Rabu, 06 Agustus 2025

SEJARAH KABUPATEN BATANG

Administrator - Rabu, 08 Juli 2020 04:26 WIB
SEJARAH KABUPATEN BATANG

Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA

Baca Juga:

A. Kanjeng Ratu Batang Menggagas Lahirnya Kabupaten Batang

Pelopor berdirinya kabupaten Batang adalah Kanjeng Ratu Batang tahun 1621. Beliau adalah permaisuri Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah kerajaan Mataram tahun 1613 – 1645. Lancarnya Sultan Agung memimpin berkat bantuan, perhatian, dorongan, sokongan, sumbangan Kanjeng Ratu Batang. Beliau adalah wanita karir yang sukses dalam bidang ekonomi, pendidikan, pemerintahan, kemasyarakatan, keagamaan, dan kemanusiaan.

Kecantikan Kanjeng Ratu Batang ibarat sugih rupa kurang candra. Tegese ayu rupane. Jagad gumelar kinarya daluwah sayekti kurang jembar. Samudra laya kinarya mangsi bakal asat kang ponang warih. Semua tidak akan mencukupi untuk menulis cantiknya Kanjeng Ratu Batang. Pribadinya memikat, pemikirannya mempesona, penampilannya mengagumkan. Namun demikian Kanjeng Ratu Batang tetap kuat dalam prinsip, luwes dalam tindakan. Amemangun karyenak tyasing sesama.

Wanudya ayu tama ngambar, aruming kusuma wadana asawang sasi, ri sedheng purnama sidi, netya njahit esmu lindri, grana rungih milangeni, tuhu mustikane putri, tetunggule widadari. Begitulah anggunnya Kanjeng Ratu Batang sebagai ibu negara Mataram. Penampilan beliau terlalu populer sejak dari perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Apalagi beliau kerap turun lapangan. Bersama rombongan kerap blusukan di pemukiman penduduk. Kanjeng Ratu Batang manjing ajur ajer, mancala putra mancala putri.

Ayahnya adalah Tumenggung Hupasanta pembesar tanah Kedu. Kakeknya yaitu Patih Mandaraka, perdana menteri kerajaan Mataram. Beliau anak kandung Ki Juru Martani, pendiri Mataram dan penasihat utama Kasultanan Pajang. Sedang Juru Martani sendiri putra Ki Ageng Saba yang menjadi Bupati Wonosobo. Leluhurnya adalah Ki Ageng Getas Pendawa, putra Bondan Kejawan. Beliau putra Prabu Brawijaya V, raja kraton Majapahit. Dari silsilah ini jelas sekali Kanjeng Ratu Batang masih keturunan Majapahit. Dari jalur Nawangsih, adalah putri Ki Ageng Tarub. Beliau putra Dewi Rasawulan yang menikah dengan Syekh Maulana Magribi. Dewi Rasawulan adik kandung Sunan Kalijaga. Keduanya adalah putra Bupati Wilwatikta Tuban. Boleh dikatakan Kanjeng Ratu Batang adalah trahing kusuma rembesing madu, wijiling atapa, tedhaking andana warih.

Cocok sekali bila Kanjeng Ratu Batang menjadi garwa prameswari raja Mataram. Sultan Agung mendapat pendamping yang seimbang. Garwa sigaraning nyawa. Pilihan Sultan Agung sudah melalui proses saringan ketat yakni bibit bebet bobot. Keturunan, kekayaan, kepribadian menjadi pertimbangan dalam menentukan jodoh seseorang. Tumenggung Huposonto mendidik Kanjeng Ratu Batang sebagai pengusaha sukses. Beliau memutar roda bisnis perkapalan, pelayaran, pelabuhan. Melalui Tumenggung Bahurekso Bupati Kendal, Ratu Batang mengelola pelabuhan Tanjung Emas dan pelabuhan Tegal.

Tahun 1615 usaha ekspor impor udang dan ikan laut ke India, Cina, Malaka, Timur Tengah dan Afrika mendatangkan keuntungan yang berlimpah ruah. Perusahaan Ratu Batang dalam bidang mebel, kayu jati, minyak tanah, hasil bumi membuka lapangan kerja yang luas. Ratu Batang turut pula menjadi pelopor berdirinya pabrik kecap di Purwodadi dan pabrik trasi di Lasem Rembang. Kekayaan Kanjeng Ratu Batang ini digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Mataram.

Dari hasil usaha ini, Kanjeng Ratu Batang membiayai berdirinya Kabupaten Batang. Mulai dari pengadaan lahan, bahan bangunan, tukang dan angkutan semua ditanggung penuh. Kantor kabupaten, alun-alun, masjid agung dan pasar dibangun dengan sempurna. Ahli bangunan didatangkan dari Tuban, juru ukir dari Jepara, pakar marmer dari daerah Tulungagung. Rakyat pun bergotong royong untuk nyumbang bahu suku lan penemu. Semua dilakukan secara sukarela. Ini karena wibawa Kanjeng Ratu Batang. Ini berlangsung tahun 1617.

Rapat pembentukan kabupaten Batang dimulai tahun 1619. Selama dua tahun panitia bekerja dan pula tahun 1621 Kabupaten Batang resmi berdiri. Pejabat Bupati pertama ditunjuk Tumenggung Hupasanta Hadinagoro. Beliau putra Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal pertama. Memang Tumenggung Bahurekso adalah tangan kanan dan penasihat utama Sultan Agung. Kepercayaan raja Mataram pada Tumenggung Bahurekso amat tinggi. Gelar Hupasanta ini sebagai penghormatan kepada ayah Kanjeng Ratu Batang. Rata-rata Bupati Batang selanjutnya menggunakan nama Hupasanta, yang berarti harapan yang makmur sejahtera.

Alangkah bahagianya Kanjeng Ratu Batang mendirikan pemekaran kabupaten di wilayah pesisir. Sebagai tanda gembira beliau berkunjung ke daerah Bandar, Banyuputih, Bawang, Blado, Gringsing, Kandeman, Limpung, Pecalungan, Reban, Subah, Tersono, Tulit, Warungasem, Wonotunggal. Rakyat selalu mengelu-elukan kedatangan Kanjeng Ratu Batang. Pemuka masyarakat dan sesepuh bersepakat menamakan daerah pemekaran ini dengan sebutan kabupaten Batang.

Penggunaan nama Batang jelas untuk menghormati nama Kanjeng Ratu Batang. Ada dua tokoh wanita Batang yang sangat getol mengusulkan nama garwa raja Mataram ini. Dia adalah Endang Wiranti dan Dewi Rantam Sari. Endang Wiranti dinikahkan dengan Tumenggung Duksina pembesar Mataram. Dewi Rantam Sari menikah dengan Tumenggung Hupasanta Hadinagoro.

Kata Batang bermakna adeg-adeg, soko guru, tiang, tegak lurus. Sinonim kata batang yaitu watang. Kata ini begitu populer dalam jagad seni Jawa. Sang patih sigra anata baris Nyawiji gumolong Dhampyak dhampyak gumregut lampahe Binarung krapyak myang watang agathik Gumelar ngebaki Suraknya gumuruh.

Adapun kata batang berarti juga menjawab teka-teki. Batang juga bermakna mengatasi semua persoalan. Kanjeng Ratu Batang pada kenyataannya hadir membuat pepadhang, jagad terang benderang. Wajar sekali kalau kabupaten Batang dalam lintasan sejarah selalu menyumbang pikiran, tenaga, tindakan yang berguna bagi bumi nusantara.

B. Kiprah Kabupaten Batang pada Jaman Kejayaan Masa Lampau

Warga kabupaten Batang selalu berpartisipasi dalam segala kegiatan kenegaraan. Mereka memiliki kesadaran tinggi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Misalnya ketika Sinuwun Amangkurat Agung mengerjakan proyek pembangunan maritim di Tegal. Sebagian besar tenaga pelaksana proyek didatangkan dari kabupaten Batang tahun 1650 – 1655.

Sinuwun Amangkurat Agung memerintah kerajaan Mataram tahun 1645 – 1677. Pada masa pemerintahannya itu banyak dilakukan pembangunan di kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Tegal, Kendal, dan Batang. Sesuai dengan amanat orang tuanya Sultan Agung. Beliau selalu melanjutkan tradisi luhur. Apalagi Kanjeng Ratu Batang adalah ibunda Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Secara otomatis Kabupaten Batang mendapat perhatian utama dari kerajaan Mataram. Ini berlaku turun temurun.

Kanjeng Ratu Wiratsari adalah permaisuri Sinuwun Amangkurat Tegal Arum. Beliau mendapat puan dari mertuanya, supaya memperhatikan kemajuan bumi Batang. Maka tiap tahun ada program untuk wilayah pesisir sekitar pantai Siganda, Cemara Sewu, Ujung Nagaro. Kegiatan di pantai ini meliputi sedekah laut. Rakyat Batang diajak upacara wilujengan, agar semua selamat. Kegiatan ritual lain yaitu tapa kungkum di Curug Gombong, meditasi di bukit Sri Gunung. Curug Sejeglong, Telaga Dringo, Batu Gamelan, pemandian air panas Sangubanyu dan patirtan Balekambang mendapat perhatian dari abdi dalam Purwo Kinanthi yakni petugas kerajaan yang pakar tentang sesaji ritual adat.

Demi kecintaannya pada masyarakat Batang, Kanjeng Ratu Wiratsari memberi anugerah besar. Yaitu pusaka tombak Kyai Abirawa. Pusaka ini ampuh, wutuh, sepuh dan berpengaruh. Tiap kali di kirab, lantas mengeluarkan daya perbawa yang ayem tentrem. Para pendherek kirab bersemangat untuk bekerja keras, sengkut gumregut tandang gawe. Dengan kirab Kyai Abirawa etos kerja menjadi lebih gumreget, gumregut lan gumregah. Kirab pusaka Kyai Abirawa besar-besaran terjadi pada tahun 1659. Sinuwun Amangkurat Agung dan Kanjeng Ratu Wiratsari hadir di pendopo Kabupaten Batang.

Keberadaan warga Batang sungguh terhormat di mata Mataram. Pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono I tahun 1708 – 1719, Kabupaten Batang kerap mendapat kunjungan kenegaraan. Permaisurinya bernama Kanjeng Ratu Mas Balitar. Ibu-ibu dari Batang diundang ke Kartasura untuk kursus batik, kuliner, rias manten, dan mencoba belajar menenun kain.

Pelajaran dari Kartasura penting buat menambah kesejahteraan keluarga. Pengusaha warung makan Weleri diundang ke Kartasura untuk mengisi acara makan malam tahun 1713. Waktu itu sedang diselenggarakan Grebeg Maulud. Mereka diundang atas prakarsa Ratu Mas Balitar.

Tahun 1745 pembesar dan tokoh masyarakat Batang diundang ke Surakarta. Saat itu memang ada hajad besar upacara peresmian ibukota baru. Sinuwun Paku Buwono II memindahkan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Bahkan proses pembangunan istana banyak melibatkan warga Batang, karena salah satu tiang utama kayunya diambil dari Alas Roban. Pihak istana percaya bahwa kayu Alas Roban memiliki daya tuah yang tinggi. Bisa digunakan sebagai sarana tolak balak.

Kepercayaan pada Alas Roban yang memiliki nilai sakral sudah berlangsung lama. Putri siluman yang bernama Dewi Dribusowati menjadi penguasa Alas Roban. Putri siluman ini sangat cantik jelita. Dia memiliki jaringan makhluk halus di seluruh Tanah Jawi. Warga Batang menghormati Dewi Dribusowati. Upacara giriworo dilakukan tiap akhir bulan Suro di Alas Roban. Peserta berbusana Jawa yang rapi, wangi dan sesuai pakem. Mereka membawa sesaji lengkap. Kemudian didoakan. Diakhiri dengan kembul bujana andrawina. Makan nasi tumpeng bersama.

Pada tahun 1812 Sinuwun Paku Buwono IX datang di Kabupaten. Raja Surakarta Hadiningrat ini meresmikan pembukaan kebun teh Pagilaran, katelah Blado. Luas kebun teh Pagilaran lebih dari 1130 Hektar. Betapa makmurnya warga Batang. Teh Pagilaran terkenal sekali. Marketing teh Pagilaran meliputi negeri Cina, Jepang, Hongkong, Malaya, India, Arab, Mesir, Turki, Afrika dan Eropa. Pemasaran ini dilayani oleh warga Batang sendiri. Tentu saja atas pembinaan kerajaan Surakarta Hadiningrat. Ini menyangkut etika birokrasi yang baik.

Pembukaan stasiun Batang pada tanggal 1 Desember 1898. Hadir pula Kanjeng Sinuwun Paku Buwono X dari kerajaan Surakarta Hadiningrat. Beliau mendapat gelar Sinuwun Ingkang Minulya saha Ingkang Wicaksana. Rakyat Batang merasa berbahagia. Fasilitas transportasi umum telah diperoleh warga Batang. Kehidupan mereka bertambah lancar. Roda ekonomi mudah berputar. Mobilitas rakyat semakin mudah dan murah.

Kabupaten Batang mendapat kedudukan istimewa bagi istana karaton Surakarta Hadiningrat. Alas Roban merupakan bagian jiwa kerajaan. Itu menyangkut suara batin. Harus dihormati oleh semua pihak. Warisan sejarah luhur itu berlangsung terus hingga kini. Peradaban agung ini berjalan sesuai dengan perkembangan jaman, nuting jaman kelakone. Untuk itu Sinuwun Paku Buwono X mengajak diskusi panjang lebar dengan Bupati Kendal, Kanjeng Adipati Dipokusumo tahun 1930. Beragam topik dibicarakan, terutama mengenai usaha pelestarian upacara adat di Alas Roban.

Sejak tanggal 8 April 1966, harinya Jumat Kliwon rakyat Batang boleh lega dan gembira. Status kabupaten Batang mendapat pengesahan dari pemerintah Republik Indonesia. Berturut-turut para bupati yang memimpin kabupaten Batang. Beliau adalah pemimpin Batang yang harus dihormati, didukung dan dimuliakan. Demi membangun kabupaten Batang, supaya semua menjadi makmur sejahtera lahir batin.

1. R. Said Purwopranoto 1966 – 1967 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

2. R. Hardjono Prodjodirdjo 1967 – 1972 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

3. Drs. Soejitno 1972 – 1979 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

4. Drs. Soekirdjo 1979 – 1988 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

5. Drs. Soehoed 1988 – 1993 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

6. Moeslich Effendi, SH 1993 – 1998 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

7. Djoko Purnomo, SH 1998 – 2001 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

8. Bambang Bintoro 2001 – 2012 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati. 9. Yoyok Riyo Sudibyo 2012 – 2017 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

10. Siswo Laksono, SH 2017 – 2017 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

11. H. Wikapi, S.Ag 2017 – 2022 Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

C. Jaringan Makhluk Halus Alas Roban Beserta Pembesar Makhluk Halus di Tanah Jawa

Ki Logening ing Juwana ing Rembang si Bajulbali Ki Lender ing Wirasaba Madura ki Batagrigis kang ngreksa ing Matesih Jaranpanolih ranipun Ki Londir Pacangakan si Landhep ing Jatisari Ondar andir ingkang aneng Jatimalang.

Arya Taron ing Lodhaya Sarpabangsa aneng Pening Parangtan dang ing Kasanga ing Crewek Ki Mandamandi setan Telaga pasir ingkang aran Ki Jalingkung Kalanadhah ing Tuntang Bancuri Kalabancuri kang rumeksa sukune ardi Baita.

Ragadungik Randhulawang ing Sendhang Retna Pengasih Butakapa ing Prambanan Bok Sampurna ardi Wilis Raden Galinggangjati kang rumeksa Gajahmungkur si Gendruk ing Talpegat Ngembet Raden Panjisari Pagerwaja kang aran Udakusuma.

Ki Penthul ing Pakacangan Cangakan si dodotkawit kalangkung ing sektinira titihane kuda putih Cakra payungireki larwaja kekemulipun pan sami rinajengan respati rajege wesi camethine pat-upate ula lanang.

Kasmaran gantya ginupit luputa ing ila-ila den dohna tulah sari ke ngetang sagunging lelembat kabeh si Goplem samya dhemit lit-alit sadarum pan dede dhemit narendra.

Setan brakasakan sami si Goplem kabayanira dhemit jron nagara kabeh sawabe kinarya tengga wong sakit budur samya liya iku tan pakantuk mung sakit budur lan napas.

Si Goplem wismanireki neng Witana Sitibentar Gombel Tratag rambat nggone kang rumeksa aneng Gayam Kalabancuri ranya kang ngreksa Bangsal ranipun Kalakentung Kalakentung.

Gedhong upas kang nenggani Kalajanggolsikil rannya kang ngreksa Wringin kembare Kalasorogsilit rannya si Biti ing Pandeyan lawan si Gunthulpinanggul si Angklung aneng Gapura.

Si Lempur Wringin-waringin Bajangklewer aneng Gladag Jin putih neng Masjid-gede Kyai Lotis ing Jeksan Klentung Mangkubumenan Jungkit Patihan nggenipun Kyai Modin Buminatan.

Tambur Pagongan nggenneki Bajangangkrik Tepasanan Bagus Bengkak rumeksane ing Paseban Prangwadanan Gotik ing Pangurakan si Bodong neng Loji-wurung Bagus Keret ing Magangan.

Ing Kareteg Wewegerit Gandor Loji cilik-wetan Lungkrah aneng dedalane Pak Tekik aneng Pacinan Angkrik ing pasar besar kang rumeksa aneng Panggung-Jebres wasta, ki Balendhang.

Gue Lempor Jagalan nenggih Ki Busik ing Loji besar Ki Lotis ing Krapyak nggone Balabidhir ing Gendhingan Sangkrah Ki Rajaputra Kethik-kethik aneng Jurug ing Beton si Kalanadhah.

Ing Ganggang Blegthuthur nenggih Patunggon si Basahlungkrah Sanasewu dhedhanyange Bok Suwanggi namanira Koplak-kolik Sampangan wus tamat sagung lelembut kang ngreksa Karaton Jawa.

Anelasak wana wasa, tumuruning jurang terbis. Kang ri bandhil bebondhotan. Ginubet penjalin cacing. Wauta sang apekik. Gumregut sangsaya sengkut. Sayekti datan nyipta. Pringga bayaning wanadri. Apan nyata satriya trah wiraradya.

Lingkungan Kabupaten Batang cocok untuk laku meditasi. Alas Roban Gringsing menjadi pusat kegiatan Pedhanyangan tanah Jawa. Dengan tata cara ritual yang utama, mereka turut serta menjaga keselarasan jagad raya. Red

 

 

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
Sat Binmas Polres Asahan dan UPT Cabdis Asahan Bentuk Polisi Siswa untuk Cegah Tawuran dan Geng Motor di Sekolah
Polri Lakukan Mutasi Besar-besaran, Enam Posisi Strategis di Mabes Polri Berganti Pimpinan
Wakil Bupati Asahan Menerima Silaturahmi dan Audensi DPW IWO Sumut
Rakor TPPS Kabupaten Solok Tegaskan Komitmen Percepatan Penurunan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045.
Seminar Nasional Kemenag Solok : Madrasah Garda Terdepan Melawan Krisis Moral Generasi Muda
Waka Polri Dijabat Komjen Dedi Prasetyo Kapolrestabes Medan Diganti
komentar
beritaTerbaru