TABAGSEL | Sumut24.co
Baca Juga:
Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) kembali diterpa kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), memicu antrian panjang yang menjalar hingga ratusan meter di sejumlah SPBU, Sabtu (6/12/2025). Situasi ini terjadi di tengah pemulihan pascabencana banjir bandang dan longsor yang melanda Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Tapanuli Tengah (Tapteng).
Meski intensitas hujan mulai mereda dan alat berat sudah bekerja di titik-titik terdampak, distribusi BBM hingga kini belum kembali normal.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, seluruh SPBU salah satunya di Kota Padangsidimpuan hari ini tidak menerima pasokan Pertalite maupun Pertamax. Hanya BBM jenis Solar yang masuk dalam jumlah terbatas.
Ironisnya, di tengah kelangkaan yang melanda SPBU resmi, penjual BBM eceran justru menjual Pertalite dan Pertamax dengan harga mulai dari Rp20 ribuan sampai 30 ribuan per liter (dua kali lipat harga normal), memicu kecurigaan adanya rantai distribusi yang tidak beres, apalagi BBM jenis Pertamax yang belum pernah masuk di SPBU sudah dua minggu.
*Warga Mengeluh: "Antri Berjam-Jam, Kadang Harus Menginap"*
Leman Siregar, seorang pengemudi becak bermotor, mengaku sudah kelelahan menghadapi kondisi kelangkaan yang berulang.
"Antri sudah jelas, amang. Bisa berjam-jam, kadang cepat kadang sampai menginap," ujarnya dengan nada kesal saat ditemui.
Ia juga menduga adanya praktik kecurangan dari sejumlah kendaraan roda empat.
"Beberapa mobil setelah isi BBM, beberapa jam balik lagi antri. Saya rasa ada permainan. Mungkin mereka sengaja kosongin tangki untuk nimbun," tambahnya.
Tak hanya itu, sejumlah mobil bahkan terlihat diparkir sejak BBM belum datang, ditinggal begitu saja semalaman demi mendapatkan posisi terdepan.
"Begitu ada info BBM mau masuk, mereka langsung datang. Dampaknya macet makin panjang," keluhnya.
Kapolres Padangsidimpuan AKBP Dr. Wira Prayatna, S.H., S.I.K., M.H., menjelaskan bahwa kelangkaan BBM merupakan dampak langsung dari terganggunya jalur distribusi utama.
"Bencana alam di Tapsel dan Tapteng berdampak besar. Selama ini pasokan BBM untuk Padangsidimpuan berasal dari Sibolga. Karena wilayah itu terdampak bencana, distribusi terputus dan pemasokan terganggu," jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa saat ini suplai BBM dialihkan dari Dumai, namun jumlah pasokan belum stabil sehingga antrean tak terhindarkan.
"Kondisi ini membuat pasokan masuk dalam jumlah terbatas," ungkapnya.
Lebih lanjut, polisi juga menyoroti harga BBM eceran yang melambung tinggi.
"Soal harga eceran yang naik, akan kita selidiki. Kita lakukan patroli dan pengecekan langsung. Jika ditemukan penyimpangan seperti penimbunan, pasti kita tindak tegas," tegasnya.
*Pertamina Diperiksa Publik: Distribusi Dinilai Tidak Maksimal*
Kelangkaan berulang, antrean kendaraan yang tidak terkelola, dan lonjakan harga BBM eceran membuat masyarakat mempertanyakan kinerja Pertamina.
Sejumlah warga menilai Pertamina tidak becus mengatur distribusi, terutama pada kondisi pascabencana yang membutuhkan respon cepat dan sistem pengawasan lebih ketat.
Minimnya pengiriman Pertalite dan Pertamax ke SPBU resmi, sementara BBM eceran beredar bebas, memperkuat anggapan bahwa ada celah distribusi yang tidak dikendalikan secara optimal.
Kemudian, Tim redaksi Signal24.id melakukan pengecekan ke sejumlah pasar seperti Sangkumpal Bonang, Pajak Batu, dan Rajawali untuk memastikan apakah kelangkaan BBM memicu kenaikan harga pangan.
Hasilnya, harga kebutuhan pokok terpantau relatif normal:
- Cabai merah: Rp70.000 – Rp85.000/kg
- Tomat: Rp10.000/kg
- Ongkos becak bermotor: masih stabil
Sementara itu, harga BBM eceran di sejumlah titik berada di kisaran Rp20.000an hingga Rp30. 000an per Liter.zal
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News