Jumat, 27 Juni 2025

Pekerjaan Rumah Mas Nadiem Untuk Atasi Kualitas Pendidikan Dalam Aplikasi MBKM

Administrator - Jumat, 22 Oktober 2021 07:15 WIB
Pekerjaan Rumah Mas Nadiem Untuk Atasi Kualitas Pendidikan Dalam Aplikasi MBKM

Oleh : Muhammad Sontang Sihotang, Cluster Riset Grass Root Innovation untuk Prototipe Produk Pesisir

Baca Juga:

     Dara Aisyah, Cluster Riset Inovasi Kinerja Program Sektor Publik Universitas Sumatera Utara (USU) – Medan

Isu Rendahnya Kualitas Pendidikan, Menurut Bank Dunia (2018), kualitas pendidikan Indonesia masih rendah. Laporan Bank Dunia tahun 2018 juga menunjukkan bahwa skor Human Capital Index (HCI) Indonesia menempati peringkat 87 dari 157 negara, di bawah Singapura (peringkat 1), Vietnam (peringkat 48) dan Malaysia (peringkat 55).

Oleh karena itu, Indonesia harus memahami pentingnya pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu kunci Indonesia menjadi negara dengan tingkat penghasilan tinggi. Human capital adalah landasan untuk kesejahteraan dan kunci penggerak high-income growth (Sri Mulyani 2021). Selain itu, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengatakan skor Program Penilaian Pelajar Internasional atau biasa disebut PISA menurun. Artinya, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia belum optimal. Sejak keikutsertaannya di tahun 2001, skor PISA Indonesia belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan sekitar 52 % dari pelajar Indonesia yang menjadi sampel PISA 2018 berada dalam kategori low performer pada tiga subjek, Literasi, Matematika dan Sains. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian negara-negara tetangga. Belum optimalnya performa belajar Indonesia menurut Standar Internasional tersebut tidak terlepas dari Profesionalisme dan Kompetensi tenaga pendidik sebagai pilar utama dalam peningkatan kualitas pelajar (https://www.cnbcindonesia.com/news/20200701184938-4-169544/kualitas-sdm-ri-belum-optimal-nih-mas-nadiem).

Berdasarkan penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017, diketahui sebanyak 87 persen mahasiswa Indonesia mengakui bahwa jurusan yang di ambil tidak sesuai dengan minatnya. Dan 71,7 persen pekerja, memiliki profesi yang tidak sesuai dengan pendidikannya (https://republika.co.id/berita/pmjuhw368/87-persen-maha siswa-mengaku-salah-pilih-jurusan).

Ada banyak faktor mahasiswa berkuliah tidak sesuai dengan minat & bakat . Hampir 50,55 persen faktor eksternal calon mahasiswa, misalnya karena dorongan orang tua, ikut teman atau bahkan di anggap mudah mencari pekerjaan. Hal itu terjadi akibat dari ketidaktahuan dan ketidakmengertian mereka akan minat dan bakatnya, mereka memutuskan program pendidikan pilihannya hanya berdasarkan rekomendasi dari teman atau orang tuanya.

Oleh karena itu, pelajar yang salah memilih jurusan kuliah akan berdampak pada ketidakmaksimalan dalam pekerjaan atau profesi yang akan digelutinya.

Sehingga orang tersebut tidak dapat berprestasi dan berkemampuan maupun berketerampilan yang dimiliki dan tidak berkembang dengan baik.

Jika seseorang bekerja pada bidang yang diminati atau disukai, pastinya akan lebih mencintai dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya.

Dampak selanjutnya, yang bersangkutan akan bekerja lebih giat dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi (https://www.inews.id/news/nasional/survei-87-persen-mahasiswa-di-indonesia-salah-jurusan ).

Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2017 pernah melaporkan bahwa 60 persen pekerja Indonesia memiliki pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Produktivitas tenaga kerja di Indonesia selama ini masih dianggap cukup rendah dibandingkan dengan negara lain di sekitar Asia Tenggara (ASEAN) (https://www.ugm.ac.id/id/berita/17724-kemampuan-kerja-kaum-muda-perlu-ditingkatkan).

Belum lagi ditambah ketidakcocokan keterampilan yang didapat dari pendidikan dengan kebutuhan kerja dunia industri.

Beberapa pengamat ekonomi menilai hal itu ditengarai karena terjadinya ketidaksesuaian Kurikulum Pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja industri.

Perlunya Perguruan Tinggi di Akreditasi

Standard Perguruan Tinggi merupakan dasar, acuan pokok dalam penyusunan penetapan instrumen akreditasi Perguruan Tinggi dan Program Studi yang ditugaskan adalah Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Indonesia.

Instrumen akreditasi perguruan tinggi disusun dan dikembangkan dengan mempertimbangkan kekhususan sistem tata kelola perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Permenristekdikti No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi (Pasal 10), dan Kaedah penilaian dan Penyusunan Instrumen ; PerBAN No. 4 Tahun 2017, tentang Instrumen Akreditasi (Dimensi, Kriteria dan Elemen Penilaian), serta Hubungan antara kriteria akreditasi dengan Standar nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) ; PerBAN No. 2 Tahun 2017, serta kerangka berpikir sistemik kriteria akreditasi (input-proses-output-outcome).

Instrumen akreditasi perguruan tinggi disusun dan dikembangkan dengan mempertimbangkan kekhususan sistem tata kelola perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Permenristekdikti No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi (Pasal 10), dan Kaedah penilaian dan Penyusunan Instrumen ; PerBAN No. 4 Tahun 2017, tentang Instrumen Akreditasi (Dimensi, Kriteria dan Elemen Penilaian), serta Hubungan antara kriteria akreditasi dengan Standar nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) ; PerBAN No. 2 Tahun 2017, serta kerangka berpikir sistemik kriteria akreditasi (input-proses-output-outcome).

Ada beberapa instrumen akreditasi dalam upaya peningkatan kualitas atau mutunya yakni Kualitas Kurikulum menuju MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), Kualitas Pendidikan (Kriteria 6) Kualitas Sumber Daya Civitas Akademika di Kampus (Sumber Daya Manusia / SDM), Kualitas Sarana dan Prasarana (Sarpras), Penelitian dan Pengabdian (Litbang), Sistem Pengelolaan Kampus (Manajemen Kampus).

Problem Solution Untuk Atasi Program MBKM

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof. Dr. Ir. Nizam mengungkapkan, membangun pendidikan tinggi harus sesuai dengan Tri Dharma.

Pertama, dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Lulusan berkualitas yakni  yang betul-betul produktif bagi kemajuan dirinya, dan secara kolektif bagi kemajuan bangsa, dibutuhkan SDM dengan kreativitas, inovasi, dan kompetensi baru. “Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan, menyiapkan skills dan kompetensi baru yang saat ini belum ada, menyiapkan untuk suatu dunia kerja, kita menyiapkan anak-anak kita untuk kreatif, adaptif, problem solver serta menyiapkan untuk bisa menghadapi dunia digital yang sangat- luar biasa mendisrupsi kehidupan kita ini,” ungkap Prof. Dr.Ir. Nizam   (https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ybD4eopb-lulusan-perguruan-tinggi-harus-nyambung-dengan-kebutuhan-dunia-kerja). Kedua, melalui penelitian karena ekonomi Indonesia tidak lagi dapat mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA), tetapi dari inovasi yang lahir dari perguruan tinggi. Ketiga, Pengabdian kepada masyarakat / PkM (Abdimas) untuk mengembangkan masyarakat yang tercerahkan. Perguruan tinggi harus  menjadi mata rantai yang lulusannya harus  relevan dengan dunia kerja, yang karya-karya inovasinya nyambung dengan kebutuhan dunia kerja (Nizam, 2021). Oleh karena itu, Mendikbudristek Mas Nadiem Makarim melakukan transformasi perguruan tinggi melalui Program MBKM (Merdeka Belajar, Kampus Merdeka). Program tersebut merupakan upaya untuk mengakselerasi SDM unggul yang dibutuhkan. Dalam Kampus Merdeka, kegiatan-kegiatan mahasiswa di rancang dalam sembilan kegiatan. Mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, kampus mengajar, penelitian, proyek kemanusiaan, kewirausahaan, studi independen, membangun desa hingga bela negara. Dari kompilasi permasalahan diatas menurut penulis Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si, M.Si,(Dosen Prodi Fisika FMIPA, USU) maka  perlu adanya perbaikan kurikulum yang disesuaikan dengan keperluan dunia kerja yakni pelaksanaan Kurikulum MBKM yang sedang berlangsung dilaksanakan di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia. Adapun kurikulum dipersiapkan berbasiskan tematik yang didampingi oleh para pakar dan para praktisi serta industri . Para lulusan harus aktif, kreatif, inovatif, responsive, serta produktif. Peningkatan kompetensi dan kemahiran melalui pelatihan, magang serta kapabilitas laboratorium yang mumpuni. Sekian, terima kasih.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
BAKOPAM Sumut Gelar Jum’at Berkah di Panti Asuhan Mamiyai, Siap Sambut HUT ke-25
Volume Kendaraan di Ruas Tol Regional Nusantara Naik 18,55% Jelang Libur Tahun Baru Islam
Jasa Marga Berlakukan Diskon Tarif Tol 20% di 12 Ruas Selama Libur Tahun Baru Islam 1447 H
Oknum Polisi Viral Diduga Pungli di Medan, Dapat Patsus 30 Hari
Nyamar Sebagai Pembeli Seorang Pengedar Sabu di Patumbak Diringkus Polisi
Depot Medan Group dan Elnusa Lamban, SPBU Kehabisan StoK
komentar
beritaTerbaru