Medan | SUMUT24
Ilmu falak secara umum di Indonesia masih terbilang langka, apalagi di Kota Medan. Tetapi belakangan ini ada gairah atau semangat masyarakat untuk memahami dan mengerti tentang ilmu falak.
Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA menjelaskan, ilmu falak itu sangat luas, dalam literatur barat ilmu falak itu disebut astronomi yang membahas alam semesta dengan segala yang berada di dalamnya. Baik itu galaksi, planet dan bintang-bintang.
Dikatakan Arwin, ilmu falak dalam Islam lebih mengkaji terhadap benda-benda langit yang terkait dengan ibadah umat Islam. Pengkajian Ilmu falak untuk ibadah tersebut secara garis besar terdiri menjadi empat bagian.
“Pertama tentang waktu salat, karena waktu salat itu sangat bergantung dengan posisi gerak harian matahari sehingga urgensinya untuk menentukan waktu salat. Yang kedua adalah menentukan arah kiblat, yang kalau disederhanakan adalah pemahaman terhadap tiga posisi, tempat kita berada, titik kabah dan titik kutub utara.
Pemahaman tentang titik ini dalam disipilin ilmu terkait disebut trigonometri yang termasuk juga ke dalam ilmu astronomi, yaitu pemahaman lokasi terakit posisi lintang geografis dan bujur geografis ,”jelasnya.
Selanjutnya, ilmu falak berperan dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya gerhana, baik gerhana matahari atau juga gerhana bulan. Seperti yang akan terjadi Maret 2016 di Indonesia. Dengan demikian ilmu falak berkepentingan untuk menjelaskan itu karena ada aspek ibadah di dalamnya yakni salat sunat gerhana.
Yang terakhir terkait penentuan awal bulan, baik memakai metode hisab atau rukyat, kedua-duanya adalah domain dari ilmu falak. Kesemua itu adalah cakupan ilmu falak yang spesifik dalam Islam. Secara lebih luas, ilmu falak mengkaji tetang alam semesta dan seluruh isinya.
Meskipun sangat penting, namun ilmu falak masih kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah ataupun masyarakat.
“Adalah problem kita bersama tidak hanya di Medan, tetapi juga di Indonesia. Secara formal akademik, institusi yang menyelenggarakan pendidikan ilmu falak itu hanya dua di Indonesia, yang pertama jurusan astronomi di ITB dan yang kedua adalah di Jurusan Ilmu falak atau konsentrasi ilmu Falak di UIN Walisongo Semarang. Selebihnya hanya mata kuliah biasa atau juga berupa komunitas. Bahkan di Sumatera Utara tidak ada satu institusi/lembaga pendidikan yang memiliki jurusan ataupun konsentrasi ilmu falak,”jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Arwin jika hal ini problem bersama Umat Islam di Indonesia.”Kita tahu bahwa kita punya kepentingan yang sangat besar terhadap ilmu falak karena terkait dengan ibadah, tetapi kita tidak memiliki basis formal akademik di bidang itu,”ujarnya.
Oleh karena itu, Arwin berharap agar pemerintah dapat memberikan ruang akademik untuk pengembangan ilmu falak kedepan.Terlebih karena fungsi dan kegunaanya yang begitu signifikan, baik dalam kepentingan ibadah juga ke pentingan sehari-hari.
Selain itu, yang harus menjadi perhatian bersama bahwa ilmu falak juga terkait dengan masalah peradaban, harga diri dan jati diri sebagai seorang Muslim.
“Jika ditarik ke sejarah, umat Islam punya kejayaan dan kegemilangan yang luar biasa di dalam ilmu falak dan astronomi. Banyak sesungguhnya penemuan astronomi yang merupakan peradaban Islam, tetapi pada hari ini di klaim peradaban barat. Hal ini dikarenakan keabaian kita terhadap situasi yang terjadi,”pungkasnya. (evt)
Home Kota