh relawannya maupun masyarakat,”pungkasnya.(nis)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
Pemkab Asahan Temui Mensos RI Dorong Penguatan Jaminan Sosial dan Sekolah Rakyat
Bupati Asahan Hadiri Peringatan Tahun Baru Islam 1447 H di Kemenag Kabupaten Asahan
Bupati Asahan Resmikan Musholla Al-Ikhlas Menjadi Masjid Al-Ikhlas di Desa Air Joman Baru
Bupati Langkat Ajak Pengusaha Muda Bangun Ekonomi Daerah Lewat Musda XVIII HIPMI Sumut
Pemkab Asahan Temui Mensos RI Dorong Penguatan Jaminan Sosial dan Sekolah Rakyat
Tingkatkan Keselamatan Kerja, PLN Hadir untuk Rakyat melalui Edukasi Bahaya Listrik Saat Panen Sawit
komentar
beritaTerbaru