Minggu, 21 Desember 2025

Banjir Bandang Batang Toru: Dugaan Peran PT Agincourt Resources Menguat, Publik Desak Penegakan Hukum Transparan

Administrator - Sabtu, 20 Desember 2025 19:11 WIB
Banjir Bandang Batang Toru: Dugaan Peran PT Agincourt Resources Menguat, Publik Desak Penegakan Hukum Transparan
Tapsel |sumut24.co -

Baca Juga:

Pascabencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan sebagian Tapanuli Tengah (Tapteng), sorotan publik kini mengarah tajam pada dugaan keterlibatan aktivitas industri dalam memperparah kerusakan lingkungan.

Masyarakat sipil bersama pegiat lingkungan mendesak Bareskrim Polri dan Tim Satuan Tugas (Satgas) agar melakukan penyelidikan secara menyeluruh, objektif, dan berbasis data ilmiah, khususnya dengan menelusuri kerusakan dari hulu hingga hilir Daerah Aliran Sungai (DAS).

Publik mengingatkan agar penegakan hukum tidak berhenti pada satu pihak semata tanpa mengurai penyebab struktural yang lebih besar.

Isu ini mengemuka seiring beredarnya tudingan bahwa puluhan ribu meter kubik kayu gelondongan yang ditemukan di Sungai Aek Garoga berasal dari aktivitas PT Tri Bahtera Srikandi (PT TBS). Namun, tudingan tersebut dinilai belum sepenuhnya menjawab kompleksitas persoalan banjir bandang yang terjadi.

*Dugaan Peran Tambang Emas Martabe*

Di tengah polemik tersebut, PT Agincourt Resources (PT AR) selaku pengelola Tambang Emas Martabe justru ikut menjadi sorotan. Berdasarkan temuan organisasi lingkungan Satya Bumi, aktivitas pertambangan PT AR diduga berkontribusi signifikan terhadap meningkatnya risiko banjir bandang dan longsor di kawasan Batang Toru.

Tambang emas Martabe diketahui telah melakukan ekspansi hingga 603,21 hektare, dengan lokasi operasi berada di wilayah bertopografi curam dan lebih tinggi dari permukiman warga.

Kondisi ini dinilai meningkatkan potensi limpasan air, longsor, serta sedimentasi ke wilayah hilir.

PT Agincourt Resources sebelumnya membantah keterlibatan mereka dalam penyumbatan Sungai Aek Garoga.

Namun bantahan tersebut memunculkan tanda tanya besar, mengingat Desa Garoga, wilayah terdampak banjir parah—masih berada dalam konsesi perusahaan.

"Pernyataan tersebut sulit diterima secara logika. Jika perusahaan mengklaim tidak memiliki keterlibatan, mengapa selama ini melakukan kegiatan konservasi di Sungai Garoga dan Aek Ngadol?" ujar Riezcy, perwakilan Satya Bumi, dalam keterangannya, (16/12/2025).

Satya Bumi juga mengungkap adanya bukaan lahan di atas konsesi PT Agincourt Resources yang diduga menjadi pemicu aliran air deras saat hujan ekstrem.

Limpasan air dari area tersebut terlihat mengalir ke anak Sungai Garoga, yang bermuara ke titik-titik banjir terparah di Desa Garoga, Aek Ngadol, dan Huta Godang.

Berdasarkan penelusuran lapangan dan analisis peta konsesi, bukaan lahan tersebut diduga dilakukan oleh PT Sago Nauli di dalam wilayah konsesi PT AR. Namun hingga kini, tidak terdapat informasi terbuka terkait peralihan izin maupun tanggung jawab lingkungan antara kedua perusahaan tersebut.

"Jika belum ada peralihan izin, maka tanggung jawab hukum tetap berada di tangan PT Agincourt Resources. Namun jika izin sudah beralih, maka pemerintah, khususnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hanif Faisol Nurofiq, harus tegas mengevaluasi dan mencabut izin PT Sago Nauli," tegas Riezcy.

Secara hidrologis, area tambang emas Martabe berada dalam dua DAS sekaligus, yakni DAS Batang Toru dan DAS Nabirong. Meski PT AR menolak dikaitkan dengan Sungai Aek Garoga yang masuk DAS Nabirong, perusahaan belum memberikan penjelasan komprehensif terkait dampak pembukaan hutan terhadap Sungai Batang Toru.

Pantauan citra satelit yang dilakukan Satya Bumi menemukan dugaan jejak aliran banjir dan longsor dari area tailing konsesi PT AR yang mengalir ke anak Sungai Batang Toru. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa aktivitas tambang memiliki korelasi dengan bencana di wilayah hilir.

Masifnya eksploitasi hutan dan daerah tangkapan air di Batang Toru dinilai telah menghilangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, khususnya pada ekosistem hutan hujan tropis basah. Sejumlah pihak memperkirakan diperlukan puluhan tahun untuk memulihkan fungsi ekologis kawasan tersebut.

"Tidak ada lagi ruang kompromi. Tindakan tegas pemerintah adalah keharusan, bukan pilihan. Peringatan masyarakat sipil sejak 2022 diabaikan, hingga akhirnya bencana ini merenggut keselamatan manusia dan satwa endemik seperti orangutan dan gajah," ujar Hayaa, aktivis lingkungan.

Sementara itu, Kepala Desa Anggoli, Oloan Pasaribu, menyebutkan berdasarkan pengecekan lapangan menggunakan drone, longsoran yang terjadi mayoritas berasal dari lahan masyarakat.

"Secara topografi, material kayu dari wilayah itu mustahil terbawa hingga ke Sungai Garoga," kata Oloan.

Ia juga menyinggung video banjir bandang pada 25 November 2025 yang memperlihatkan arus deras membawa kayu dari Sungai Sosopan hingga ke Desa Sibiobio, Tapanuli Tengah. Menurutnya, penyelidikan seharusnya difokuskan pada DAS sisi kiri Sungai Garoga yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.

"Penyelidikan harus objektif dan menyeluruh. Jangan asal tunjuk," tegasnya.

Dengan menguatnya berbagai temuan lapangan dan analisis lingkungan, perhatian publik kini semakin mengarah pada PT Agincourt Resources sebagai pihak yang diduga memiliki kontribusi signifikan terhadap memburuknya kondisi lingkungan di Batang Toru.

Masyarakat berharap penegakan hukum berjalan transparan, berbasis data, serta berani menyentuh aktor industri besar demi keadilan ekologis dan keselamatan warga.zal

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Kades Anggoli bersama TNI dan Warga Telusuri Hulu Sungai Aek Nahombar, Fakta Lapangan Bantah Isu Banjir Akibat PT TBS di Tapanuli Selatan
Satgas PKH–Bareskrim Polri Diuji di Kasus Banjir Bandang Batang Toru: Usut Tuntas, Jangan Cari "Kambing Hitam"
Kapolda Sumut dan Bhayangkari Hadirkan Kehangatan Natal bagi Korban Banjir dan Longsor di Humbahas
Telkomsel Turut Ambil Peran sebagai Relawan BUMN di Garis Depan Pemulihan Pascabencana Sumatera
BSI Berangkatkan 100 Relawan ke Aceh, Total Bantuan Logistik Capai 125 Ton
Hadir di Tengah Bencana, Danantara Indonesia dan BP BUMN Kerahkan Ribuan Bantuan Kemanusiaan Bertajuk "BUMN Peduli"
komentar
beritaTerbaru