Minggu, 10 Agustus 2025

Resesi di Sumut Berlanjut, Ekonomi Tumbuh Negatif, Daya Beli Terpuruk

Administrator - Rabu, 10 Februari 2021 04:18 WIB
Resesi di Sumut Berlanjut, Ekonomi Tumbuh Negatif, Daya Beli Terpuruk

 

Baca Juga:

MEDAN | SUMUT24

Kinerja perekonomian Sumut kalau mengacu kepada PDRB (Produk domestic regional bruto) memang lebih buruk dari rata-rata nasional. Yang menjadi kekuatiran adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumut secara kuartalan.

Kita tahu bahwa pertumbuhan ekonomi Sumut kuartal III ke kuartal IV justru melambat 0.05%,kata pengamat ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Selasa (9/2).

Jadi begini, katanya, ekonomi di bulan Juli-September ke Oktober-Desember 2020 itu kinerjanya tumbuh tapi melambat. Padahal kuartal IV itu ada Natal, dan persiapan belanja besar masyarakat menjelang tahun baru. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan secara kuartalan tidak terjadi lompatan besar. Inilah yang membuat pertumbuhan ekonomi Sumut minus 1.07% (c-to-c) atau selama tahun 2020. Lebih baik dari nasional yang angkanya -2.07%.

Sebelumnya terlihat Sumut berpeluang untuk tumbuh negatif dikisaran angka 1% tahun 2020, jadi memang tidak jauh dari perkiraan. Dan saya meletakkan dasar bahwa kuartal ke IV itu ekonomi Sumut seharusnya berputar jauh lebih kencang dibandingkan kuartal III yang nota bene tidak ada perayaan besar keagamaan yang memicu belanja di situ.

Kalau kuartal ke IV 2020 lebih buruk dibandingkan kuartal ke IV 2019. Kondisi itu sudah barang pasti terjadi. Membandingkan pertumbuhan ekonomi Sumut kuartal ke IV 2019 ke kuartal IV 2020 itu kontraksinya besar sekali, angkanya -2.96%. Lebh buruk dari nasional yang angkanya 2.19%.

Apa yang bisa digambarkan dari perekonomian Sumut tersebut adalah kita memiliki masalah serius di daya beli. Satu hal yang harus kita ingat, dalam setahun atau selama 2020, itu daya beli terus terpuruk. Yang telah digambarkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi yang negatif 1.07%. Padahal Desember itu ada Natal hingga jelang perayaan Tahun baru.

Belanja di bulan Natal bagi umat kristiani tak ubahnya belanja masyarakat muslim menjelang Lebaran. Dan kalau kondisinya justru terkontraksi seperti itu, maka kita berada pada suatu kesimpulan besar bahwa belanja masyarakat Sumut menurun tajam.

Pandemi yang belum berakhir, ditambah respon kebijakan PPKM. Dan justru terjadi kenaikan pada sejumlah komoditas pangan belakangan ini. Seharusnya pemangku kebijakan tidak bisa tidur tenang dengan gambaran seperti itu. Sumut masih dalam resesi, dan resesi ini berpeluang berlanjut di awal tahun ini.

Kita tidak bisa lantas mengasumsikan bahwa pandemic Covid-19 teratasi, lantas kita bisa duduk tenang melihat pemulihan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Karena kita tengah berhadapan dengan variabel yang tak bisa diprediksikan. Yang bisa merusak kinerja ekonomi seketika. Inflasi yang terbentuk selama akhir tahun memastikan bahwa kenaikan harga bukan karena pemulihan daya beli,katanya. (C04)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
FEEA Resmi Diluncurkan di Medan: Hadirkan Warna Baru Lewat Single Perdana “Biarkanlah Berlalu”
Menpora Apresiasi Putaran Ketiga FIA APRC 2025 di Simalungun
Dua Anak Didik Yayasan Hikmatul Fadillah Simalungun Di Lepas Bupati Simalungun Tampil Dai Cilik TVRI Sumut 2025
Bupati Pakpak Bharat Membuka Pendidikan Dan Pelatihan Calon Paskibraka Di Cikaok
Menyambut HUT RI Ke 80 Tahun, Pemkab.Pakpak Bharat Melaksanakan Fun Run 10 Km
Nama Anggota DPR RI Komisi XI yang Diduga Terlibat Dana CSR BI dan OJK 2020–2023 dan Dua Pindah Ke Eksekutif sedang Pengembangan Sorotan KPK
komentar
beritaTerbaru