Medan I Sumut24.co
GP Ansor Medan melakukan silahturahmi dengan Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam, Sultan Deli ke-XIV di Istana Maimun, Sabtu (8/1/2022). Pertemuan ini bertujuan untuk melakukan diskusi terkait penguatan tentang kebangsaan.
Ketua GP Ansor Medan, Muhammad Husein Tanjung mengakui bahwa Sultan Deli adalah pondasi tunggal di Sumatera Utara untuk melakukan diskusi hal tersebut.
“Karena Sumatra Utara adalah tanah Deli, maka kita wajib berdiskusi ke beliau dalam rangka penguatan kebangsaan dan bagaimana bertoleransi di Sumut khususnya, karena Sumut miniaturnya Indonesia,” ujar Husein.
Menurutnya, di wilayah Sumatra Utara ini merupakan miniaturnya Indonesia dengan keberagaman suku dan budaya.
“Dan setelah berdiskusi dengan beliau, Sultan juga menjunjung tinggi dan pemahaman tentang toleransi itu,” jelasnya.
Sultan Deli dinilai memiliki wawasan dan gagasan luas terhadap anak muda, yang berkaitan untuk menjaga toleransi.
“Dan kita mendukung sikap beliau yang ini dalam waktu yang lalu kunjungan beberapa rumah ibadah, berjumpa dengan tokoh agama yang lain itu adalah langkah satu apresiasi dalam mewujudkan toleransi,” tutur Husein.
“Pesannya ternyata Pak Sultan memiliki wawasan kebangsaan yang sudah duduk, tidak melihat perbedaan. Tapi melihat perbedaan menjadi sebuah persepsi yang bersama, dalam menjaga kerukunan umat beragama di kota Medan khususnya dan gagasan beliau sangat cemerlang dan yang disampaikan beliau ke depan adalah mendukung dan siap bekerj asama untuk menjaga toleransi umat bergama,” jelas Husein.
Selanjutnya, Sultan Deli berpesan agar GP Ansor mampu untuk memahamkan dan mencerdaskan masyarakat, serta mesti melek teknologi.
Selain itu, Husein berharap kepada Sultan Deli untuk tetap senantiasa merangkul seluruh umat beragama suku bangsa dan memperhatikan bagaimana kearifan lokal itu kembali lagi.
“Karena kita khawatir anak muda sekarang ini sudah tidak tertarik dengan kearifan lokal itu sendiri. Jadi ketika kearifan lokal itu terlupakan maka bagaimana mereka berkembang,” tuturnya.
Hal ini dikarenakan melihat sejarah yang terus berkembang dengan rasa khawatir perubahan anak muda yang melupakan kearifan lokal. Sehingga, anak muda dapat mencintai kearifan lokalnya dan belajar sejarah. “Karena siapa yang menguasai sejarah akan menguasai masa depan,” tuturnya.
Pertemuan yang membahas penguatan tentang kebangsaan, melatarbelakangi atas kejadian mayoritas di kalangan anak muda saat ini. Yaitu keangkuhan penguasa, meskipun diingat pada zaman yang dulu juga sudah ada.
“Ini pengulangan sejarah kembali, tapi sosok dan gayanya berbeda. Model dan gayanya saja berbeda, serta tokohnya. Tapi kejadiannya sama semua. Artinya sejarah ini sangat penting untuk mengenal siapa dan bagaimana zaman dahulu terjadi. Dan hari ini terjadi juga, karena hukum pasti berputar karena kejadiannya seperti itu tinggal tokohnya yang berbeda,” ujarnya.red