Jumat, 27 Juni 2025

Mengambil Pelajaran Dari Pengalaman Pribadi dan Orang lain, Oleh: Prof DR Hasballah Thaib MA

Administrator - Rabu, 29 Juni 2016 05:46 WIB
Mengambil Pelajaran Dari Pengalaman Pribadi dan Orang lain, Oleh: Prof DR Hasballah Thaib MA

Diantara jalan menuju taqwa, mengambil pelajaran dan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Al-Qur’an sering menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau yang melibatkan umat-umat terdahulu untuk diambil i’tibar dan pelajaran darinya.

Baca Juga:

Dalam QS. Al-An’am ayat 6, Allah ber”rman yang artinya; “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Begitu bunyi sebuah pepatah yang kerap kita dengar. Senyatanya, pengalaman mengajarkan kita untuk lebih baik. Pengalaman mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pengalaman juga mendidik kita untuk bersikap hati-hati dan waspada. Allah dan Rasul-Nya pun telah memperingatkan, agar seorang mukmin senantiasa dapat mengambil pelajaran, baik dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi pada dirinya sendiri, begitu pun dari yang terjadi kepada orang lain.

Rasulullah menjelaskan bahwa seorang Mukmin sejati tidak tersengat pada lubang yang sama dua kali. Rasulullah bersabda yang artinya, “Seorang mukmin tidak tersengat pada lubang yang sama dua kali.” (HR Bukhari & Muslim).

Hadis diatas merupakan perumpamaan yang digambarkan oleh Rasulullah untuk menjelaskan bahwa seorang mukmin adalah orang yang senantiasa bersikap waspada. Dengan imannya, seorang mukmin akan berusaha menjauhi perilaku buruk yang dapat mencelakakannya.

Jika pun ia terjerumus padanya, ia akan segera bertobat dan kembali. Diantara kesempurnaan tobatnya, ia pun kemudian akan sangat berhati-hati dari sebab yang telah menjerumuskannya ke dalam dosa tersebut. Seperti orang yang memasukkan tangannya ke dalam sebuah lubang lalu ia digigit seekor ular yang ada di dalamnya. Tentu setelah itu ia tidak akan berani lagi memasukkan tangannya ke lubang tersebut, karena apa yang telah terjadi kepadanya.

Hadis ini mengajarkan tentang sikap mawas diri dan cerdas, yang termanifestasi dalam bentuk mengenali hal-hal bermanfaat untuk ia kerjakan dan mengenali jalan-jalan keburukan untuk ia jauhi. Hadis ini juga menjelaskan tentang perlunya menjauhi hal-hal yang samar dan meragukan, yang dikhawatirkan akan membawa pada keburukan.

Allah telah memperingatkan orang-orang yang beriman untuk tidak kembali kepada tipu daya setan yang telah menjerumuskan mereka kepada perbuatan maksiat. Allah ber”rman, “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. An Nuur: 17).

Dengan demikian, orang yang telah bertobat dari suatu kesalahan, ia akan sangat membenci kesalahan itu dan lebih berhati-hati, karena melalui pengalamannya, ia mengetahui dampak-dampak buruk dari kesalahan tersebut.” (Diringkas dari Bahjah Al Quluub Al Baraar: 201 – 202) Tidak hanya dari pengalaman pribadi, seorang mukmin hendaknya juga mau belajar dari pengalaman orang lain. Begitu bertebaran kisah yang Allah kisahkan dalam Al Qur`an. Diantara tujuannya, agar kita mendapat pelajaran dari lakon-lakon manusia yang Allah ceritakan kisah hidupnya tersebut. Allah ber”rman yang artinya, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111) Dalam Al Qur`an, Allah mengisahkan orang-orang yang ingkar, manusia-manusia yang durhaka dan tokoh-tokoh yang jahat. Semua akhir dari hidup mereka berujung nista. Semua itu agar menjadi pelajaran bagi kita, agar kita tidak melakukan perbuatan yang sama, sehingga mengakibatkan keburukan bagi kita sebagaimana akibat yang datang kepada mereka.

Allah juga menceritakan sebagian kesalahan yang pernah dilakukan oleh para Nabi berikut akibat yang ditimbulkan dari kesalahan tersebut. Nabi Adam dan Hawa diusir dari surga ke dunia akibat mengikuti bujukan setan sehingga melanggar larangan Allah untuk tidak mendekati sebuah pohon di surga. Dari kesalahan itu, Allah pun mengingatkan manusia agar belajar dari pengalaman kedua orang mereka.

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga.” (QS. Al A’raf: 27) Dengan demikian, pengalaman orang lain juga pelajaran bagi kita. Hendaknya kita selalu jeli dan cerdas melihat dan mengambil ibroh dari kejadian-kejadian yang menimpa orang lain, baik orang-orang terdahulu atau sekarang.

Al-Qur’an sering mengulang kisah Fir’aun sebagai cerminan bahwa akhir dari kehidupan setiap diktator yang semena – mena adalah penyesalan. Perhatikan QS. Al-Anfaal ayat 52; “(keadaan mereka) serupa dengan Keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. mereka mengingkari ayat-ayat Allah, Maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.

Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Amat keras siksaan-Nya.” Orang yang dapat mengambil i’tibar dari sejarah adalah orang yang dibukakan Allah mata hati mereka. Sebaliknya, orang yang tidak perduli dengan sejarah, apalagi tidak pernah mengambil pelajaran darinya, tanda bahwa mata hatinya sudah tertutup. (*)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
beritaTerkait
Pemkab Asahan Temui Mensos RI Dorong Penguatan Jaminan Sosial dan Sekolah Rakyat
Bupati Asahan Hadiri Peringatan Tahun Baru Islam 1447 H di Kemenag Kabupaten Asahan
Bupati Asahan Resmikan Musholla Al-Ikhlas Menjadi Masjid Al-Ikhlas di Desa Air Joman Baru
Bupati Langkat Ajak Pengusaha Muda Bangun Ekonomi Daerah Lewat Musda XVIII HIPMI Sumut
Pemkab Asahan Temui Mensos RI Dorong Penguatan Jaminan Sosial dan Sekolah Rakyat
Tingkatkan Keselamatan Kerja, PLN Hadir untuk Rakyat melalui Edukasi Bahaya Listrik Saat Panen Sawit
komentar
beritaTerbaru