Tapsel | Sumut24.co-
Baca Juga:
Bencana banjir yang melanda Tapanuli Selatan (Tapsel) menimbulkan berbagai spekulasi. Banyak yang mengira bahwa banjir ini merupakan kiriman dari Kota Padangsidimpuan, hal ini dengan adanya narasi yang menggiring opini bahwa banjir merupakan kiriman dari Kota Padangsidimpuan.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sumber dugaan utama banjir berasal dari Sungai Batang Ayumi yang berhulu di lereng Gunung Sibual-buali, Tapanuli Selatan (Tapsel) yang diduga kuat akibat penggundulan hutan di wilayah hulu sungai.
Seperti yang kita tahu sungai Batang Ayumi merupakan sungai utama yang membelah Kota Padangsidimpuan. Hulu sungai ini berada di pegunungan Sibual-buali, tepatnya di daerah Sibio-bio.
Sungai ini terbentuk dari pertemuan dua aliran utama, yaitu sungai yang mengalir dari sisi kanan Gunung Lubuk Raya dan sungai yang berasal dari sisi kiri Gunung Sibual-buali.
Pertemuan ini menjadi titik awal terbentuknya Sungai Batang Ayumi yang kemudian mengalir melintasi Kota Padangsidimpuan. Lebih jauh ke hilir, Sungai Batang Ayumi bertemu dengan Sungai Batang Kumal yang berhulu di daerah Sialaman Sipirok, Pudun, dan menghasilkan Sungai Batang Angkola.
Selain itu, banyak sungai kecil yang turut bermuara ke Batang Ayumi, seperti Aek Sibontar, Aek Rukkare, Aek Ratta, Aek Tolping, dan Aek Silangkitang dari Gunung Lubuk Raya, serta Aek Batang Nahar dari Bukit Barisan di Angkola Selatan.
Secara alami, aliran Sungai Batang Ayumi bergantung pada sumber air dari lereng Gunung Lubuk Raya dan Gunung Sibual-buali. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi degradasi lingkungan yang signifikan di wilayah hulu. Penggundulan hutan, alih fungsi lahan, dan minimnya upaya rehabilitasi kawasan hijau menyebabkan hilangnya fungsi resapan air di daerah tersebut.
Pemerhati lingkungan Bang Regar menyoroti pentingnya menjaga ekosistem di kawasan hulu sungai.
Menurutnya, "Dugaan penggundulan hutan di wilayah Sibual-buali dan Lubuk Raya semakin mengkhawatirkan. Kita harus memahami bahwa tanpa hutan yang berfungsi sebagai penyerap air, setiap hujan deras akan langsung mengalir ke sungai tanpa ada yang menahan. Hal ini mengakibatkan banjir yang semakin parah dari tahun ke tahun. Jika tidak ada tindakan nyata, masyarakat yang berada di hilir akan selalu menjadi korban."
Ketika hutan di hulu sungai ditebang tanpa adanya reboisasi yang memadai, air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah secara optimal. Akibatnya, air permukaan yang tidak terserap langsung mengalir deras ke anak-anak sungai, yang kemudian bermuara ke Sungai Batang Ayumi. Hal inilah yang menyebabkan volume air meningkat secara tiba-tiba dan sering kali menimbulkan luapan banjir, terutama saat curah hujan tinggi.
Hilangnya hutan sebagai penyerap air membuat masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Batang Ayumi, khususnya di Kota Padangsidimpuan, menjadi lebih rentan terhadap banjir.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa banjir yang melanda Tapsel bukanlah kiriman dari Kota Padangsidimpuan, melainkan dampak langsung dari kerusakan lingkungan di hulu Sungai Batang Ayumi.
Penggundulan hutan di lereng Gunung Sibual-buali menjadi faktor utama yang menyebabkan hilangnya daya serap air, sehingga saat hujan deras turun, air langsung mengalir deras ke sungai dan menyebabkan banjir.zal
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News