sumut24.co -Padangsidimpuan, Resmi sudah,
Harry Pahlevi Harahap melangkah tanpa pesaing menuju kursi Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (
KONI) Padangsidimpuan. Proses penjaringan yang ditutup pada Senin, 22 September 2025, mengukuhkan dirinya sebagai calon tunggal.
Baca Juga:
Panitia penjaringan memastikan tidak ada nama lain yang mengembalikan formulir hingga batas waktu, sehingga otomatis
Harry menjadi satu-satunya kandidat yang akan ditetapkan dalam Musorkot. Kehadiran dukungan dari 13 cabang olahraga juga memperkuat posisinya, membuat jalannya ke kursi ketua semakin mulus.Plt.Ketua
KONI Padangsidimpuan Ali Akbar mengatakan, sesuai laporan Tim Penjaringan dan Penyaringan (TPP) calon Ketua
KONI Kota Padangsidimpuan, hanya satu kandidat yang daftarkan diri.
"Sampai penutupan pendaftaran hanya
Harry Pahlevi yang mendaftar pada penjaringan dan penyaringan calon Ketua
KONI Padangsidimpuan," ucapnyaNamun, di balik kejelasan jalur formal ini, muncul pertanyaan kritis dari publik, ke mana arah kepemimpinan
KONI Padangsidimpuan di bawah
Harry Pahlevi?
Apakah benar-benar akan menjadi periode emas bagi olahraga di kota ini, atau justru menjadi panggung politik terselubung demi memperkuat posisinya sebagai kandidat Walikota Padangsidimpuan 2029?Pertanyaan ini bukan tanpa alasan.
Harry saat ini adalah Wakil Walikota aktif. Ketika seorang politisi memimpin organisasi olahraga, apalagi sebesar
KONI, ruang tafsir publik menjadi sangat luas.
Di satu sisi, jabatan politik bisa memberi keuntungan dalam memperjuangkan anggaran, mempercepat koordinasi dengan pemerintah daerah, dan menghidupkan kembali gairah olahraga yang selama ini masih kerap dianggap sektor pinggiran.Jika ia benar-benar serius,
Harry bisa mencatatkan prestasi besar, seperti meningkatkan pembinaan atlet muda, memperbaiki infrastruktur olahraga, hingga mengangkat nama Padangsidimpuan ke kancah provinsi bahkan nasional.
Namun, di sisi lain, publik juga tidak bisa menutup mata terhadap risiko besarnya.
KONI adalah organisasi yang memiliki jaringan luas, mulai dari cabang olahraga, atlet, pelatih, hingga komunitas.Semua itu adalah basis sosial yang bisa dimobilisasi secara politik. Dengan posisinya sebagai calon tunggal, jabatan ini bisa menjadi batu loncat strategis menuju Pilkada 2029. Jika itu yang terjadi, olahraga hanya menjadi instrumen, bukan tujuan. Alih-alih mencetak prestasi,
KONI bisa terjebak menjadi ruang konsolidasi politik yang berkedok olahraga.
Dalam konteks inilah masyarakat mulai mempertanyakan integritas arah kepemimpinan
KONI ke depan. Bukan sekadar siapa yang duduk di kursi ketua, tapi bagaimana komitmennya terhadap visi olahraga. Jika periode kepemimpinan
Harry nanti hanya sibuk dengan pencitraan, membuat event seremonial tanpa meninggalkan prestasi nyata, maka publik akan semakin sinis. Atlet dan pelatih yang seharusnya menjadi prioritas, justru bisa terpinggirkan demi agenda politik jangka panjang.Meski demikian, peluang untuk mencatat sejarah tetap terbuka.
Harry Pahlevi memiliki modal politik, jaringan birokrasi, dan dukungan cabor yang seharusnya bisa menjadi kekuatan besar jika benar-benar digunakan untuk kepentingan olahraga. Ia bisa menjawab keraguan publik dengan kerja nyata seperti melahirkan atlet berprestasi, memperkuat pembinaan, serta membangun infrastruktur yang layak.(zal)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News