PALAS|SUMUT24
Harga jual tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani di daerah Kabupaten Padang Lawas (Palas), naik tipis. Tapi, petani sawit di sini mengaku belum bisa tersenyum sumringah, karena petani belum mampu membeli pupuk yang harganya masih tinggi.
Harga jual buah sawit di tingkat petani ini, tentu tidak setinggi harga papan TBS sawit yang tertera pada sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS), yang membeli buah sawit petani lewat pemasok maupun pengumpul.
Informasi dihimpun, Selasa (26/1), harga papan TBS sawit pada PKS PTPN4 Sosa, buah sawit super Rp 1.300/kg dan buah sawit besar Rp 1.280/kg. Pada PMKS PT KAS tertera harga buah sawit besar dibeli Rp 1.270/kg dan buah kecil Rp 1.070/kg. Harga pembelian TBS sawit tertinggi masih dipegang PKS Mananti yakni Rp 1.380/kg.
Sementara itu, Sunarto, satu petani sawit di Desa PIR Trans Sosa Unit 2, Kecamatan Hutaraja Tinggi (Huragi) menyebutkan, saat ini harga jual buah sawit di tempatnya Rp 1.280/kg atau naik Rp 10/kg dari harga minggu lalu yakni Rp 1.270/kg.
“Kalau hasil panen buah sawitnya saat ini sedang trek, dari luas satu hektare paling dapat dipanen sebanyak 500 kilogram, perputaran panen. Sudah tiga bulan ini panen sawitku trek. Musim trek sawit biasanya sampai bulan Februari nanti,” ucapnya.
Biasanya, pada saat normal, hasil panen sawitnya 900 kg. Soalnya perawatan kebun sawitnya tidak maksimal. Memang, kenaikan harga sawit tertinggi pernah dirasakan sampai Rp 2.000/kg.
Sedangkan Sukadno, satu petani sawit yang juga merangkap pengumpul sawit di Desa PIR Trans Sosa Unit 3A mengatakan, selain menjual buah sawit miliknya sendiri dan mengumpulkan buah sawit dari petani setempat, dia menggunakan jasa pemilik SP untuk bisa menjual buah sawit ke PKS.
“Buah sawit dari daerah sini kan termasuk buah plasma dan harga jualnya paling tinggi dari jenis buah lain di PKS. Terkadang, membawa buah sawit ke PKS, kita bisa dapat fee Rp 50/kg sampai Rp 60/kg. Fee tersebut kita bagi Rp 10/kg kepada pemilik SP,” ungkapnya.
Dikatakan, hasil panen sawit masyarakat saat ini sedang trek. Kalaupun harga sawit naik, tapi panennya berkurang, tetap saja petani belum bisa beli pupuk, karena harga pupuk non subsidi masih mahal. “Mau pakai pupuk subsidi payah urusannya, permohonan RDKK-nya sudah disampaikan, pupuknya gak ke luar-ke luar,” katanya. “Kalau pupuk subsidi kita tumpuk nanti disalahkan. Mau dibagikan ke masyarakat sementara tidak kemampuan masyarakat untuk membayarnya, kan jadi repot,” tukasnya.
Menurutnya, dirasakan harga jual buah sawit di tingkat masyarakat saat ini belum baik, maunya harga jual di tingkat petani bisa sampai Rp 1.500/kg hingga Rp 1.700/kg. “Barulah petani bisa tersenyum sumringah dan bisa merawat kebun sawitnya dengan pemupukan yang berimbang,” pungkasnya.(red)