Selasa, 16 September 2025

Mengungkap Misteri Kematian Muhammad Fadhillah : Jeritan Keluarga, Kejanggalan Luka, dan Tuntutan Keadilan

Administrator - Rabu, 10 September 2025 00:03 WIB
Mengungkap Misteri Kematian Muhammad Fadhillah : Jeritan Keluarga, Kejanggalan Luka, dan Tuntutan Keadilan
Istimewa

Medan- kasus kematian tragis Muhammad Fadhilah siswa kelas SMAN 6 Medan, ditemukan tak bernyawa pada pertengahan 15 Agustus 2025, hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya. Keluarga besar korban bersama kuasa hukumnya terus mendesak kepolisian untuk mengungkap kebenaran di balik peristiwa yang mereka sebut penuh kejanggalan.

Baca Juga:

Kronologi Peristiwa

Menurut orang tua Herman Kota catatan keluarga, peristiwa bermula pada 15 Agustus 2025 sekitar pukul 20.20 WIB di kawasan Jalan Ring Road Medan. Saat itu, Fahillah disebut mengalami kecelakaan tunggal yang kemudian membuatnya dibawa ke rumah sakit. Namun, pihak keluarga meragukan kronologi resmi tersebut.

Kuasahukum korban, Edwin mengungkap bahwa ada banyak inkonsistensi sejak awal laporan. "Kami menemukan bahwa jam kejadian tidak sinkron. Ada yang menyebut pukul 14.00, ada pula yang 16.00. Bahkan keterangan rumah sakit pun berbeda dengan laporan awal kepolisian. Ini sudah menjadi catatan serius," tegasnya.

Tim kuasa hukum korban yang terdiri dari Edwin Rizal Pohan, SH, Zulkifli Lubis SH
Hafiz Zuhdi SH, dan Siti Junaidah SH MKn.
menegaskan bahwa kasus ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Mereka menilai ada terlalu banyak kejanggalan yang patut diusut oleh aparat penegak hukum.

"Sejak awal kami melihat ada keanehan dalam kronologi maupun hasil visum. Kondisi korban jelas menunjukkan adanya patah tulang dan luka serius, tetapi laporan resmi tidak menggambarkan hal itu. Ini yang harus diklarifikasi," ujar Edwin Rizal Pohan, SH.

Zulkifli Lubis menambahkan, pihaknya telah melayangkan permintaan resmi kepada kepolisian agar segera dilakukan gelar perkara. "Keluarga sudah menunggu lama. Harus ada transparansi, harus ada kepastian hukum. Kami mendesak kepolisian untuk segera menindaklanjuti dan membuka hasil penyidikan secara terang benderang," tegasnya.


Jeritan Orang Tua Korban

Orang tua Fahillah Herman Koto, dengan suara bergetar, menyampaikan kesedihannya. "Kalau memang benar ini kematian anak saya kecelakaan, saya ikhlas. Tapi saya tetap ingin kebenaran ditegakkan. Kami orang tua hanya bisa meminta, hanya bisa berdoa. Semoga Allah membuka jalan," ujarnya lirih.

Ia menambahkan bahwa sebagai orang tua, ia telah berulang kali mencoba berkomunikasi dengan pihak berwenang, namun jawaban yang diterima tidak memuaskan. "Kami sudah mencoba bertanya, berkomunikasi, tapi jawabannya selalu sedikit, tidak jelas. Kami hanya berharap pemerintah, bapak-bapak di Indonesia, bisa membantu kami mencari keadilan," ucapnya.

Kejanggalan pada Jenazah

Keluarga juga menyoroti kondisi tubuh Fahillah yang tidak sesuai dengan laporan resmi. "Dari yang kami lihat, kondisi anak kami tidak seperti yang disampaikan. Katanya tidak ada luka serius, tapi kenyataannya tangan patah, kaki patah, tubuh penuh bekas luka. Itu jelas tidak wajar," tegas perwakilan keluarga.

Menurut mereka, fakta ini menegaskan bahwa penyebab kematian tidak bisa semata-mata dianggap sebagai kecelakaan biasa. "Kalau benar kecelakaan, kenapa ada luka yang tidak dijelaskan? Kenapa informasi ditutupi?" tambahnya.

Langkah Kuasa Hukum

Kuasahukum keluarga, yang resmi ditunjuk pada 2025, sudah beberapa kali melayangkan surat permintaan gelar perkara kepada kepolisian. "Kami sudah mendatangi pihak Lantas, bahkan menyampaikan langsung kepada Gakkum. Tapi hingga kini belum ada kejelasan. Keluarga sangat menunggu gelar perkara ini," kata Edwin.

Ia menekankan bahwa kasus ini tidak boleh diabaikan. "Ini bukan sekadar perkara pribadi. Ini soal kepastian hukum. Kalau aparat tidak transparan, bagaimana masyarakat bisa percaya pada hukum?" tandasnya. kasus Fadhilah segera diusut tuntas. Mereka menilai ada potensi lain yang bisa menjadi penyebab kematian korban, dan hal itu patut diselidiki.

"Kami sudah berbicara dengan beberapa orang, termasuk warga dari kepulauan, mengenai adanya potensi penyebab dalam kematian Muhammad Fadhillah. Hal ini penting karena bisa menjadi rujukan tambahan bagi penyidik," jelas kuasa hukum.

Harapan Terakhir: Keadilan untuk Fadhillah

Hingga kini, keluarga masih menunggu kabar terbaru dari kepolisian. Mereka menegaskan tidak mencari sensasi atau kepentingan politik, melainkan murni ingin mendapatkan keadilan.

"Kami tidak minta macam-macam. Kami hanya minta kebenaran. Anak kami sudah tiada, tapi jangan sampai kebenarannya ikut dikubur," ujar ayah korban.

Mereka berharap atensi dari Kapolri dan lembaga penegak hukum lainnya bisa mempercepat proses pengungkapan kasus ini. Bagi keluarga, luka kehilangan anak tidak akan pernah sembuh, namun kebenaran adalah satu-satunya obat yang bisa memberi sedikit kelegaan,ucapnya.red2

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Advokat Joni Sandri Ritonga Soroti Penegak Hukum yang Abaikan BPK RI dalam Kasus Korupsi
Dugaan Pembunuhan Berencana Muhammad Fadhillah: Enam Orang Kawan Diperiksa, Satu Mengaku Hancurkan Handphone Korban
Dikabarkan, KPK Tayangkan Surat Panggilan Bobby Nasution dan Erni Sitorus, Biro Hukum Bantah
Polisi Masih Melakukan Penyelidikan Tewasnya Nico Saragih Wartawan Media Online
Advokat Joni Sandri Ritonga Tanggapi Hotman Paris: Gelar Perkara di Istana Terkait Nadiem Makarim Menyalahi Prinsip Negara Hukum
Terkait Pencabulan Anak di Tapsel, Praktisi Hukum Desak Hukuman Maksimal
komentar
beritaTerbaru