Jumat, 10 Oktober 2025

Ratusan Pasar Murah Digelar, Inflasi Sumut Justru Tertinggi di Indonesia

Administrator - Jumat, 10 Oktober 2025 17:36 WIB
Ratusan Pasar Murah Digelar, Inflasi Sumut Justru Tertinggi di Indonesia
Istimewa

MEDAN – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mengklaim telah menggelar ratusan pasar murah untuk menekan harga bahan pokok. Namun ironisnya, laju inflasi di daerah ini justru melonjak menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Juga:

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Sumut pada September 2025 mencapai 5,32 persen (year-on-year), jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 2,65 persen.

Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut Poppy Marulita Hutagalung menyebut, pihaknya telah melakukan berbagai langkah pengendalian, di antaranya melalui gerakan pangan murah dan pasar murah sebanyak 524 kali di seluruh kabupaten/kota.

> "Gerakan pangan dan pasar murah masih terus berlangsung. Ini langkah cepat yang kita lakukan untuk menjaga daya beli masyarakat," ujar Poppy dalam temu pers di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro, Jumat (10/10).

Namun, capaian tersebut dinilai belum berbanding lurus dengan hasilnya. Meski kegiatan pasar murah digelar secara masif, tingkat inflasi Sumut tetap menempati posisi puncak nasional. Kondisi ini memperlihatkan adanya kesenjangan antara intensitas kegiatan dan efektivitas hasilnya.

Sejumlah komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi antara lain beras, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, cabai hijau, dan daging ayam ras.
Kenaikan harga cabai disebut paling tajam dalam tiga bulan terakhir, memicu lonjakan biaya konsumsi rumah tangga.

Poppy mengakui cuaca ekstrem dan menurunnya hasil panen menjadi faktor utama pendorong inflasi, disertai peningkatan permintaan akibat maraknya kegiatan masyarakat.

> "Bulan ini banyak pesta dan kegiatan besar, permintaan meningkat sementara pasokan berkurang," katanya.

Pernyataan tersebut memunculkan kritik karena dianggap belum menyentuh akar persoalan. Alih-alih memperkuat aspek produksi dan distribusi pangan, Pemprov Sumut dinilai masih fokus pada kegiatan seremonial seperti operasi pasar dan tanam serentak yang dampaknya hanya temporer.

Padahal, inflasi di Sumut sudah menjadi persoalan struktural yang berulang dari tahun ke tahun. Peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di sektor pangan juga dinilai masih lemah. Padahal, BUMD seperti PT Aneka Industri dan Jasa (AIJ) dan PT Dhirga Surya seharusnya berfungsi sebagai buffer stock komoditas strategis, terutama cabai dan beras, untuk menstabilkan harga di pasar.

Ironisnya, meski 524 kali gerakan pangan murah diklaim sebagai prestasi, harga cabai di pasar tradisional Medan masih tembus Rp90 ribu/kg, beras medium Rp16 ribu/kg, dan bawang merah di atas Rp45 ribu/kg.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa jumlah kegiatan tidak otomatis berbanding lurus dengan efektivitas pengendalian harga.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Inflasi Sumut Tertinggi Nasional, Warisan Edy Rahmayadi Dirusak Bobby Nasution
Inflasi Melejit Capai 5,25 Persen, Pemprov Sumut Pilih Beli Cabe Jember
Inflasi Sumut Tertinggi Nasional, Kabiro Perekonomian Setdaprovsu Poppy Hutagalung Didesak Dievaluasi
PLN UIP SBU Raih Silver Trophy di Ajang Anugerah ISSF 2025
TOPPIS, Langkah Konkret Tekan Harga Cabai dan Stabilkan Inflasi
Pemprov Sumut Dinilai Gagal Antisipasi Inflasi, Pengamat: Kebijakan Terlambat
komentar
beritaTerbaru