Senin, 04 Agustus 2025

Mendekati Rp1.000/Kg, Petani Kelapa Sawit Tersenyum

Administrator - Minggu, 01 September 2019 14:27 WIB
Mendekati Rp1.000/Kg, Petani Kelapa Sawit Tersenyum

 

Baca Juga:

LANGKAT I SUMUT24

Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit kini merangkak membaik dipenghujung Agustus. Informasi dihimpun dibeberapa desa kecamatan Bahorok Minggu, 01/09 menyebutkan harga jual tandan berduri mengalami kenaikan/ perbaikan.

Agen pengumpul dilapangan telah membeli Rp 980/kg, mendekati angka Rp1.000,” ujar kata Alang (52) petani dari desa Timbang Jaya.

Menurutnya, sebelumnya sempat anjlok hingga Rp700/kg, dampaknya petani jadi lesu tak bergairah.

Jika harga murah tentunya petani merugi akibat tingginya nilai cost panen dan biaya lansir. Berdampak juga terhadap Perawatan tanaman, petani tidak mampu merawat tanaman yang cukup tinggi.

“Akibatnya produksi petani menurun drastis hingga satu semester jika sekali terlambat jadwal pemupukan,” imbuh Alang.

Tak jauh beda dengan penuturan Ali Munte (49) petani dari desa Lau Damak, meski belum stabil namun setidaknya sudah perubahan/pergerakan harga jual. “Tidak memahami penyebab naik-turunnya harga TBS tetapi setidaknya petani merasakan kepedulian dan peran pemerintah tentang nasib petani kelapa sawit,” kata Ali tersenyum.

Tidak Berpengaruh

Berbeda dengan penuturan Sumarji (54 thn) warga kelurahan Pekan Bahorok. Pria yang sehari -hari mengandalkan tenaga sebagai buruh panen mengaku harga naik-turun tidak mempengaruhi penghasilan.

Pasalnya, jasa panen dibayar/dinilai majikan berdasarkan bobot produksi. Namun demikian dirinya mengaku lebih senang bekerja dikala harga mahal dan stabil karena majikan terlihat cerita dan pekerja kerap mendapat jasa tambahan atau puding.

Sementara, Sedar Sembiring salah seorang agen/toke pembeli TBS saat ditemui mengatakan, harga beli dilapangan disesuaikan dengan harga jual di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). “Perhitungan jasa angkut transportasi dan operational lapangan sehingga ditetapkan nilai beli terhadap petani,” urai Sembiring.

“Pihaknya juga mengaku lebih menyenangkan bertransaksi dengan petani dikala harga standar karena petani ceria dan sering tersenyum,” kata Sedar. (mit)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
LKP3A Fatayat NU Sumut: "Sumut Darurat Femisida!"
Latar Belakang Non-Teknik,  Plt Kepala Dinas PUPR Sumut Hendra Dermawan Tak Layak
Tingkatkan Literasi Keuangan, Bank Sumut Edukasi Ratusan Pelajar Lewat Nusantara Science Competition dan Seminar Pendidikan Nasional se-Sumut
Perjuangan Dai Pemberdaya Dompet Dhuafa di Pesisir P. Samosir
Bupati Toba Sampaikan Nota Pengantar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2025-2029
Pantia Kongres PWI 2025 Sepakati Mekanisme Pemilihan Ketua Umum Baru
komentar
beritaTerbaru