Minggu, 03 Agustus 2025

Jaga Marwah Desak Presiden Copot Mendagri: Kontroversi 4 Pulau Jadi Bukti Gagalnya Kepemimpinan

Administrator - Selasa, 17 Juni 2025 17:29 WIB
Jaga Marwah Desak Presiden Copot Mendagri: Kontroversi 4 Pulau Jadi Bukti Gagalnya Kepemimpinan
Istimewa
Baca Juga:

Medan — Polemik status empat pulau di perbatasan Sumatera Utara dan Aceh kembali memantik reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat sipil. Ketua Umum Jaringan Pergerakan Masyarakat Bawah (Jaga Marwah), Edison Tamba atau Edoy, dengan tegas menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto harus mengevaluasi, bahkan mencopot Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dari jabatannya.

"Kontroversi ini tidak berdiri sendiri. Ini adalah puncak gunung es dari buruknya tata kelola pemerintahan pusat terhadap daerah. Empat pulau itu dari sisi sejarah, budaya, dan hukum, jelas milik Aceh. Tapi mengapa bisa begitu mudah dialihkan secara administratif oleh Mendagri tanpa melibatkan partisipasi publik dan kajian mendalam?" tegas Edoy kepada wartawan, Senin (17/6/2025) di Medan.

Menurutnya, keputusan Mendagri menerbitkan Permendagri yang mengalihkan empat pulau ke wilayah Sumatera Utara tanpa kajian historis dan yuridis yang transparan, adalah bentuk pengabaian terhadap keadilan wilayah dan potensi pemicu konflik antar daerah.

"Ini bukan hanya soal peta wilayah, ini menyangkut marwah masyarakat Aceh. Sejak dulu, pulau-pulau itu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Aceh. Keputusan sepihak dari Mendagri sangat mencederai semangat otonomi daerah dan rekonsiliasi pasca-konflik yang selama ini dijaga," lanjutnya.

Lebih lanjut, Jaga Marwah menyebut bahwa Sumatera Utara tidak kekurangan pulau untuk dikembangkan. Yang diperlukan justru pengelolaan yang adil, profesional, dan terarah. "Alhamdulillah... Sumut juga punya banyak pulau yang belum disentuh pembangunan. Kenapa harus serobot milik tetangga yang sudah jelas dalam sejarah dan perundang-undangan?" sindirnya.

Evaluasi atau Copot?

Edoy menyampaikan, Presiden Prabowo Subianto kini berada di persimpangan penting dalam mengambil keputusan strategis untuk menegakkan keadilan wilayah. "Ini momen uji nyali bagi Presiden. Jangan sampai Presiden dianggap diam dan membiarkan menterinya memantik api konflik baru di antara provinsi. Presiden harus tegas, evaluasi total atau copot Mendagri," tandasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kewibawaan negara sangat ditentukan dari bagaimana keadilan ditegakkan, bukan dari berapa banyak keputusan dibuat di Jakarta.

Minta Presiden Datang ke Perbatasan

Sebagai bentuk keseriusan, Jaga Marwah akan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo untuk segera turun langsung ke wilayah perbatasan Aceh-Sumut guna mendengar aspirasi masyarakat.

"Kita siap fasilitasi Presiden untuk dialog terbuka dengan tokoh adat, ulama, dan masyarakat sipil dari kedua provinsi. Jangan hanya dengar laporan di meja. Datanglah ke lapangan, agar tahu mana yang benar dan mana yang manipulatif," ucap Edoy.

Ia pun mengajak elemen-elemen sipil lain untuk tetap menjaga ketenangan, namun tidak diam terhadap ketidakadilan.

"Jaga Marwah akan terus bergerak. Ini soal kehormatan rakyat. Mendagri bukan dewa peta. Dia wajib diingatkan, atau digantikan."

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Masyarakat Apresiasi Polsek Pulau Raja Atas Penangkapan Pencurian Dengan Pemberatan
Komisi IV DPRD Medan Jadwalkan RDP Pemilik Perumahan Raffles Private Residance yang Kangkangi Perda
19 Terminal BBM Pertamina Jaga Pasokan dan Distribusi BBM di Sumbagut
Polda Sumut Tak Pandang Bulu, Tiga Tempat Hiburan Malam Direkomendasikan Tutup Usai Terbukti Jadi Sarang Narkoba”
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Aceh Selatan, Terasa Hingga Medan dan Deli Serdang
Empat Pulau Aceh Bakal Dikelola Timur Tengah, HIKMA Sumut Sambut Baik Konsep Berbasis Syariah Gubernur Aceh Muallem
komentar
beritaTerbaru