Senin, 22 Desember 2025

SA’ID BIN AMIR AL-JUMAHI: GUBERNUR YANG GENTAR AKAN HISAB ALLAH, TELADAN KEPEMIMPINAN SEPANJANG ZAMAN

Administrator - Sabtu, 20 Desember 2025 08:55 WIB
SA’ID BIN AMIR AL-JUMAHI: GUBERNUR YANG GENTAR AKAN HISAB ALLAH, TELADAN KEPEMIMPINAN SEPANJANG ZAMAN
Istimewa

Baca Juga:
Oleh: H. Syahrir Nasution, Glr. Sutan Kumala Bulan


Sejarah Islam mencatat nama Sa'id bin Amir al-Jumahi bukan sekadar sebagai pejabat negara pada masa Khilafah, melainkan sebagai simbol kepemimpinan yang takut kepada hisab Allah. Ia adalah potret langka seorang gubernur yang memilih lapar bersama rakyatnya, seorang pemimpin yang dengan sadar "membeli akhirat dengan dunianya."
Kisah Sa'id bin Amir bermula jauh sebelum ia menjadi muslim. Ia adalah pemuda Quraisy biasa yang suatu hari menyaksikan peristiwa kejam: eksekusi Khubaib bin 'Adi radhiyallahu 'anhu, sahabat Rasulullah SAW, yang disalib dan disiksa oleh kaum musyrikin. Di tengah sorak sorai massa, Sa'id mendengar suara yang berbeda—tenang, jernih, dan penuh keyakinan—ketika Khubaib meminta izin untuk shalat dua rakaat sebelum dieksekusi.
Shalat singkat itu, diikuti doa Khubaib yang mengguncang langit, menorehkan luka batin yang tak pernah sembuh dalam diri Sa'id. Sejak hari itu, bayangan Khubaib terus menghantuinya—dalam mimpi, dalam sadar, dan dalam rasa takutnya akan azab Allah. Dari sanalah Allah membukakan dadanya untuk Islam. Sa'id bersyahadat dan menanggalkan seluruh kemewahan dunia Quraisy.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA, Sa'id diangkat menjadi Gubernur Himsh. Namun jabatan tak mengubahnya. Ia tetap hidup sederhana, berpakaian seperti rakyatnya, dan menolak segala bentuk kemewahan. Ketika Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin dari Himsh untuk menerima santunan Baitul Mal, Umar terperanjat: nama Sa'id bin Amir—gubernurnya sendiri—tercantum sebagai fakir miskin.
Delegasi Himsh bersaksi, sering kali tidak terlihat api menyala di rumah sang gubernur, pertanda tak ada makanan yang dimasak. Mendengar itu, Umar menangis. Ia mengirimkan seribu dinar untuk meringankan beban Sa'id. Namun reaksi Sa'id justru mengejutkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Dunia, menurutnya, telah datang merusak akhiratnya.
Dengan persetujuan istrinya, Sa'id membagikan seluruh dinar itu kepada janda-janda miskin, anak yatim, dan rakyat yang membutuhkan. Tak satu dinar pun tersisa. Ia kembali hidup seperti semula—lapar bersama rakyatnya, namun tenang karena takutnya kepada Allah jauh lebih besar daripada takutnya pada kemiskinan.
Sa'id bin Amir al-Jumahi adalah saksi penyaliban, saksi iman, dan saksi kejujuran kekuasaan. Ia tercatat dalam sejarah sebagai gubernur yang gentar akan hisab Allah, pemimpin yang konsisten antara ucapan dan perbuatan, serta teladan bahwa kekuasaan sejati bukan pada jabatan, melainkan pada ketakwaan dan pengorbanan.
Pertanyaannya kini menggema ke zaman kita:
Adakah hari ini—di antara presiden, gubernur, bupati, walikota hingga pemimpin paling bawah—yang meneladani pola hidup Sa'id bin Amir al-Jumahi?
Sejarah telah memberi jawabannya. Tinggal nurani para pemimpin yang menentukan.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
1.070 P3K Paruh Waktu Pemko T. Tinggi Terima SK, Wako : Tunjukkan Kinerja Terbaik
ASN Pemko T. Tinggi Rayakan Natal Wako : Jadilah Pelopor Harmonisasi
Perayaan Natal Oikumene, Wali Kota Ajak Umat Kristiani Dukung Dan Sukses Program Pemerintah
Senior ISEI Binjai Desak Presiden Prabowo Tetapkan Bencana Nasional
GERAK CEPAT (GERCEP) MD KAHMI BINJAI Bantu Korban Bencana Banjir
Pembinaan IVA Test Perkuat Deteksi Dini Kanker Serviks di Kecamatan Aek Songsongan
komentar
beritaTerbaru