Kamis, 21 Agustus 2025

Setelah 17 Agustus, Mengisi Kemerdekaan dengan Tindakan Nyata

Administrator - Kamis, 21 Agustus 2025 11:52 WIB
Setelah 17 Agustus, Mengisi Kemerdekaan dengan Tindakan Nyata
Istimewa
Dr. Hj. Nur Aisyah, SE,MM

Oleh : Dr. Hj. Nur Aisyah, SE,MM

Baca Juga:

Setiap 17 Agustus, bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan dengan penuh semangat. Bendera dikibarkan, lomba digelar, dan doa dipanjatkan sebagai wujud rasa syukur atas perjuangan para pahlawan. Namun, yang lebih penting dari sekadar perayaan adalah bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu setelah hari raya usai.

Kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang kebebasan untuk hidup layak, mendapatkan pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan rasa aman. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara yang relevan di zaman modern: bekerja dengan integritas, berkarya dengan kualitas, serta peduli pada sesama.

Pasca 17 Agustus, kita diingatkan bahwa nasionalisme tidak berhenti pada upacara bendera. Nasionalisme hadir dalam hal-hal sederhana: disiplin bekerja, menghargai perbedaan, menjaga persatuan, hingga membantu mereka yang masih tertinggal.

Jika dulu para pahlawan berjuang dengan bambu runcing, kini perjuangan kita adalah melawan kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan ketidakadilan. Semangat gotong royong yang diwariskan pendiri bangsa harus tetap menjadi pegangan agar Indonesia benar-benar merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

Kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga negara merasakan keadilan sosial, sesuai amanat Pancasila. Maka, mari jadikan semangat 17 Agustus bukan hanya euforia sesaat, tetapi energi untuk terus bergerak maju demi Indonesia yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Pasca 17 Agustus: Menghidupkan Semangat Kemerdekaan dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Agustusan bagi Perempuan Indonesia

Setiap bulan Agustus, seluruh rakyat Indonesia bersuka cita merayakan Hari Kemerdekaan. Bendera merah putih berkibar di setiap sudut, perlombaan rakyat digelar dengan meriah, dan semangat nasionalisme terasa begitu kuat. Namun di balik euforia itu, ada satu pertanyaan penting: apa makna Agustusan bagi perempuan Indonesia?

Sejarah bangsa ini mencatat bahwa perempuan tidak hanya menjadi penonton dalam perjuangan kemerdekaan. Dari Cut Nyak Dhien, Kartini, Martha Christina Tiahahu, hingga Dewi Sartika—mereka semua menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam memperjuangkan bangsa. Karena itu, setiap kali memperingati 17 Agustus, perempuan Indonesia seharusnya melihatnya sebagai momentum untuk meneruskan perjuangan para pahlawan perempuan dengan cara yang relevan pada zamannya.

Bagi perempuan masa kini, kemerdekaan berarti kesempatan untuk berkarya, berpendidikan, dan berperan aktif dalam segala bidang kehidupan. Kemerdekaan memberikan ruang bagi perempuan untuk tidak lagi terkungkung oleh stereotip lama yang membatasi. Kini, perempuan bisa menjadi pemimpin, pengusaha, akademisi, aktivis, sekaligus tetap menjalankan peran dalam keluarga.

Makna Agustusan bagi perempuan Indonesia juga terletak pada kesadaran bahwa perjuangan belum selesai. Jika dulu perjuangan melawan penjajahan, kini perjuangan perempuan adalah melawan diskriminasi, ketidaksetaraan, dan kekerasan berbasis gender. Masih banyak perempuan yang kesulitan mengakses pendidikan, pekerjaan layak, atau bahkan perlindungan hukum. Momentum 17 Agustus harus menjadi pengingat bahwa kemerdekaan sejati baru akan tercapai jika semua warga negara, termasuk perempuan, merasakan keadilan sosial yang dijanjikan dalam Pancasila.

Selain itu, Agustusan juga menjadi ruang kebersamaan. Lomba-lomba sederhana seperti balap karung, tarik tambang, atau memasak nasi tumpeng sering menjadi ajang perempuan menunjukkan kreativitas dan solidaritas. Dari sana terlihat bahwa semangat kebersamaan, gotong royong, dan keceriaan adalah bagian dari kekuatan perempuan dalam membangun bangsa.

Di era digital saat ini, perempuan juga memiliki peran besar dalam menjaga persatuan bangsa. Perempuan sebagai pendidik generasi di rumah tangga dapat menanamkan nilai nasionalisme sejak dini. Perempuan sebagai pengguna media sosial juga bisa menjadi agen perdamaian dengan menyebarkan konten positif dan menolak hoaks serta ujaran kebencian.

Agustusan bagi perempuan Indonesia adalah refleksi bahwa perjuangan tidak selalu dengan angkat senjata, melainkan dengan mengisi kemerdekaan melalui karya, pendidikan, kepedulian sosial, dan keteguhan menjaga persatuan.

Oleh karena itu, setiap 17 Agustus harus menjadi momentum bagi perempuan Indonesia untuk semakin percaya diri melangkah, memperjuangkan hak, dan berkontribusi nyata. Karena bangsa yang besar bukan hanya lahir dari perjuangan para lelaki, tetapi juga dari keberanian dan keteguhan perempuan yang ikut menopang perjuangan.

Merdeka bagi perempuan Indonesia berarti bebas berkarya, bebas bersuara, dan bebas menentukan masa depan. Dan itulah makna Agustusan yang harus kita rayakan bersama.

Agustusan dengan Karya Perempuan

Setiap Agustusan, kita merayakan kemerdekaan dengan semarak. Ada upacara, perlombaan, hingga berbagai kegiatan kebersamaan di tengah masyarakat. Namun, di balik semua itu, peringatan 17 Agustus sesungguhnya adalah momentum refleksi: bagaimana kita mengisi kemerdekaan dengan karya. Bagi perempuan Indonesia, pertanyaan ini menjadi semakin relevan—bagaimana perayaan kemerdekaan dapat diterjemahkan dalam kontribusi nyata melalui karya-karya mereka.

Sejarah telah mencatat betapa besar peran perempuan dalam perjuangan bangsa. Cut Nyak Dhien, Kartini, Martha Christina Tiahahu, hingga Rasuna Said adalah simbol bahwa perempuan tidak hanya mendukung dari belakang, tetapi juga berdiri di garis depan perjuangan. Kini, setelah kemerdekaan diraih, estafet perjuangan itu dilanjutkan bukan lagi dengan bambu runcing, melainkan dengan karya nyata di berbagai bidang kehidupan.

Perempuan Indonesia hari ini telah hadir dalam beragam peran. Mereka menjadi guru yang mencerdaskan generasi, tenaga kesehatan yang merawat masyarakat, pengusaha yang membuka lapangan kerja, akademisi yang menghasilkan penelitian, hingga pemimpin yang membuat kebijakan publik. Semua karya ini adalah bentuk pengabdian sekaligus kontribusi untuk mengisi kemerdekaan.

Penutup :

Agustusan dengan karya perempuan juga terlihat dalam lingkup keluarga dan komunitas. Perempuan sebagai ibu, kakak, atau pemimpin komunitas memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, gotong royong, dan toleransi. Dari tangan perempuan, lahirlah generasi yang berkarakter, cinta tanah air, dan siap melanjutkan cita-cita bangsa.

Di era digital, karya perempuan semakin luas jangkauannya. Banyak perempuan yang menjadi kreator konten edukatif, pebisnis daring, maupun aktivis sosial yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan inspirasi dan gerakan positif. Kreativitas ini adalah bentuk baru dari pengisian kemerdekaan—membawa suara perempuan ke ruang publik yang lebih luas.

Namun, perlu diingat bahwa jalan perempuan masih penuh tantangan. Masih ada kesenjangan akses pendidikan, diskriminasi, serta hambatan kultural yang membatasi ruang gerak mereka. Karena itu, setiap Agustusan juga menjadi pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Kemerdekaan sejati akan tercapai bila perempuan Indonesia benar-benar merasakan kesetaraan dan kebebasan untuk berkarya sesuai potensinya.

Agustusan dengan karya perempuan berarti menjadikan perayaan kemerdekaan bukan sekadar euforia lomba atau pesta rakyat, melainkan momentum untuk menghargai, mendukung, dan memberi ruang lebih besar bagi karya perempuan. Karena karya-karya merekalah yang akan menguatkan fondasi bangsa, memperkaya budaya, dan memperluas peluang masa depan Indonesia.

Merdeka bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang menciptakan masa depan. Dan masa depan Indonesia akan semakin cerah bila perempuan diberi ruang untuk terus berkarya tanpa batas.

Dr. Hj. Nur Aisyah, SE,MM

Kepala Pusat Kajian Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Medan Area

Pemerhati Pendidikan dan pegiat literasi

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Polresta Deli Serdang Gelar Upacara Peringatan Hari Juang Polri Tahun 2025
Hari Perumahan Nasional: Rumah Layak, Harapan Kita Semua
PLN Sukseskan Penyelenggaraan Piala Kemerdekaan 2025 di Sumatera Utara
Peringatan HUT RI ke-80 di Paluta, Reski Basyah Harahap menjadi Inspektur Upacara "Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera Indonesia Maju"
RSUD Gunungtua Berbagi Parsel Buah untuk Pasien, Meriahkan HUT RI ke-80 di Padang Lawas Utara
Meriah! Pawai Deville dan Karnaval Warnai HUT RI ke-80 di Padangsidimpuan, AKBP Wira Prayatna Sampaikan Apresiasi
komentar
beritaTerbaru