Kamis, 09 Oktober 2025

Pembohong Nasional dan Budaya Menipu yang Dipelihara

Administrator - Kamis, 09 Oktober 2025 13:21 WIB
Pembohong Nasional dan Budaya Menipu yang Dipelihara
Istimewa
Baca Juga:

Oleh: H Syahrir Nasution

Di negeri ini muncul istilah baru: "Pembohong Nasional." Entah siapa yang pertama kali menciptakan istilah ini, namun seolah menjadi cermin bagi kondisi moral bangsa hari ini. Kebohongan bukan lagi dianggap aib, melainkan telah menjadi bagian dari strategi dan bahkan kebiasaan dalam kehidupan sosial, politik, dan kekuasaan.

Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada seorang pemuda, "La Takdzib" — jangan berdusta. Satu pesan singkat, namun memiliki makna yang sangat dalam. Sebab, kebohongan adalah pintu pertama dari segala kejahatan. Ketika seseorang berani berbohong, maka ia sedang membuka jalan bagi dosa-dosa berikutnya: pengkhianatan, penipuan, korupsi, dan segala bentuk kemungkaran lainnya.

Pepatah mengatakan, "Satu kebohongan yang terpelihara akan melahirkan kebohongan baru." Begitulah rantai kebohongan bekerja. Ia tumbuh, beranak-pinak, dan pada akhirnya menciptakan sistem yang terbiasa hidup di dalam dusta. Kita pun menjadi bangsa yang terbiasa menutup mata terhadap kebenaran dan memaafkan kebohongan, terutama jika pelakunya memiliki kekuasaan.

Indonesia sering disebut sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi — tanahnya subur dan sumber daya alamnya melimpah. Namun di balik itu, rakyatnya masih jauh dari sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah karena kebohongan terus dipelihara. Rakyat terus dijejali janji manis tanpa realisasi, dan setiap pemimpin datang dengan harapan baru yang seringkali berujung pada kekecewaan lama.

Lebih menyedihkan lagi, bangsa ini tampak memiliki "hikayat tentang rakyat yang senang ditipu." Kita mudah melupakan penipuan masa lalu, terutama bila pelakunya memiliki kekuasaan atau popularitas. Mereka yang menipu bangsanya seolah mendapat balas jasa, bukan hukuman. Dan bahkan hingga akhir hayatnya, mereka tidak pernah menyesali kebohongan yang telah dilakukan berulang kali.

Kebohongan bukan sekadar masalah moral pribadi, tapi sudah menjadi penyakit sosial. Ia merusak kepercayaan, menghancurkan tatanan nilai, dan menjauhkan bangsa ini dari keadilan serta kebenaran. Bila kita terus membiarkan kebohongan hidup di sekitar kita, maka sesungguhnya kita sedang menggali kubur bagi moralitas bangsa sendiri.

Sudah saatnya kita kembali kepada pesan Nabi: "La Takdzib." Jangan berdusta — sekecil apa pun. Sebab dari kejujuranlah lahir keadilan, dan dari keadilanlah tumbuh kesejahteraan yang hakiki.


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Ismail Nasution
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Wakil Bupati Asahan Saksikan Penampilan Seni Budaya Etnis Simalungun di PSBD ke-6
Disbudpar Toba Gelar Kajian Objek Diduga Cagar Budaya
JNE Resmi Jadi Official Logistics Partner Konser Snada Indonesia, Dukung Industri Musik dan Budaya
Momentum Maulid Nabi, Pemkab Asahan Terima Hibah Cagar Budaya Tempat Lahirnya MTQ Pertama di Indonesia
Pemkab Asahan Dukung Pelestarian Budaya Melayu
Pawai Budaya dan Tradisi Kota Agraris Meriahkan Acara Rang Solok Baralek Gadang.
komentar
beritaTerbaru