sumut24.co -
Tabagsel, Wilayah Tapanuli Bagian Selatan (
Tabagsel) — yang mencakup Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Sumatera Utara.
Baca Juga:
Namun, di balik potensi besar tersebut, masih ada ketimpangan pembangunan yang cukup mencolok dibandingkan dengan wilayah utara, khususnya Kota Medan.Padahal,
Tabagsel memiliki posisi strategis dan kekayaan sumber daya alam luar biasa yang menjadikannya layak berdiri sebagai provinsi baru yakni
Provinsi Sumatera Tenggara (SUMTENG).
Secara geografis,
Tabagsel punya posisi sangat penting di peta Sumatera. Wilayah ini menjadi gerbang penghubung antarprovinsi, yang memainkan peran besar dalam aktivitas ekonomi lintas daerah.Kabupaten Padang Lawas di bagian timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau. Batas ini membuat Padang Lawas menjadi jalur penting perdagangan dan transportasi antara Sumatera Utara dan Riau.
Sementara Kabupaten Mandailing Natal (Madina) di bagian barat bersentuhan langsung dengan
Provinsi Sumatera Barat. Jalur ini menjadi penghubung vital ekonomi dan budaya antara dua provinsi yang punya sejarah panjang dalam perniagaan di Pulau Sumatera.Letak geografis ini memperkuat alasan mengapa
Tabagsel layak menjadi wilayah otonomi baru, karena secara posisi,
Tabagsel bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi lintas provinsi di bagian tengah Pulau Sumatera.
*Potensi Ekonomi
Tabagsel yang Selama Ini Kurang Dihargai*
Data terbaru menunjukkan,
Tabagsel memiliki kekuatan ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata:Mandailing Natal (Madina) memproduksi lebih dari 95 ribu ton beras pada 2024. Tapanuli Selatan menembus 98 ribu ton beras, menjadikannya salah satu lumbung pangan terbesar di Sumut.
Dari sektor perkebunan, harga TBS sawit di Madina pernah menyentuh Rp3.170/kg, tertinggi di Sumatera Utara.Selain itu, wilayah ini juga menyumbang sektor energi strategis melalui PLTA Batangtoru di Tapanuli Selatan dan tambang emas raksasa Martabe yang memiliki cadangan hingga 135 ton, menjadikannya tambang emas terbesar kedua di Indonesia.
Artinya,
Tabagsel adalah penopang utama perekonomian Sumut bagian selatan. Namun, potensi itu masih "terkekang" oleh minimnya perhatian pembangunan dari pemerintah provinsi.*Ketimpangan Nyata antara Medan dan
Tabagsel*
Kesenjangan pembangunan dan ekonomi terlihat dari data berikut:
⦁ Kota Medan: PDRB per kapita Rp122,59 juta/tahun (2023)
⦁ Rata-rata Provinsi Sumut: Rp73,57 juta (2024)
⦁ Tapanuli Selatan: ± Rp49,42 juta
⦁ Padang Lawas & Padang Lawas Utara: ± Rp49–50 juta
⦁ Mandailing Natal: ± Rp31 juta
Dengan kata lain, pendapatan masyarakat
Tabagsel hanya sekitar 40% dari warga Medan. Padahal, sumber daya alam yang menopang perekonomian provinsi sebagian besar berasal dari wilayah selatan ini.Meski punya performa ekonomi menjanjikan, infrastruktur di
Tabagsel masih tertinggal jauh.
Di Padang Lawas, PDRB per kapita tercatat Rp65,29 juta (2024), tapi anggaran infrastruktur hanya Rp88,4 miliar per tahun, terlalu kecil untuk memperbaiki lebih dari 1.100 km jalan rusak yang jadi urat nadi ekonomi daerah.Di Padang Lawas Utara, kondisi bahkan lebih parah. Jalan provinsi dan nasional banyak yang rusak berat, akses transportasi terbatas, dan janji pembangunan dari pemerintah provinsi sering kali hanya sebatas wacana.
Ironisnya, banyak perusahaan besar beroperasi di sektor tambang dan perkebunan dengan plat kendaraan BK, BM, dan BA, mengambil hasil bumi
Tabagsel tanpa berkontribusi signifikan pada pembangunan infrastruktur daerah.*Kesenjangan Kualitas Hidup: Fakta yang Tak Terbantahkan*
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memperlihatkan perbedaan yang jelas antara Medan dan
Tabagsel, Medan: 82,61 poin (2023), Rata-rata
Tabagsel: 71–78 poin (2024).Tingkat kemiskinan pun masih tinggi:
Medan sudah menekan angka kemiskinan ke 7,25% (2025), sementara kabupaten-kabupaten di
Tabagsel masih berada di kisaran 6,9–8,9%, dengan Padang Lawas Utara menjadi yang tertinggi.
Ini menunjukkan bahwa
Tabagsel butuh pemerataan pembangunan yang lebih serius, bukan sekadar janji politik.*Kontribusi Besar
Tabagsel untuk Sumatera Utara*
Berikut kontribusi nyata
Tabagsel terhadap ekonomi Sumut:1. Mandailing Natal (Madina) menyumbang lebih dari 30% produksi kelapa sawit Sumut dan tambang emas nasional.
2. Tapanuli Selatan menjadi lumbung energi Sumut dengan PLTA Batangtoru dan tambang emas Martabe.3. Padang Lawas dan Paluta dikenal sebagai penghasil minyak dan sawit serta menjadi jalur strategis lintas Sumatera.
4. Padangsidimpuan berperan sebagai poros pendidikan, perdagangan, dan jasa bagi seluruh
Tabagsel.Dengan kontribusi sebesar ini, sudah sewajarnya muncul aspirasi agar
Tabagsel bisa mengelola potensi daerahnya sendiri melalui pemekaran menjadi
Provinsi Sumatera Tenggara (SUMTENG).
Mantan anggota DPRD Padangsidimpuan dari Fraksi Gerindra, Erwin Sinaga, menegaskan:"Ketidakberuntungan Bobby Nasution di
Tabagsel saat pemilu jangan dijadikan alasan untuk menafikkan
Tabagsel itu sendiri. Kami berharap momentum ini jadi titik balik, apalagi Gubernur Sumut sekarang adalah putra asli
Tabagsel. Sudah saatnya wilayah ini merasakan keadilan pembangunan," ujar Erwin.
Sementara itu, Bang Regar sebagai tokoh pemerhati Pembangunan
Tabagsel, menambahkan pandangan visioner."Ada berapa provinsi dan kabupaten di Pulau Sumatera? Dengan adanya
Provinsi SUMTENG, pemerataan ekonomi dan pembangunan dapat dirasakan banyak pihak. Dan sudah saatnya pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo bisa merealisasikan agar penyumbatan sektor ekonomi baik dari pariwisata maupun sektor lainnya dapat memberikan perubahan cepat dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat," tegas Bang Regar yang selalu menyoroti Pembangunan di Sumatera Utara khusus nya tanah kelahirannya
Tabagsel
Kedua tokoh ini menegaskan satu hal, pemekaran bukan sekadar ambisi politik, tapi kebutuhan nyata untuk pemerataan dan percepatan pembangunan.(zal)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News