sumut24.co -Kerawang,
Anak adalah amanah dari Sang Khalik untuk kita didik dengan kasih sayang.
Anak juga investasi akhirat yang mendoakan kita. Dan,
Anak yang mampu menaikan derajat orang tua atau yang menurunkan derajat orang tua.
Baca Juga:
Hal itu dikemukakan Deden Deni Mahendra, M, Pd selaku pemateri dalam acara Proker Seminar KKN STIT Rakeyan Santang di Desa Rangdumulya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Kerawang, Kamis (9/9/2025).Dalam acara seminar yang di pandu oleh Siti Nurjanah mengambil tema Penguatan Literasi dan Family Resilience dengan pemateri I Deden Dendi Mahendra M. Pd dan pemateri II Diah Mustika Kurnia SGz di Desa Rangdumulya, dihadiri Lurah Rangdumulya H. Abdul Azis beserta istri, wali murid Paud Mawar, Ibu PKK dan 65 orang undangan lainnya.
Deden Deni Mahendra M. Pd menekankan pentingnya
Pengasuhan dan Penanganan
Anak Usia Dini. Menurut Unicef, anak usia dini(0-6 tahun) disebut masa golden age, karena 80% perkembangan otak terjadi di periode ini.Dalam hal ini pola pengasuhan dan penanganan yang tepat menentukan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, kongnitif, sosial-emosional maupun spiritual, ujar Deden Deni Mahendra.
Menurut Bronfrenbenner (ecological system theory) perkembangan anak dipengaruhi lingkungan mikro (keluarga, sekolah dan lingkungan) hingga makro (budaya, kebijakan).Konsep
Pengasuhan Anak Usia Dini.
Deden Deni Mahendra M. Pd menyebutkan konsep pengasuhan anak usia dini ada tiga pola pengasuhan yakni otoriter, permisif dan demokrasi.
Pola pengasuhan anak otoriter:
Otoriter aturan ketat, minim komunikasi, I selalu diatur, anak dikekang. Instruksinya harus dilaksanakan. Akibatnya anak cenderung penakut, minder, takut mencoba, takut salah, bingung, takut memilih ketika dihadapkan pada pilihan.Pola pengasuhan Permisif:
Permisif serba bebas, selalu dituruti, kasih sayang berlebihan, memanjakan anak, tidak ada aturan. Akibatnya, anak kurang disiplin, egois, memaksakan kehendak, sering tantrum dan mudah marah.
Pola pengasuhan demokrasi:
Demokrasi penuh kasih sayang, mendengarkan pendapat anak, membuat aturan yang disepakati anak dan aturan jelas. Dampaknya, anak lebih mandiri, percaya diri, pemberani, mampu memilih dengan hasil pemikiran, kata Deden Deni Mahendra M. Pd.Deden Deni Mahendra menambahkan, menurut hasil riset Kominfo tahun 2022 menunjukkan 62% anak usia 5-12 tahun di Indonesia sudah terpapar gadget lebih dari 2 jam per hari.
"Dampak dari kecanduan HP pada anak. Perkembangan bahasa dan sosial terhambat (anak kurang komunikasi tatap muka). Rentan gangguan konsentrasi dan belajar. Pola tidur terganggu. Emosi tidak stabil jika dilarang (mudah tantrum)," ujarnya.Menurut Psikologi perkembangan (Erikson tahap 2-5 tahun):
Anak usia dini sedang belajar mengendalikan emosi, wajar muncul perilaku marah, menangis, menolak atau tantrum.
Penyebab anak sering marah karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi (lapar, lelah, kurang perhatian). Menerima perilaku orang tua/lingkungan. Tidak mampu mengekspresikan dengan kata kata. Kecanduan gadget, frustasi saat dilarang.l, tutup Deden Deni Mahendra M. Pd.Sementara pemateri II Diah Mustika Kusnia SGz menekankan pentingnya memberikan makanan berprotein tinggiserta memenuhi kebutuhan gizi. "Kebutuhan gizi anak usia dini sangatlah penting untuk mencerdaskan serta memparkuat kekebalan tubuh pada anak agar terhindar dari berbagai penyakit," ujar, Diah Mustika Kurnia, SGz.
Acara seminar berlangsung sangat baik di padu dengan kegiatan positif serta di akhiri dengan foto bersama dengan tujuan jangka panjang agar menciptakan anak- anak generasi mendatang berkualitas menuju karawang maju.(R02).
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News