Kamis, 18 September 2025

Cage-Free District: Prawirotaman-Tirtodipuran Yogyakarta Jadi Kawasan BisnisPertama di Indonesia Peduli Kesejahteraan Hewan

Administrator - Selasa, 23 Juli 2024 21:55 WIB
Cage-Free District: Prawirotaman-Tirtodipuran Yogyakarta Jadi Kawasan BisnisPertama di Indonesia Peduli Kesejahteraan Hewan
Yogyakarta I Sumut24.co
Cage-free District pertama di Indonesia yang berlokasi diJalan Prawirotaman dan Tirtodipuran Yogyakarta baru saja diluncurkan di Yogyakarta oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta diwakilkan Ibu Anita Verawati,S.Psi., Psi, M.M. selaku Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Kota Yogyakarta.

Baca Juga:

Inisiatifdari Animal Friends Jogja (AFJ), Act For Farmed Animals (AFFA) dan Animals Don'tSpeak Human (ADSH) ini menandai satu kawasan bisnis yang peduli dengankesejahteraan hewan dan kelestarian lingkungan.

"Yogyakarta adalah pionir Cage-Free District di Indonesia dan diharapkan menjadicontoh bagi kota-kota lain," kata Elly Mangunsong, Corporate Outreach Manager diAnimal Friends Jogja.

"Di Indonesia, 83 perusahaan telah berkomitmen menggunakantelur bebas sangkar, yang terdiri dari 61 perusahaan global/multinasional dan 22perusahaan nasional/lokal, dengan 18 perusahaan berasal dari Jogja. Kami berharaplebih banyak pelaku bisnis mengikuti langkah ini," lanjutnya.

Peluncuran Cage-free District Yogyakarta ditandai dengan penyerahan plakat dan stikerpenanda Cage-Free District kepada pelaku bisnis cage-free oleh Anita Verawati, yangturut mengapresiasi inisiatif ini sebagai langkah inovatif yang sejalan dengan visiYogyakarta untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Kami dari Dinas Pariwisata, mengapresiasi dan mendukung sekali apa yangteman-teman AFJ lakukan. Yogyakarta sebagai kota wisata dengan kekayaan budayadan sejarahnya akan mempunyai nilai tambah wisata terhadap wisatawan yang peduliterhadap isu-isu kesejahteraan hewan dan keberlanjutan, apalagi wisata yang kitausung adalah sustainable tourism.

Dengan adanya Cage-Free District di kawasanPrawirotaman serta Tirtodipuran menjadikan area tersebut sebagai destinasi wisatayang mendukung arah kebijakan kami, serta industri yang lebih ramah dan memberikankebaikan kepada kita sebagai manusia dan diharapkan akan mengundang semakinbanyak usaha bisnis di berbagai area untuk beralih ke telur bebas sangkar dalamproses produksinya, sehingga tidak hanya meningkatkan kesejahteraan hewan,diharapkan menambah citra wisata dan juga menjadi bagian dari branding JogjaIstimewa," ungkap Anita.

Nino dari ViaVia Bakery, sebagai salah satu bisnis yang sudah berkomitmen cage-freemenyampaikan alasan mereka berkomitmen bebas sangkar, "Selain karena konsep kami adalah eco-friendly kami juga ingin memastikan produk kami bebas darikekejaman terhadap binatang. Setelah berkomitmen kami mendapat respons positif darikonsumen, karena mereka mau makan sesuatu yang membuat mereka nyaman dansenang, dan mereka menyukai produk telur cage-free".

Transisi dari kandang baterai ke bebas sangkar didorong oleh kesadaran pelaku usahaakan pentingnya kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur. Saat ini, 2500perusahaan makanan besar di seluruh dunia telah membuat komitmen untuk hanyamenggunakan telur bebas sangkar dalam rantai pasoknya.

Sistem kandang sangkar atau lebih dikenal kandang baterai jauh dari lima prinsipkebebasan hewan; ayam di kandang baterai menghabiskan sebagian besar hidupmereka dalam rasa sakit.

Riset1 menunjukkan, mobilitas terbatas ayam petelur dalamkandang baterai memengaruhi perkembangan tulang ayam hingga sakit fisik. Salahsatu penyumbang terbesar terhadap rasa sakit dalam sistem kandang baterai adalah kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar bagi ayam, seperti tidak adanya sarang,tempat bertengger (tempat mereka istirahat dan tidur), atau ruang untuk mencarimakan.

Survei2 menunjukkan mayoritas konsumen dunia termasuk di Asia mengkhawatirkankesejahteraan ayam petelur. Di 14 negara yang beragam secara budaya, geografis, danpolitik, sebagian besar dari 4.292 peserta dalam penelitian ini mengonsumsi telur danmenganggap penting bahwa ayam tidak menderita dalam proses produksinya.Mayoritas peserta lebih memilih untuk membeli telur dari ayam yang tidak dipeliharadalam kandang baterai. Temuan penelitian ini tidak hanya memberi peringatan kepadaprodusen telur mengenai preferensi dan tren pasar yang potensial, tetapi juga sebagai kesempatan untuk pengembangan pasar.Unit usaha yang telah berkomitmen akan dimasukkan ke dalam website
www.indonesiacagefreedistrict.com dan bisa diakses secara global.

Selanjutnya, untukusaha yang sudah berkomitmen akan ditempelkan stiker di unit usahanya. Ke depannya, Cage-Free District diharapkan mampu menjadi media promosi danedukasi tentang telur bebas sangkar kepada masyarakat melalui kerja sama denganbisnis kuliner di kawasan penting, sehingga menjadikan industri pariwisata dan ekonomikreatif sebagai tolok ukur perlindungan hewan dan konsumsi makanan yang welas asih.(red)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
T. Tinggi Peringati Peristiwa Berdarah 13 Desember ` 45
Wajah Baru Taman Cadika Medan, Fasilitas Lebih Lengkap dan Ramah Anak
Polisi Sambang Sekolah, AKBP Dr. Wira Prayatna Motivasi Pelajar di MAN 1 Padangsidimpuan
Bawaslu Sumut Gelar Rapat Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Pilkada 2024
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Bank Sumut Digelar: Tiga Agenda Penting Disepakati
Ranperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2023 Disahkan menjadi Peraturan Daerah.
komentar
beritaTerbaru