Rabu, 18 Juni 2025

GORDANG SAMBILAN DI PANGGUNG GLOBAL Menjaga Identitas Kultural di Tengah Deru Globalisasi

Administrator - Selasa, 17 Juni 2025 18:37 WIB
GORDANG SAMBILAN DI PANGGUNG GLOBAL Menjaga Identitas Kultural di Tengah Deru Globalisasi
Istimewa
Baca Juga:

MEDAN, Sumut24.co

Di tengah pusaran globalisasi yang kian menyeragamkan budaya, sebuah dentum dari lembah Mandailing, Sumatera Utara, akan menggetarkan panggung nasional. "Dentum Perkusi Mandailing Gordang Sambilan", sebuah perhelatan budaya yang dipusatkan di Politeknik Pariwisata Medan pada 16 Agustus 2025, digelar sebagai bentuk revitalisasi seni tradisional sekaligus perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Acara ini mengusung Gordang Sambilan, ansambel perkusi sakral masyarakat Mandailing, ke pusat perhatian sebagai simbol perlawanan kultural terhadap homogenisasi budaya global.

"Gordang Sambilan bukan hanya instrumen musik. Ia adalah sistem pengetahuan, ritual, dan simbol kekuasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Ini bukan pertunjukan biasa, ini adalah medan perlawanan kultural," kata Ijtihad Siregar, pegiat kajian seni dan alumnus Pendidikan Musik Unimed serta S-2 Pengkajian Seni FIB Universitas Sumatera Utara, saat ditemui Sumut24, Senin (16/6/2025).

Menurut Ijtihad, perhelatan ini tidak sekadar menampilkan pertunjukan, melainkan menjadi arena akumulasi dan reproduksi modal budaya sebagaimana dirumuskan sosiolog Prancis Pierre Bourdieu. Dialog interaktif, demonstrasi teknik, serta penampilan para maestro membuka ruang bagi generasi muda untuk membentuk habitus baru—yakni kesadaran dan penghargaan mendalam terhadap kekayaan budaya lokal.

"Kalau globalisasi membawa narasi dominan yang mendangkalkan identitas, maka kita harus melawannya dengan legitimasi pengetahuan lokal yang kuat. Acara ini adalah salah satu bentuknya," ujar Ijtihad.

Aliansi Lintas Disiplin dan Dukungan Lembaga

Acara ini diselenggarakan oleh Politeknik Pariwisata Medan bekerja sama dengan Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia (ADAI) dan Asian Pacific Arts & Cultural Association (ASIA). Kolaborasi lintas bidang ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya domain seniman, melainkan kerja kolektif berbagai sektor.

Direktur Poltekpar Medan, Ngatemin, menyatakan bahwa acara ini merupakan bagian dari pengembangan pariwisata berbasis budaya. "Kita ingin pariwisata kita tidak hanya soal tempat, tapi juga tentang jiwa—dan Gordang Sambilan adalah salah satu jiwanya," ujarnya.

Ijtihad menambahkan bahwa pemilihan tanggal menjelang 17 Agustus bukanlah kebetulan. "Ini adalah pernyataan simbolik: bahwa kebudayaan daerah adalah fondasi dari nasionalisme sejati," ujarnya.

Tiga Pilar: Edukasi, Pertunjukan, dan Legitimasi

"Dentum Perkusi Mandailing Gordang Sambilan" menghadirkan sesi akademik dan praktikal secara berurutan. Mulai pukul 08.00 hingga 13.30 WIB, rangkaian acara mencakup:

Pidato pembuka dari pimpinan lembaga penyelenggara.

Dialog budaya bersama pakar seperti Dr. Irpan Rangukuti, M.Pd. dan maestro Gordang Sambilan, Bakhsan Parinduri.

Pertunjukan ritual seperti Mangngore Mandailing dan sesi demonstrasi teknik Gordang.

Puncak acara berupa penampilan kolosal Gordang Sambilan.


Tak ketinggalan, forum diskusi lintas disiplin akan menyatukan akademisi, praktisi budaya, dan masyarakat umum dalam satu ruang dialog.

Inklusif dan Adaptif

Penyelenggara menyediakan berbagai jalur partisipasi: dari kelas VVIP, VIP, umum, hingga daring. Strategi ini dirancang untuk menjangkau berbagai segmen masyarakat, dari pelajar hingga profesional, dari lokal hingga diaspora.

"Kita ingin memperluas jangkauan modal budaya ini. Di era digital, budaya lokal harus cakap bicara lintas ruang dan generasi," kata Ijtihad.

Ia menutup wawancara dengan pesan penuh makna:
"Gordang Sambilan harus tetap berdentum—bukan hanya di Mandailing, tetapi di telinga dan hati dunia. Ia adalah dentum harapan, dentum perlawanan, dan dentum jati diri."

Dentum Perkusi Mandailing Gordang Sambilan menjadi penanda penting bahwa seni tradisional bukanlah warisan beku, melainkan kekuatan hidup yang mampu beradaptasi, bersuara, dan bahkan melawan. Ketika dunia melaju kencang menuju keseragaman, suara gendang sembilan itu mengingatkan kita akan akar, warisan, dan masa depan yang bisa tetap berbeda—tanpa menjadi asing.red2

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
DMDI Sumut Akan Gelar Kegiatan Internasional di Jakarta, Hadirkan 23 Negara untuk Perkuat Kerja Sama Budaya dan Ekonomi
Alunan Gordang Topak sambut Walikota dan Wakil Walikota Padangsidimpuan Tiba di Bumi Dalihan Natolu
Pelestarian Budaya Lokal AKBP Dr Wira Prayatna Hadiri Pembukaan Lubuk Larangan Sungai Sibontar Padangsidimpuan
Jadikan Medan Sebagai Kota Seni dan Budaya Terbesar di Indonesia
Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe Laksanakan Bimtek konservasi koleksi museum.
Melalui Cooling System Kapolrestabes Medan Serukan Semangat Melestarikan Budaya Lokal
komentar
beritaTerbaru