Gubernur Bobby Nasution Dukung Penuh Siswa Sumut Wakili Indonesia di Olimpiade Sains Internasional di Rusia
Gubernur Bobby Nasution Dukung Penuh Siswa Sumut Wakili Indonesia di Olimpiade Sains Internasional di Rusia
kota
Baca Juga:Oleh: H. Syahrir Nasution
Ada ironi besar yang terus menghantui perjalanan bangsa ini: Indonesia dikenal sebagai negeri kaya raya, namun rakyatnya tetap miskin. Dari Sabang sampai Merauke, sumber daya alam terhampar luas — hutan, tambang, laut, dan tanah subur. Tetapi di balik kemegahan itu, jutaan rakyat masih berjuang sekadar untuk hidup layak. Mengapa ini terjadi? Jawabannya sederhana namun menyakitkan: kita mengekspor kekayaan, tetapi mengimpor kemiskinan.
Fenomena ini bukan sekadar kiasan. Ia adalah realitas yang menampar kesadaran kolektif bangsa. Kekayaan alam kita — batu bara, minyak, gas, nikel, dan hasil bumi lainnya — mengalir ke luar negeri, diekspor dengan harga murah. Namun, ketika kembali ke negeri sendiri dalam bentuk barang olahan atau produk industri, nilainya berlipat-lipat. Sementara rakyat di sekitar sumber kekayaan itu tetap hidup dalam keterbatasan, menatap dengan getir hasil bumi yang tak pernah mereka nikmati.
Inilah yang dulu diulas Prabowo Subianto dalam bukunya "Paradox Indonesia". Sebuah refleksi tajam tentang ketimpangan struktural: negara kaya sumber daya, tetapi miskin nilai tambah. Setelah ditelaah secara seksama, terbukti bahwa persoalan utama bukan pada kurangnya sumber daya, melainkan pada sistem pengelolaan dan mentalitas ekonomi kolonial yang masih bercokol hingga kini.
Rakyat di pedesaan dan pinggiran kota semakin terjepit. Harga kebutuhan pokok naik, sementara lapangan pekerjaan menyempit. Istilah "Empat Sehat Lima Sempurna" kini hanya menjadi nostalgia. Yang tersisa justru kondisi miris: "Empat Tak Sehat Lima Tak Dapat Berutang." Ironi ini menggambarkan betapa beratnya beban hidup rakyat kecil yang bahkan untuk sekadar makan bergizi pun menjadi kemewahan.
Paradoks ini harus segera diputus. Pemerintah harus berani menata ulang arah pembangunan nasional — bukan hanya berorientasi pada ekspor bahan mentah, tapi mendorong hilirisasi, kemandirian ekonomi, dan pemerataan hasil pembangunan. Pendidikan harus menumbuhkan kesadaran produktif, bukan sekadar menjadi alat mencari pekerjaan. Dan yang paling penting, moralitas pengelola negara harus dikembalikan pada semangat pengabdian, bukan penghisapan.
Indonesia tidak kekurangan kekayaan. Yang kita butuhkan adalah keberanian untuk mengelolanya dengan benar dan keadilan untuk membaginya dengan merata. Jika tidak, kita akan terus menjadi bangsa yang "mengekspor kekayaan dan mengimpor kemiskinan" — sebuah paradoks yang semakin menyakitkan dari generasi ke generasi.rel
Gubernur Bobby Nasution Dukung Penuh Siswa Sumut Wakili Indonesia di Olimpiade Sains Internasional di Rusia
kota
Kasus Dugaan Pungli ASN Deliserdang Jadi Atensi Presiden, Gubernur Bobby Nasution Panggil Bupati
kota
Bupati Bersama Wabup Pakpak Bharat Melaksanakan Rakor Dengan MCSP
kota
Pemkab.Pakpak Bharat Salurkan Bersama Perum Bulog Salurkan Beras Dan Minyak Goreng
kota
sumut24.co Kabupaten Solok, Tindak lanjuti pengaduan masyarakat, Kapolres Solok, Kapolres Solok, AKBP MasUd Ahmad, S.IK, M. Si melalui Kas
News
sumut24.co Tanjungbalai, Empat kawanan spesialis pencuri dijebloskan kedalam sel tahanan mereka ditangkap Polisi tanpa perlawanan dilokasi
News
Medan SUMUT24.CO Dalam upaya mendukung program kebersihan dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan, Tani Merdeka Indonesia (TMI) Kota
News
Demi Kamtibmas Yang Kondusif, Polresta Deli Serdang Gencarkan Patroli Presisi
kota
Warga Resah, Polisi Bertindak! Judi Tembak Ikan di Batang Onang Digerebek Tim Opsnal Polres Tapsel
kota
Pemkab Madina dan PMI Serahkan Bantuan kepada Korban Kebakaran di Tebing Tinggi
kota