Baca Juga:
Batang Kuis — Pemerintah desa se-Kecamatan Batang Kuis menggelar sosialisasi pencegahan stunting bagi ibu hamil dan menyusui bertema "Sehat Negeriku, Tumbuh Indonesiaku", Rabu (21/5/2025), bertempat di Aula Kolam Pancing Pagar Pinang, Desa Sei Rotan, Jalan Pendidikan I Gg. Beringin, Dusun IX.
Kegiatan berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang pertama diikuti desa Bakaran Batu, Tumpatan Nibung, Mesjid, Sena, dan Sidodadi. Sementara gelombang kedua melibatkan desa Tanjung Sari, Batang Kuis Pekan, Baru, Sugiharjo, Payah Gambar, dan Bintang Meriah.
Camat Batang Kuis, Muhammad Faisal Nasution S.STP, MAP, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang stunting dan upaya pencegahannya sejak dini.
"Khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga dengan balita. Sosialisasi ini penting agar bayi lahir bebas stunting," ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Desa Bakaran Batu yang juga mewakili para kepala desa se-Kecamatan Batang Kuis, Muslim Susanto, menekankan pentingnya memperhatikan tumbuh kembang anak.
"Stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tapi juga kemampuan berpikir dan kesehatan anak secara keseluruhan," tegasnya.
Materi Sosialisasi
Sebagai narasumber utama, dr. Hj. Lenni Estiani memaparkan langkah-langkah pencegahan stunting, antara lain:
1. Konseling gizi selama kehamilan
2. Pemeriksaan kehamilan berkala
3. Konsumsi makanan sehat untuk balita
4. Pemantauan kesehatan bayi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
5. Pemberian ASI eksklusif
Sedangkan pengobatan bagi anak yang mengalami stunting mencakup:
Pemberian makanan bernutrisi dan tambahan
Suplementasi vitamin A, zat besi, dan yodium
Imunisasi dasar
Pola hidup sehat dan bersih
dr. Lenni juga menyoroti pentingnya periode 1000 HPK, yakni dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, sebagai fase krusial pencegahan stunting. "ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat dianjurkan, dilanjutkan dengan MPASI bergizi," jelasnya.
Ia menambahkan, anak stunting saat dewasa rentan mengalami obesitas sentral serta penyakit kronis seperti hipertensi, jantung, dan stroke.
Faktor Risiko Stunting
Kepala UPT BKKBN Batang Kuis, Masdiana, dalam paparannya mengungkapkan faktor risiko lain, seperti jarak kelahiran yang terlalu dekat dan usia pernikahan yang terlalu dini.
"Jika anak lahir terlalu dekat jaraknya, pola asuh menjadi kurang optimal. Selain itu, pernikahan usia dini juga berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi," ujarnya.
Masdiana juga mengingatkan bahwa meskipun bertubuh pendek adalah ciri stunting, tidak semua anak pendek berarti stunting. "Ciri yang lebih khas adalah kecerdasan otak yang rendah dan daya tahan tubuh lemah," tambahnya.
Peran Semua Pihak
Sosialisasi ini mendorong keterlibatan semua pihak — dari kader posyandu, tenaga Puskesmas, hingga organisasi masyarakat — untuk bersinergi mencegah stunting dan menciptakan generasi sehat dan berkualitas.
Hasil survei tim kesehatan dan kader posyandu menyebutkan, hanya ditemukan satu anak bergejala stunting di wilayah Kecamatan Batang Kuis.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Camat Batang Kuis Muhammad Faisal Nasution, Kapolsek Batang Kuis, para kepala desa dan kaur desa se-Kecamatan Batang Kuis, Kepala UPT BKKBN Batang Kuis Masdiana, akademisi dari Prodi Gizi Universitas Negeri Medan, serta tamu undangan lainnya.rel
-
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News