Rakornis TP PKK Asahan Jadi Momentum Penyelarasan Program Menuju Asahan Maju dan Berkelanjutan
sumut24.co ASAHAN, Sinergi menjadi kunci utama dalam membangun keluarga yang berdaya dan sejahtera. Semangat inilah yang tampak dalam pelak
News
Baca Juga:
"Pelacuran pendidikan tinggi menghancurkan masa depan generasi muda bangsa."
Ungkapan ini bukan sekadar kritik emosional, melainkan peringatan keras terhadap kerusakan nilai yang kini merajalela di dunia akademik Indonesia.
Sesungguhnya, tidak ada urusan polisi terhadap ijazah seseorang. Ijazah adalah domain dunia kampus dan komunitas ilmuwan (scientist), bukan ranah hukum pidana. Namun anehnya, dalam beberapa tahun terakhir, di negeri ini, segala hal — bahkan urusan akademik — ditarik-tarik ke ranah hukum dan dijadikan alat politisasi kekuasaan.
Fenomena ini menggambarkan betapa kekuasaan telah masuk terlalu jauh ke dalam ruang akademik. Isu ijazah dijadikan senjata politik, bukan demi kebenaran ilmiah, tetapi demi menutupi hal-hal lain yang lebih besar dan sensitif. Ketika persoalan akademik dicampuradukkan dengan kepentingan politik, maka hilanglah objektivitas dan integritas lembaga pendidikan itu sendiri.
Yang lebih menyedihkan, kampus tidak lagi menjadi benteng moral dan komunitas intelektual. Dunia akademik yang dulu dihormati karena menjunjung etika, karakter, dan prinsip keilmuan kini justru terperangkap dalam nafsu duniawi. Banyak kampus ternama tergelincir ke dalam kubangan kepentingan material dan politik, termasuk Universitas Sumatera Utara (USU), yang kini disorot karena dinilai telah terperosok ke dalam praktik yang disebut "pelacuran pendidikan tinggi."
Istilah ini mencerminkan kondisi ketika pendidikan tinggi kehilangan kesuciannya sebagai tempat pencarian ilmu dan kebenaran. Gelar akademik, jabatan rektor, dan status profesor sering kali menjadi alat tawar menawar kekuasaan. Akibatnya, generasi muda bangsa yang menimba ilmu justru mewarisi sistem yang cacat nilai.
Fenomena ini tidak terjadi dalam semalam. Sejak dua dekade terakhir setelah berakhirnya rezim lama, muncul paradoks baru: kebebasan akademik yang seharusnya melahirkan pemikir merdeka justru melahirkan intelektual yang "mengecilkan dirinya sendiri." Banyak guru besar dan dosen bergelar tinggi yang kini kehilangan keberanian moral. Mereka tunduk pada arus politik dan kepentingan sesaat, bukan lagi pada nurani akademik.
Bangsa ini tengah menghadapi bahaya besar — ketika kampus tidak lagi menjadi penjaga akal sehat publik. Jika dunia akademik terus dibiarkan dalam arus politisasi dan komersialisasi, maka masa depan bangsa akan rapuh.
Karena itu, sudah saatnya kampus-kampus di Indonesia melakukan introspeksi. Pendidikan tinggi harus kembali ke jalannya yang sejati: menjaga moral, menegakkan integritas, dan melahirkan generasi berkarakter.
Jangan biarkan universitas menjadi tempat "melacurkan" kehormatan intelektual demi kepentingan kekuasaan. Sebab, ketika pendidikan tinggi kehilangan nilai, maka bangsa kehilangan masa depannya.
sumut24.co ASAHAN, Sinergi menjadi kunci utama dalam membangun keluarga yang berdaya dan sejahtera. Semangat inilah yang tampak dalam pelak
News
sumut24.co MEDAN, Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) sekaligus tokoh pendidikan nasional, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., tampil
Kota
sumut24.co ASAHAN, Langkah nyata dalam mendukung pemenuhan gizi masyarakat terus dilakukan di Kabupaten Asahan.Hal ini ditandai dengan kunj
kota
Kinerja Bank Sumut Tumbuh Positif, Aset Capai Rp38,78 Triliun per September 2025
kota
Mengembalikan Semangat dan Menjaga Warisan Kota Medan,
kota
Pembangunan Kabupaten Solok Tahun 2025&ndash2026, Nilai Total Capai Rp.136 Miliar
kota
Aroma Propaganda dan Dana Desa, Wali Gurun Dikepung Sorotan Publik
kota
1.037 ASN dan Non ASN Terlibat Judol, Gubernur Sumut Pengecekan dari Kapan Bermain Hingga Transaksi
kota
Kejati Sumut Geledah Dinas Pendidikan dan BPKAD Tebing Tinggi, Telusuri Dugaan Korupsi Proyek Smartboard SMP Negeri
kota
sumut24.co Tebingtinggi, Tim Penyidik Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) menggeledah kantor BPKPD Kota Tebingtinggi, Kamis (30/10)
News