
ARMED-10: Hasyim SE Bukan Sekadar Politisi, Tapi Pemersatu yang Menyatukan Medan dalam Harmoni
ARMED10 Hasyim SE Bukan Sekadar Politisi, Tapi Pemersatu yang Menyatukan Medan dalam Harmoni
kotaBaca Juga:
Oleh: H Syahrir Nasution
Di negeri ini muncul istilah baru: "Pembohong Nasional." Entah siapa yang pertama kali menciptakan istilah ini, namun seolah menjadi cermin bagi kondisi moral bangsa hari ini. Kebohongan bukan lagi dianggap aib, melainkan telah menjadi bagian dari strategi dan bahkan kebiasaan dalam kehidupan sosial, politik, dan kekuasaan.
Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada seorang pemuda, "La Takdzib" — jangan berdusta. Satu pesan singkat, namun memiliki makna yang sangat dalam. Sebab, kebohongan adalah pintu pertama dari segala kejahatan. Ketika seseorang berani berbohong, maka ia sedang membuka jalan bagi dosa-dosa berikutnya: pengkhianatan, penipuan, korupsi, dan segala bentuk kemungkaran lainnya.
Pepatah mengatakan, "Satu kebohongan yang terpelihara akan melahirkan kebohongan baru." Begitulah rantai kebohongan bekerja. Ia tumbuh, beranak-pinak, dan pada akhirnya menciptakan sistem yang terbiasa hidup di dalam dusta. Kita pun menjadi bangsa yang terbiasa menutup mata terhadap kebenaran dan memaafkan kebohongan, terutama jika pelakunya memiliki kekuasaan.
Indonesia sering disebut sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi — tanahnya subur dan sumber daya alamnya melimpah. Namun di balik itu, rakyatnya masih jauh dari sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah karena kebohongan terus dipelihara. Rakyat terus dijejali janji manis tanpa realisasi, dan setiap pemimpin datang dengan harapan baru yang seringkali berujung pada kekecewaan lama.
Lebih menyedihkan lagi, bangsa ini tampak memiliki "hikayat tentang rakyat yang senang ditipu." Kita mudah melupakan penipuan masa lalu, terutama bila pelakunya memiliki kekuasaan atau popularitas. Mereka yang menipu bangsanya seolah mendapat balas jasa, bukan hukuman. Dan bahkan hingga akhir hayatnya, mereka tidak pernah menyesali kebohongan yang telah dilakukan berulang kali.
Kebohongan bukan sekadar masalah moral pribadi, tapi sudah menjadi penyakit sosial. Ia merusak kepercayaan, menghancurkan tatanan nilai, dan menjauhkan bangsa ini dari keadilan serta kebenaran. Bila kita terus membiarkan kebohongan hidup di sekitar kita, maka sesungguhnya kita sedang menggali kubur bagi moralitas bangsa sendiri.
Sudah saatnya kita kembali kepada pesan Nabi: "La Takdzib." Jangan berdusta — sekecil apa pun. Sebab dari kejujuranlah lahir keadilan, dan dari keadilanlah tumbuh kesejahteraan yang hakiki.
ARMED10 Hasyim SE Bukan Sekadar Politisi, Tapi Pemersatu yang Menyatukan Medan dalam Harmoni
kotaFakta Mengejutkan di Sidang Kasus Suap Jalan Rp96 Miliar Tim Media Gubernur Sumut Diduga Dilibatkan dalam Survei Proyek
kotasumut24.co LAGUBOTI, Wakil Bupati Toba Audi Murphy O. Sitorus dengan tegas memerintahkan Dinas Pertanian dan tenaga penyuluh untuk memberi
Newssumut24.co TOBA, Penerapan presensi online bagi aparatur sipil negara (ASN) dinlingkugan pemerintah kabupaten Toba yang diberlakukan sejak
NewsMedan sumut24.co Penyidik Polsek Medan Tembung Aipda AS Diduga tidak profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi (tufoksi) Polri sebaga
Hukumsumut24.co Tapsel, Dalam mendukung program swasembada pangan nasional 2025, Polres Tapanuli Selatan (Tapsel) menggelar penanaman jagung ser
NewsPembohong Nasional dan Budaya Menipu yang Dipelihara
kotasumut24.co Paluta, Komitmen untuk memerangi narkoba semakin diperkuat. Polres Tapanuli Selatan (Tapsel) bersama Forum Koordinasi Pimpinan D
Newssumut24.co MEDAN, Mahasiswa Latihan Kerja Peminatan (LKP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), kh
kotaIndonesia dan Tantangan Bonus Demografi Antara Peluang dan Ancaman
kota