Rabu, 08 Oktober 2025

Pemekaran Tabagsel Jadi Provinsi SUMTENG: Jalan Tengah untuk Pemerataan Ekonomi dan Kebangkitan Sumatera

Administrator - Senin, 06 Oktober 2025 11:14 WIB
Pemekaran Tabagsel Jadi Provinsi SUMTENG: Jalan Tengah untuk Pemerataan Ekonomi dan Kebangkitan Sumatera
Istimewa
sumut24.co -Tabagsel, Wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) — yang mencakup Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Sumatera Utara.

Baca Juga:
Namun, di balik potensi besar tersebut, masih ada ketimpangan pembangunan yang cukup mencolok dibandingkan dengan wilayah utara, khususnya Kota Medan.

Padahal, Tabagsel memiliki posisi strategis dan kekayaan sumber daya alam luar biasa yang menjadikannya layak berdiri sebagai provinsi baru yakni Provinsi Sumatera Tenggara (SUMTENG).

Secara geografis, Tabagsel punya posisi sangat penting di peta Sumatera. Wilayah ini menjadi gerbang penghubung antarprovinsi, yang memainkan peran besar dalam aktivitas ekonomi lintas daerah.

Kabupaten Padang Lawas di bagian timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Batas ini membuat Padang Lawas menjadi jalur penting perdagangan dan transportasi antara Sumatera Utara dan Riau.

Sementara Kabupaten Mandailing Natal (Madina) di bagian barat bersentuhan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Jalur ini menjadi penghubung vital ekonomi dan budaya antara dua provinsi yang punya sejarah panjang dalam perniagaan di Pulau Sumatera.

Letak geografis ini memperkuat alasan mengapa Tabagsel layak menjadi wilayah otonomi baru, karena secara posisi, Tabagsel bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi lintas provinsi di bagian tengah Pulau Sumatera.

*Potensi Ekonomi Tabagsel yang Selama Ini Kurang Dihargai*
Data terbaru menunjukkan, Tabagsel memiliki kekuatan ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata:

Mandailing Natal (Madina) memproduksi lebih dari 95 ribu ton beras pada 2024. Tapanuli Selatan menembus 98 ribu ton beras, menjadikannya salah satu lumbung pangan terbesar di Sumut.

Dari sektor perkebunan, harga TBS sawit di Madina pernah menyentuh Rp3.170/kg, tertinggi di Sumatera Utara.

Selain itu, wilayah ini juga menyumbang sektor energi strategis melalui PLTA Batangtoru di Tapanuli Selatan dan tambang emas raksasa Martabe yang memiliki cadangan hingga 135 ton, menjadikannya tambang emas terbesar kedua di Indonesia.

Artinya, Tabagsel adalah penopang utama perekonomian Sumut bagian selatan. Namun, potensi itu masih "terkekang" oleh minimnya perhatian pembangunan dari pemerintah provinsi.

*Ketimpangan Nyata antara Medan dan Tabagsel*

Kesenjangan pembangunan dan ekonomi terlihat dari data berikut:

⦁ Kota Medan: PDRB per kapita Rp122,59 juta/tahun (2023)
⦁ Rata-rata Provinsi Sumut: Rp73,57 juta (2024)
⦁ Tapanuli Selatan: ± Rp49,42 juta
⦁ Padang Lawas & Padang Lawas Utara: ± Rp49–50 juta
⦁ Mandailing Natal: ± Rp31 juta

Dengan kata lain, pendapatan masyarakat Tabagsel hanya sekitar 40% dari warga Medan. Padahal, sumber daya alam yang menopang perekonomian provinsi sebagian besar berasal dari wilayah selatan ini.

Meski punya performa ekonomi menjanjikan, infrastruktur di Tabagsel masih tertinggal jauh.

Di Padang Lawas, PDRB per kapita tercatat Rp65,29 juta (2024), tapi anggaran infrastruktur hanya Rp88,4 miliar per tahun, terlalu kecil untuk memperbaiki lebih dari 1.100 km jalan rusak yang jadi urat nadi ekonomi daerah.

Di Padang Lawas Utara, kondisi bahkan lebih parah. Jalan provinsi dan nasional banyak yang rusak berat, akses transportasi terbatas, dan janji pembangunan dari pemerintah provinsi sering kali hanya sebatas wacana.

Ironisnya, banyak perusahaan besar beroperasi di sektor tambang dan perkebunan dengan plat kendaraan BK, BM, dan BA, mengambil hasil bumi Tabagsel tanpa berkontribusi signifikan pada pembangunan infrastruktur daerah.

*Kesenjangan Kualitas Hidup: Fakta yang Tak Terbantahkan*

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memperlihatkan perbedaan yang jelas antara Medan dan Tabagsel, Medan: 82,61 poin (2023), Rata-rata Tabagsel: 71–78 poin (2024).

Tingkat kemiskinan pun masih tinggi:
Medan sudah menekan angka kemiskinan ke 7,25% (2025), sementara kabupaten-kabupaten di Tabagsel masih berada di kisaran 6,9–8,9%, dengan Padang Lawas Utara menjadi yang tertinggi.

Ini menunjukkan bahwa Tabagsel butuh pemerataan pembangunan yang lebih serius, bukan sekadar janji politik.

*Kontribusi Besar Tabagsel untuk Sumatera Utara*

Berikut kontribusi nyata Tabagsel terhadap ekonomi Sumut:

1. Mandailing Natal (Madina) menyumbang lebih dari 30% produksi kelapa sawit Sumut dan tambang emas nasional.

2. Tapanuli Selatan menjadi lumbung energi Sumut dengan PLTA Batangtoru dan tambang emas Martabe.

3. Padang Lawas dan Paluta dikenal sebagai penghasil minyak dan sawit serta menjadi jalur strategis lintas Sumatera.

4. Padangsidimpuan berperan sebagai poros pendidikan, perdagangan, dan jasa bagi seluruh Tabagsel.

Dengan kontribusi sebesar ini, sudah sewajarnya muncul aspirasi agar Tabagsel bisa mengelola potensi daerahnya sendiri melalui pemekaran menjadi Provinsi Sumatera Tenggara (SUMTENG).

Mantan anggota DPRD Padangsidimpuan dari Fraksi Gerindra, Erwin Sinaga, menegaskan:

"Ketidakberuntungan Bobby Nasution di Tabagsel saat pemilu jangan dijadikan alasan untuk menafikkan Tabagsel itu sendiri. Kami berharap momentum ini jadi titik balik, apalagi Gubernur Sumut sekarang adalah putra asli Tabagsel. Sudah saatnya wilayah ini merasakan keadilan pembangunan," ujar Erwin.

Sementara itu, Bang Regar sebagai tokoh pemerhati Pembangunan Tabagsel, menambahkan pandangan visioner.

"Ada berapa provinsi dan kabupaten di Pulau Sumatera? Dengan adanya Provinsi SUMTENG, pemerataan ekonomi dan pembangunan dapat dirasakan banyak pihak. Dan sudah saatnya pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo bisa merealisasikan agar penyumbatan sektor ekonomi baik dari pariwisata maupun sektor lainnya dapat memberikan perubahan cepat dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat," tegas Bang Regar yang selalu menyoroti Pembangunan di Sumatera Utara khusus nya tanah kelahirannya Tabagsel

Kedua tokoh ini menegaskan satu hal, pemekaran bukan sekadar ambisi politik, tapi kebutuhan nyata untuk pemerataan dan percepatan pembangunan.(zal)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Bambang Sumantri
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Mendesak! Tabagsel Harus Mekar dari Sumut, Demi Pemerataan Pembangunan dan Keadilan Daerah
JMSI Tabagsel Bersilaturahmi dengan PLTA Sipirok, Bahas Kolaborasi untuk Kemajuan Tabagsel
Suara “Merdeka” Tabagsel: Saatnya Berdiri Jadi Provinsi Sendiri
Pembangunan Gagal, Jalan Sipiongot Mangkrak: Tabagsel Ingin Mandiri Jadi Provinsi
PWI Tabagsel Gelar Capacity Building, Nur Cahyo : Jurnalis Harus Berikan Makna baik Berpikir dan Bertindak
Tenun Asahan Didorong Jadi Produk Ekonomi Kreatif Kompetitif
komentar
beritaTerbaru