Dibebankan Target Omzet Rp 13,5 Triliun, Pegadaian Kanwil I Medan Optimis Tercapai

Medan | Sumut24
Tahun 2016 PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dibebankan target omzet sebesar Rp 13,5 triliun atau meningkat dibanding target omzet 2015 sebesar Rp 12 triliun. “Kami optimis target omzet tahun ini tercapai, tentunya dengan melakukan berbagai upaya,salah satunya melalui sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat di wilayah kerja Sumut dan Aceh,”kata  Pimpinan PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Ketut Suhardiono Kamis (3/3).

Ketut menjelaskan, target omzet  Rp 13,5 triliun ini untuk  gadai Konvensional di Sumut  dan gadai Syariah serta produk lainnya. Karena itu sebagai orang pertama di Kanwil I lembaga keuangan ini kita terus mendorong unit cabang se kanwil I Medan untuk mencetak pertumbuhan  omzet  dengan melakukan sosialisasi untuk fokus memperbanyak jumlah nasabah,”jelasnya.

Dia menyebutkan, di  tahun berjalan 2016 ini realisasi omzet khusus Januari  mencapai Rp 900 miliar. Untuk itu realisasi ke depannya diyakini akan lebih meningkat terutama saat menjelang  tahun ajaran baru  serta hari-hari besar keagamaan dimana permintaan kredit cukup tinggi.

“Saat itu kebutuhan biaya untuk pendidikan pelajar dan mahasiswa baru cukup tinggi.Tapi berapa pun dana dibutuhkan nasabah kita siap mengucurkannya.Tak perlu khawatis,”ujar Ketut.

Seperti diketahui, jelang hari-hari raya keagamaan seperti Lebaran, Natal dan Tahum Baru nasabah yang datang ke Pegadaian banyak dari kalangan pedagang yang memanfaatkan kredit untuk menambah stok barang yang akan dijual jelang perayaan hari besar keagamaan  tersebut.

Ketika disinggung target omzet bulanan,Ketut menyebutkan, target itu  ada tapi hanya  sebagai acuan saja.Sementara  target omzet yang ditetapkan untuk Kanwil I tahun ini secara nasional di wilayah kerjanya masuk rangking 8 atau turun dibanding tahun lalu berada di rangking 7.

“ Penurunan rangking karena ada  kanwil lain yang targetnya  lebih tinggi dan realisasinya tercapai. Sementara kanwil I Medan tahun lalu pendapaiannya sekitar 95%,”ungkapnya.

Hal ini sebut Ketut,  biasa terjadi karena perekonomian di wilayah  masing-masing propinsi Indonesia berbeda-beda.Misalnya di Sumut  harga karet dan sawit sempat anjlok  tahun 2015 sehingga berpengaruh pada kinerja bisnis gadai.(nis)