Jumat, 27 Juni 2025

"KESEIMBANGAN ANTARA : HUMANITY & MORALITAS”

Administrator - Jumat, 27 Januari 2023 00:44 WIB

Oleh : H. Syahrir Nasution . SE. MM.

Baca Juga:

Berbicara tentang 3 hal dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan personal yaitu , ISLAM , DEMOKRASI & KEADILAN erat kaitannya dengan isi kandungan Al Qura”nnulkarim sebagai pedoman hidup Ummat Islam di bumi ini. Apalagi dikaitkan dengan “ Leadership “ ( Kepemimpinan ) umat manusia ini.

Mengutip dari beberapa Tokoh Islam mauoun Pemikir Islan seperti Sayyidina Ali , Ibnu Rusdi dan Imam Al Ghazali , juga mengutip dari Surah As Shaff Al Qura’n nulkarim serta Hadits tentang Kepemimpinan. Jelas disitu diterangkan bahwa Kepemimpinan seseorang itu harus “ Dipertanggungjawabkan di Dunia dan Akhirat”. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi “ Kamu adalah : Pemimpin di muka bumi ini , tapi kamu juga harus pertanggungjawabkan di Akhirat”. Seorang Pemimpin itu harus menjadi Tauladan / Panutan , bukan seorang Pemimpin namanya jika menjanjikan “ Sesuatu , tapi tidak melakukan nya atas janjinya tersebut. Seluruh masalah suatu Bangsa , Solusinya dimulai dari Seorang Pemimpin . Oleh karena nya kita dalam memilih seorang Pemimpin harus seorang yang baik , cerdas , Istiqomah terhadap Ajaran Agamanya dan Intelektualitasnya yang tinggi. Sebab hanya oleh kalangan kaum terdidiklah yang dapat mengadakan PEROBAHAN yang significance pada suatu Bangsa dan Negara kearah lebih maju dan tertib.

Dalam mengulik dan melihat Islam sebagai suatu ajaran , mendorong manusia itu untuk “ CRITICAL THINKING” , ummat Islam tidak boleh terjebak dalam “ TAQLIK BUTA. Akal yang diberikan Tuhan harus digunakan supaya manusia tidak salah menafsirkan ajaran agama. Disinilah perlunya keluasan dan wawasan berfikirnya yang terdidik ketika melihat seputar kontroversi pemikiran Ibnu Rusdi versus Al Ghazali , tentang INCOHERENCE OF PHILOSOPHY”.

Ketika kita masuk ke dalam isu Demokrasi , Islam harus percaya pada Demokrasi. Seorang Pemimpin misalnya , harus mendengarkan suara suara disekitarnya. Juga harus menyerap aspirasi dari suara rakyatnya dan keinginanya. Menjadi seorang Pemimpin harus mengikuti proses yang benar dan jujur ( To be a Leader must be Good and Honesty Process ).

Hal ini merujuk kepada Pemikiran Fukuyama tentang DEMOCRATIC ACCOUNTABILITY , bahwa ianya mengingatkan “ Jangan melakuan PEMILU secara CURANG”.

Jika sudah berkuasa , harus “ Delivery “, maksudnya : Sesuaikan Pebuatan dengan Perkataan artinya jangan menjadi manusia Hipokrit / Munafik. Demokrasi juga harus mempertimbangkan KEADILAN hak hak kaum minoritas. Walaupun Islam mengajarkan “ Ukhuwah Islamiyah “, namun juga Islam harus melingkupi “ Ukhuwah Insaniyah”.

Atau persaudaraan sesama manusia. Intinya seorang Pemimpin itu harus berfikir Keadilan untuk semua. Hal ini merujuk pada kasus penunjukan Gubernur Mesir di era Khalifah Ali bin Abi Thalib, dimana Khalifah memerintah Gubernur Mesir untuk berbuat Adil terhadap rakyatnya tanpa melihat perbedaan agamanya. Berbicara tentang Keadilan, hidup kita ini tidak berarti jika tidak bermanfaat bagi orang orang miskin. Pemihakan pada orang miskin bersifat Universal. Ketika kita membicarakan nasib para TKI di negeri orang yang belum sejahtera dan beruntung, maka kita merasa tergugah untuk agar supaya nasib nya berobah. Hal ini bukan karena nya Bangsa Indonesia tapi dikarenakan rasa HUMANITY kita sebagai sesama anak bangsa terusik . Disinilah perlunya rasa “ Sensitif “ nya seorang Pemimpin terhadap nasib orang miskin tersebut. Bak kata orang2 di zaman Sahabat Rasulullah Muhammad bahwa : Tidak bisa Tidur jika masih ada rakyatnya / ummatnya masih ada yang belum makan. Namun hari ini kebalikannya bahwa : Para Elite Pemimpin kita “ NYENYAK TIDUR “ walaupun dia tahu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri “ bergelimpangan Si Miskin “ di Jalan raya maupun di emperan emperan rumah mewah anak anak meminta sesuap nasi. Oleh karenanya, Negara harus meletakkan fungsi CAPITAL untuk kepentingan Sosial. Memang betul Capital itu untuk menjalankan roda pembangunan sebuah Negara. Namun nasib rakyat jauh lebih penting diatas segala galanya.

Oleh karenanya seorang Pemimpin beserta seluruh “ Stake Holders “ bangsa , harus bersinergie untuk mensejahterakan rakyat nya.Akumulasi Capital tidak boleh hanya menguntungkan segelintir orang saja. Berbicara tentang KEMISKINAN, mengingatkatkan kita untuk tidak hanya melihatnya dari hanya sisi statistik saja , “ Kemiskinan itu seharusnya dimaknai sebagai suatu ANCAMAN KEMANUSIAAN”, sekecil apapun keberadaannya. Pemberantasan Kemiskinan , harus dimulai dari “ Peningkatan Kualitas Pendidikan”. Pendidikan yang dimaksud jangan terjebak dalam “ BARBARIAN SPECIALIZATION , dimana Spesialisasi dicapai melalui pengorbanan sisi “ Humanity dan Moralitas. Justeru itu harus ada “ Balancing / Keseimbangan antara keduanya . Ketika seluruh Dunia dihantui oleh “ Kegelisahan dan Kegamangan”, dalam ketidakpastian Global Kita harus bersikap Optimisme yang berbasis pada nilai nilai Agama dan Tanggung Jawab Kemanusiaan. Seorang Pemimpin harus bekerja untuk memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk Kesejateraan Rakyatnya. Keadilan Sosial merupakan “ Kata Kuncinya dan menjadi prioritas utama. Menjadi seorang Pemimpin harus melalui cara cara yang BERADAB , bukan melalui cara cara yang BIADAB.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
PT.Japfa aksi Peduli Penanganan Sampah Bersama Masyarakat Di Danau Toba.
Penyidik Polres Batubara Diduga Alergi Wartawan Ditanya Soal Junaini Ditetapkan Tersangka, Halomoan Gultom : Gak Ada Hak Bapak Tanyakan Itu
Kadis Kesehatan drg Irma Suryani MKM mencanangkan Kesatuan Gerak PKK KB
Kejatisu Pastikan Soal Dugaan Korupsi PUPR Sumut Tuntas,   Mulai Kepemimpinan Bambang Pardede & Marlindo Harahap jadi sorotan
Ketua Pewarta Berikan Baju Kebesaran ke Kasi Humas dan Kanit Paminal Polrestabes Medan
Jumat Barokah dan Sambut HUT ke-7 Pewarta.co, Ketua Pewarta Bagi-bagi Sembako ke Pengemudi Betor dan Jukir
komentar
beritaTerbaru