Jumat, 27 Juni 2025

Aliran Filsafat Rasionalisme Dalam Pengambilan Keputusan, Bagaimana dengan pragmatisme?

Administrator - Rabu, 28 April 2021 10:50 WIB
Aliran Filsafat Rasionalisme Dalam Pengambilan Keputusan, Bagaimana dengan pragmatisme?

 

Baca Juga:

Dalam pengambilan keputusan keputusan pastinya membuat beberapa pilihan dari sejumlah cara untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan. Proses ini bisa saja berlangsung lama, karena didalam prosesnya menetapkan tujuan, menetapkan kriteria pilihan keputusan, dan memilih pilihan yang terbaik. Biasanya dalam pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan keputusan yang sudah valid. Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu kata philos berarti sahabat atau kekasih dan kata shopia berarti atau guru. Filsafat ini sendiri diartikan sebagai yang cinta desa atau sahabat pengetahuan. Filsafat memiliki beberapa aliran yaitu rasionalisme, empirisme, idealisme, positivisme, pragmatisme, fenomenologi, dan eksistensialisme.

Pengambilan Keputusan Dalam Rasionalisme

Rasionalisme berasa dari kata bahasa inggris yaitu rasionalisme yang berarti akal. Jadi, rasionalisme menegaskan akal sebagai sumber utama yang bersumber dari pembenaran dan pengetahuan. Rasionalisme sebuah aliran pengetahuan yang mencukupi dan tidak dapat dipercaya yaitu (akal). Pengetahuan yang berasal dari akal yang biasanya sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Biasanya tidak perlu diperlukan karena akal yang bisa mewujudkan kebenaran atas dirinya sendiri, pengalaman hanya digunakan untuk pengalaman yang pengetahuan yang diperoleh dari akal. Membuat sebuah pilihan didalam keputusan dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, yang membedakan masalah tersebut dari penilaian dan perbandingan satu sama lain. Biasanya biaya dan manfaat yang dihasilkan dari setiap pilihan harus diteliti, setiap pilihan dapat dibandingkan dengan pilihan-pilihan satu sama lainnya. Setiap keputusan akan memilih pilihan yang bisa memaksimalkan agar tercapainya nilai, manfaat, dan tujuan. Rasionalisme ini sendiri, suatu dasar pemikiran yang rasional, dimana pola pikir rasional tersebut bisa diterima oleh semua orang / pihak. Rasional juga didasari oleh prinsip-prinsip yang logis bukan hanya mengedepankan tebak-menebak dan emosi. Jadi, yang paling penting dalam menyelesaikan suatu keputusan yang membutuhkan pemikiran dasar yang bisa disetujui oleh semua orang / pihak. Lalu bagaimana dengan akal dan hati nurani? apa bedanya? Dalam masalah masalah, masalah permasalahan dalam pemerintahan dunia, bisa lewat akal atau hati. Diantara kekurangan pasti berbeda, karena akal pasti hanya jawaban antara untung atau rugi, cepat atau lambat. Sedangkan hati nurani pasti akan baik atau buruk, adil atau tidak, jujur ​​atau tidak, dan lain-lain. Setiap manusia pasti memiliki akal dan hati nurani, orang-orang yang lebih mengedepankan akal maka hasilnya akan berbda dapat mengedepankan hati. Dan tentunya bila menggunakan baterai yang akal dan hati nurani maka seimbang dan menjadi sempurna. Misalkan saja dalam menyelesaikan masalah masalah ekonomi yang sedang menurun selama covid-19 ini, jika yang digunakan hanya akal saja maka bisa saja kebijakan-kebijakan dari permasalahan pandemi ini segera selesai, tetapi pilihan yang diambil bisa jadi sebagian orang akan mengalami kerugian dan merusak bangsa Indonesia. Karena akal selalu yang terpenting usaha yang segera cepat selesai, mudah, dan menguntungkan. Sedangkan hati, pasti selalu mengedepankan kejujuran, keadilan, keselamatan, dan lain sebagainya.

Secara Pragmatisme Kata pragmatisme berasal dari bahaya yunani pragma yang berarti tindakan atau aksi. Berarti pragmatisme iala filsafat tentang tindakan. Pragmatisme salah satu aliran filsafat yang menggunakan akibat-akibat yang praktis dari kepercayaan dan pikiran sebagai tolak ukur dalam penentuan nilai kebenaran. Dipandang dari sudut pragmatis yang dikatakan benar-benar dapat diuji dengan pengalaman empiris yang bersifat publik. Selain itu, manusia hidup dalam pengalaman dunia yang terus menerus berubah. Oleh karena itu, kebenaran bersifat relatif, apa yang benar dihari ini tentu belum pasti bisa benar di waktu yang mendatang. Pragmatisme dalam pemilihan pemilu legislatif 2009 lalu, pada saat pemilu tidak ada yang melihat bagaimana memanfaatkan masa lalu politik untuk bisa memperbaiki keterpurukan bangsa indonesia pada umumnya. Tetapi pemilih meyakinkan bahwa aktor politik dalam calon anggota legislatif ini tidak jauh berbeda dengan pemain judi, keberuntungan akan datang jika terpilih menjadi wakil rakyat dan kerugian menjadi risiko dalam mengikuti kompetisi sebagai calon wakil rakyat. Menggunakan hak pilih pada masyarakat yang memberikan informasi kepada calon untuk kepentingan rakyat, hak pilih haruslah cermat dan teliti karena bisa berdampak dalam pengabaian kepentingan rakyat. Pembeli yang kecewa dengan perilaku calon anggota legislatif yang mengabaikan perilaku yang sudah diberikan. Sikap pragmatisme yang melayani dalam pemilihan legislatif 2009 ekspresi kekecewaan mereka terhadap calon legislatif.

 

Penulis : Mega Suri Novianti Mahasiswa Prodi / Jurusan: Ilmu Pemerintahan Fakultas: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univ: Universitas Syiah Kuala

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
KPPU Sidangkan Perkara Tender Pemeliharaan Mesin Induk MTU Di Bea Cukai
Dukung Peningkatan Pendidikan, PLN Gelar Pelatihan Jurnalistik kepada Himpunan Mahasiswa Listrik Kota Medan
Pemkab Asahan Serius Tekan Stunting dan Perkuat Ketahanan Pangan, Temui Stafsus Presiden & BKKBN
Sat Res Narkoba Polres Asahan Bekuk Pengedar Sabu di Air Joman
Polres Asahan Serahkan Bantuan Sosial untuk Masyarakat
Kapolres Asahan Ikut Donor Darah dalam Rangka Hari Bhayangkara ke-79
komentar
beritaTerbaru