sumut24.co -Tabagsel, Wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) yang terdiri dari Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara, sejatinya bukan daerah kecil atau minim kontribusi bagi Sumatera Utara (Sumut).
Baca Juga:
Dari data ekonomi terbaru, wilayah ini menjadi penopang besar sektor pertanian, perkebunan, dan energi di provinsi.Misalnya, Kabupaten Mandailing Natal menyumbang lebih dari 95 ribu ton beras pada tahun 2024, sementara Tapanuli Selatan mencapai 98 ribu ton.
Belum lagi hasil perkebunan sawit, di mana Mandailing Natal sempat mencatat harga Tandan Buah Segar (TBS) tertinggi di Sumut, mencapai Rp 3.170/kgKondisi ini menegaskan bahwa Tabagsel punya daya ekonomi yang kuat, bahkan menjadi penyokong stabilitas pangan dan energi provinsi.
Sayangnya, semua sumbangsih itu belum diimbangi dengan "fit back" atau timbal balik yang sepadan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.Pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan pemerataan ekonomi di Tabagsel masih jauh tertinggal dibandingkan wilayah utara, terutama Kota Medan dan sekitarnya.
*Ketimpangan yang Nyata: Data Tak Bisa Berbohong*Secara ekonomi, potensi Tabagsel terlihat jelas dalam angka:
Kabupaten Padang Lawas memiliki PDRB per kapita Rp 65,29 juta (2024), termasuk yang cukup tinggi untuk ukuran kabupaten agraris.Namun, anggaran untuk pembangunan infrastruktur di wilayah ini hanya sekitar Rp 88,4 miliar per tahun, sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan perbaikan lebih dari 1.100 km jalan kabupaten yang rusak parah.
Di Padang Lawas Utara, kondisi serupa terjadi: PDRB rendah, jalan provinsi dan nasional rusak parah, serta akses transportasi terbatas. Pemerintah provinsi memang sering berjanji memperbaiki, tapi realitas di lapangan menunjukkan lambannya pelaksanaan.Ironisnya, perusahaan besar berplat kendaraan BK, BM, dan BA beroperasi di wilayah Tabagsel, menikmati hasil bumi dan kekayaan alamnya,
sementara masyarakat lokal masih berjuang dengan jalan berlubang, sekolah rusak, dan rumah sakit yang minim fasilitas.*Sumbangsih Tabagsel untuk Sumut: Banyak, Tapi Tak Terlihat
Balasannya*
Berdasarkan data dari BPS daerah, kontribusi wilayah Tabagsel terhadap perekonomian Sumatera Utara cukup besar, terutama dari sektor perkebunan, pertambangan, dan energi.
1. Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menyumbang lebih dari 30% produksi kelapa sawit Sumatera Utara dan menjadi lokasi beroperasinya beberapa perusahaan tambang emas besar.2. Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi lumbung energi dengan keberadaan PLTA Batangtoru yang memasok listrik tidak hanya untuk Tabagsel, tapi juga ke sejumlah daerah di Sumut, serta adanya tambang emas nomor dua terbesar se Indonesia yakni Tambang Emas Martabe yang dimiliki oleh PT Agincourt Resources dengan jumlah cadangan emas sebesar 135 ton.
3. Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara dikenal sebagai penghasil minyak dan sawit, serta menjadi jalur strategis penghubung lintas Sumatera.4. Kota Padangsidimpuan, meski berukuran kecil, merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa di Tabagsel, menjadi poros utama aktivitas ekonomi wilayah selatan Sumut.
Tokoh masyarakat Mandailing Natal, Tan, menyoroti ketimpangan kebijakan ini secara keras.Ia menilai menantu mantan Presiden Joko Widodo, yang kini menjabat Gubernur Sumut, seolah mengabaikan kebutuhan pembangunan di Tabagsel.
"Seharusnya seorang gubernur adalah pemimpin untuk semua wilayah, bukan hanya untuk daerah yang memberi dukungan suara besar saat pemilu.Kalau pun suara di Tabagsel kecil, bukan berarti pembangunan boleh diabaikan," tegas Tan, Selasa (30/9/2025) di Panyabungan.
Menurut Tan, Tabagsel bukanlah daerah miskin sumber daya."Wilayah ini dikelilingi potensi alam melimpah, tambang emas, minyak, pembangkit listrik, hingga perkebunan sawit skala besar," ujarnya.
Namun, dari kekayaan itu, yang kembali ke masyarakat hanya sedikit.
"Bahkan perkebunan milik perusahaan Sumut mayoritas berada di Mandailing Natal. Tapi lihat kondisi daerahnya, jauh dari kata sejahtera," tambah Tan.Sementara itu, Bang Regar, tokoh masyarakat Tapanuli Selatan, menilai bahwa pemekaran Tabagsel bukan sekadar keinginan politik, melainkan tuntutan keadilan pembangunan yang selama ini diabaikan.
"Tabagsel itu bukan wilayah tanpa kontribusi. Justru dari sini Sumatera Utara banyak mendapatkan hasil bumi dan tenaga kerja. Tapi coba lihat, apa yang kembali ke masyarakat? Jalan rusak, sekolah minim fasilitas, dan layanan publik tidak berkembang. Ini ketimpangan yang nyata," ujar Bang Regar dengan nada kritis.Menurutnya, pemekaran Tabagsel menjadi provinsi baru akan menciptakan pemerataan pembangunan yang lebih efektif.
"Kalau Tabagsel berdiri sendiri, anggaran bisa fokus untuk wilayah selatan. Kita bisa kelola hasil alam untuk kepentingan rakyat sendiri, bukan terus dikirim ke Medan tanpa kejelasan manfaatnya," tegasnya.*Kaya SDA, Tapi Miskin Infrastruktur*
Fakta di lapangan memperkuat kritik tersebut. Jalan antar kabupaten di Tabagsel banyak yang rusak parah, bahkan ada yang terbengkalai puluhan tahun.
Di beberapa titik, akses utama warga hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, seperti jalan ke Sipiongot yang berada di Paluta, yangg baru-baru ini viral karena diduga akan dibatalkan pembangunannya disebabkan terkena skandal mega korupsi yang melibatkan mantan Kadis PUPR Sumut Topan Ginting.Padahal, wilayah ini merupakan penghubung penting jalur logistik.
Selain itu, layanan kesehatan dan pendidikan juga belum merata. Rumah sakit dengan fasilitas lengkap hanya tersedia Medan, bahkan sering warga Tabagsel ini yang harus menempuh jarak (383,8 km) via Jl. Lintas Sumatera (Padangsidimpuan-Medan) dengan durasi perjalanan rata-rata 8 jam 21 menit hanya untuik sekedar rujukan.Hal ini sangat miris dikarenan rujukan pasien kritis sering terjadi, bahkaan tak sedikit yang harus meregang nyawa selama diperjalanan.
Kemudian, banyak sekolah di pedesaan Tabagsel masih kekurangan tenaga pengajar dan fasilitas dasar.Kondisi ini membuat sebagian masyarakat menilai bahwa "fit back" dari Sumut sangat minim dibandingkan dengan kontribusi yang mereka berikan.
*Mengapa Pemekaran Tabagsel Jadi Penting*
Melihat kondisi yang timpang tersebut, wacana pemekaran Tabagsel dari Provinsi Sumatera Utara bukan lagi sekadar romantisme politik daerah.Ini adalah tuntutan keadilan pembangunan, dengan status sebagai provinsi baru, Tabagsel bisa:
1. Mengelola potensi alamnya sendiri, tanpa harus menunggu kebijakan pusat provinsi yang tersentral di Medan.2. Meningkatkan efektivitas alokasi anggaran — karena setiap daerah di Tabagsel memiliki kebutuhan infrastruktur yang berbeda, tapi selama ini tidak menjadi prioritas utama di Sumut.
3. Memperkuat identitas kultural dan sosial, karena Tabagsel punya karakter dan sejarah sendiri yang berbeda dari wilayah utara Sumut.(zal)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News