Sabtu, 12 Juli 2025

Perwakilan GRAS dan Genetika FP UISU Ikut Diskusi Pengenalan Satwa Gajah di 117 Cafe Kesawan Medan

Amru Lubis - Senin, 17 Februari 2025 21:54 WIB
Perwakilan GRAS dan Genetika FP UISU Ikut Diskusi Pengenalan Satwa Gajah di 117 Cafe Kesawan Medan
Medan I Sumut24. co
Centre of Orangutan Protection (COP) mengadakan kelas orangutanfriends Mengenal Gajah Dari Ahlinya bertempat di 117 Cafe Jl. Perdana No.117 Kesawan Medan, Sabtu (15/2).

Baca Juga:

Kegiatan ini bertujuan edukasi mengenalkan satwa gajah kepada perwakilan organisasi/lembaga, mahasiswa dan pemuda kota medan. COP pada 10-28 Februari 2025 juga mengadakan lomba pembuatan infografis yang bisa diikuti oleh masyarakat umum, dengan tema kenali dan lestarikan satwa Sumatera Utara, salah satunya Orangutan Tapanuli, Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera. Infonya dapat diliat pada media sosial Orangutan Protection.

Dalam kegiatan kelas ini COP menghadirkan pemateri ahli gajah Alexander Mossbrucker dari international elephant project dihadiri 25 orang peserta, antara lain Perwakilan Perhimpunan Penjelajah Alam Bencana dan Konservasi Generasi Rimba Alam Semesta (GRAS), Anggota Genetika FP UISU Medan, Alumni Green Leadership Indonesia, Kader Konservasi Alam, Mahasiswa dan Pemuda Kota Medan.

Materi diskusi terbagi kedalam dua sesi, dalam sesi pertama tentang biologi dasar gajah Alexander Mossbrucker menjelaskan Gajah adalah hewan yang sangat sosial dan hewan darat terbesar yang hidup di planet kita. Mereka memiliki telinga yang lebar, belalai yang panjang, kaki berbentuk kolom, dan tubuh yang besar, sehingga tidak mungkin salah dikenali.

Gajah memiliki pendengaran yang sangat baik dan menggunakan suara untuk orientasi, mendeteksi ancaman, dan berkomunikasi melalui repertoar vokal yang kaya. Selain "trompet gajah" yang klasik, gajah mampu menghasilkan berbagai macam suara yang berbeda dari mencicit bernada tinggi hingga jeritan yang sangat keras, gemuruh (rumble) yang dalam, dan auman yang menakutkan – semua dengan arti atau fungsi tertentu.

Gajah memiliki otak yang sangat besar, kuat, dan memiliki struktur kompleks mencakup neokorteks yang berkembang dengan baik dan fitur lain yang biasa ditemukan pada manusia dan hewan tertentu yang sangat cerdas seperti kera besar dan Cetacea.

Selanjutnya sesi kedua tentang konservasi gajah Alexander Mossbrucker menjelaskan Berdasarkan data terbaru KLHK/FKGI, total populasi gajah sumatera berjumlah antara 924 – 1.359 individu. Angka-angka ini masih berupa estimasi karena tidak ada pembaruan data ilmiah terkini untuk populasi gajah di banyak provinsi, tetapi sangat kecil kemungkinan bahwa saat ini ada lebih dari 1.500 gajah sumatera di alam. Yang berarti ukuran populasi telah berkurang hampir setengahnya dalam waktu sekitar satu dekade - suatu perkembangan yang sangat mengkhawatirkan.

Saat ini, semua gajah asia, termasuk subspesies sumatera, terdaftar dalam Apendiks I CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yang berarti bahwa gajah asia (dan bagian tubuhnya seperti gading) dilarang masuk perdagangan internasional.

Meskipun Elephas maximus sumatranus memiliki status perlindungan penuh di Indonesia, ia belum memiliki masa depan yang pasti karena terancam oleh hilangnya habitat, perburuan, potensi perkawinan sedarah, serta konflik dengan pertanian dan industri.

Selanjutnya Alexander Mossbrucker mengatakan ancaman populasi gajah terbesar di sumatera terdapat di Riau disana telah sering terjadi konflik antara hewan dan manusia, gajah keluar dari hutan untuk mencari makanan di luar kawasan hutan. Oleh karena itu di butuhkannya upaya program konservasi terhadap gajah.

Salah satu upaya konservasi terhadap gajah yaitu edukasi kepada masyarakat, manajemen metapopulasi, recovery gajah kembalikan gajah ke habitat liarnya, patroli pemantauan gajah, mitigasi konflik gajah dengan manusia, mitigasi konflik berbasis masyarakat, sistem peringatan dini dan restorasi ekosistem.

Alexander Mossbrucker berharap dengan upaya konservasi gajah, dapat menyelamatkan populasi gajah dari kepunahan.

Di akhir sesi Alexander Mossbrucker membagikan buku yang berjudul Island Elephants The Giants of Sumatra yang di tulis oleh Alexander Mossbrucker kepada peserta yang mengikuti kegiatan ini.

Perwakilan Perhimpunan Penjelajah Alam Bencana dan Konservasi Generasi Rimba Alam Semesta (GRAS) Nurhabli Ridwan kader konservasi alam binaan Balai Besar KSDA Sumatera Utara yang juga alumni pendidikan Green Leadership Indonesia Bacth 1 hadir dalam kegiatan ini mengatakan diskusi kali ini sangat bermanfaat, dimana sebagai penggiat lingkungan kita juga dapat berpartisipasi untuk mensosialisasikan satwa gajah yang saat ini terancam punah.

Salah satu yang bisa kita lakukan yaitu dengan membuat poster edukasi di media sosial mengkampanyekan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa gajah. Semoga dengan banyaknya edukasi satwa gajah dapat terjaga dari kepunahan dan COP dapat terus mengadakan kegiatan edukasi tentang satwa kunci yang ada di wilayah Sumatera Khususnya Sumatera Utara.(red)


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Amru Lubis
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Bawa ke Level Baru : Kelly Tandiono Siap Pimpin Miss Universe Indonesia 2025 Menuju Era Inovasi dan Pemberdayaan
Polres Sergai Ungkap Residivis Curat di Pantai Cermin Pelaku Diberi Hadiah Timah Panas
Gemot Mafia Banglades Kembali Berulah Aniaya Atlet Tarung Drajat, Reskrim Polres Asahan Tangkap 3 Pelaku
Mahkamah Agung Kabulkan Kasasi OJK Atas Gugatan Pencabutan Izin Usaha PT Asuransi Jiwa Kresna Life
Plt Dirut : Wartawan Sahabat Dalam Memberi Pelayanan Terbaik
Wakil Bupati Solok H. Candra Lakukan Sidak ke Disduk Capil Untuk pastikan Pelayanan Prima Ke Masyarakat
komentar
beritaTerbaru