
Gubsu Bobby Bungkam Soal OTT Anak Buahnya, Topan Ginting
Gubsu Bobby Bungkam Soal OTT Anak Buahnya, Topan Ginting
NewsBaca Juga:
Sebab kenyataannya, masih ada aparat yang menyalahgunakan wewenang demi keuntungan pribadi, mempertegas adanya jurang antara idealisme institusi dan realitas di lapangan.
Yang lebih menyedihkan, praktik pungli semacam ini tak lagi mengejutkan. Ia telah dinormalisasi, bahkan dianggap bagian dari "biaya sosial" yang harus dibayar saat berurusan di jalan. Ketakutan, ketidakberdayaan, dan keengganan untuk melawan membuat masyarakat memilih diam, menerima, dan melanjutkan perjalanan—meski dengan perasaan dipermalukan oleh sistem yang seharusnya melindungi mereka.
Namun, ada satu hal yang patut dicatat: era digital telah membuka kanal-kanal baru bagi kontrol sipil. Media sosial menjelma menjadi ruang koreksi publik, tempat di mana kamera ponsel menjadi saksi dan viralitas menjadi pemicu tekanan. Ini adalah bentuk perlawanan sipil yang diam-diam terus tumbuh—mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh lemahnya pengawasan internal dan impunitas struktural.
Tentu saja, satu kasus bukan akhir dari segalanya. Harapan terhadap polisi yang bersih dan profesional masih ada, tapi tidak bisa hanya dipertahankan dengan retorika.
Diperlukan langkah nyata. Pertama, penegakan hukum atas pelanggaran harus tegas, terbuka, dan berkeadilan. Bukan sekadar mutasi ke tempat khusus atau sanksi administratif, tetapi proses hukum yang memberi pesan kuat bahwa pelanggaran etik dan hukum tidak akan ditoleransi.
Kedua, reformasi kultural harus dilakukan secara serius—membangun kembali nilai-nilai integritas, akuntabilitas, dan semangat pelayanan yang sejati.
Perlu diingat, perilaku menyimpang oleh oknum aparat bukanlah semata-mata soal personal. Ia adalah gejala dari persoalan sistemik yang lebih luas. Selama budaya permisif tetap dibiarkan, dan perlindungan terhadap pelanggar lebih kuat daripada perlindungan terhadap rakyat, maka krisis kepercayaan ini akan terus berulang.
Namun selama masih ada masyarakat yang berani bersuara, media yang tetap kritis, dan segelintir aparat yang setia pada sumpahnya, harapan itu tidak akan padam. Yang diperlukan kini bukan sekadar perbaikan, tapi transformasi. Bukan hanya mengubah perilaku individu, tetapi membenahi akar-akar yang telah membusuk dalam sistem. Karena hanya dengan itulah publik bisa bermimpi kembali memiliki polisi yang benar-benar mengayomi, bukan menakuti.(*)
Founder Ethics of Care/Anggota Komisi Yudisial 2015-2020
Gubsu Bobby Bungkam Soal OTT Anak Buahnya, Topan Ginting
NewsSurya Berpeluang Gantikan Bobby Nasution Jadi Gubsu, Imbas Deretan Masalah di Sumut
kotaAzmi Hadli "Kalau KPK Fair dan Berani, Saya Yakin Seratus Persen &lsquoBobby Itu Terlibat!"
kotaDulu Dampingi Kahiyang, Kini Topan Ginting Dampingi Penyidik KPK
kotaPT Dalihan Natolu Group Punya Benang Merah dengan Gubsu Bobby, KPK Diminta Usut Tuntas
NewsMedan Sumut24.coTak banyak birokrat muda yang meniti karier secepat dan sedrastis Topan Obaja Putra Ginting. Nama yang awalnya dikenal di
NewsKPK Buka Peluang Panggil Gubsu Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Kadis PUPR Sumut
NewsKPK Tangkap Topan Kesayangan Gubsu dan Kontraktor di Sumut, Bongkar Korupsi Proyek Jalan Senilai Rp231,8 Miliar
kotaJakarta sumut24.co Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menggebrak dengan mengungkap skema korupsi proyek jalan di Kabupaten Mandail
NewsJakarta I Sumut24. co Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan lima orang tersangka dalam kasus dugaan korupsi pembangunan jalan di Ma
News