Rabu, 24 Desember 2025

“SERAKAH, RAKUS & CONGOK”

Administrator - Jumat, 13 Juni 2025 15:11 WIB
“SERAKAH, RAKUS & CONGOK”
Istimewa

Oleh: H. Syahrir Nasution

Baca Juga:

Tiga kata yang hampir sama makna dan pengertiannya bagi orang awam ini—serakah, rakus, dan congok—ternyata justru disenangi perilakunya oleh sebagian kalangan, termasuk oleh seorang Gubernur yang telah diangkat secara terhormat oleh rakyat untuk mengelola sebuah provinsi.

Akhir-akhir ini, ketiga kata tersebut menjadi trending topic di pemberitaan media cetak maupun media sosial. Bahkan, menjadi sorotan masyarakat di mana pun berita itu muncul.

Lantas, berita apa gerangan itu?
Pertanyaan ini menjadi buah bibir, baik di kalangan masyarakat terdidik maupun masyarakat awam di pelosok desa.

Apa sebenarnya isi berita yang membuatnya begitu heboh dan ramai diperbincangkan?

Yakni tentang seorang pejabat publik sekelas gubernur yang memiliki karakter serakah, rakus, dan congok. Jika kita memakai istilah dari etnis Mandailing, sifat seperti ini disebut "Na Okok". Bahkan ada lagi istilah yang lebih keras dan menggambarkan keserakahan tingkat dewa: "Durung Lamot" (Durlam).

Secara harfiah, Durlam menggambarkan seseorang yang ingin meraup semua yang ada di muka bumi ini. Seperti kata orang desa: "Sapu Ranjau", atau dalam istilah masyarakat pesisir: "Sapu Jagat"—apa pun disapunya, tak tersisa!

Jika rakyat miskin yang berperilaku seperti ini, mungkin masih bisa kita maklumi. Tapi saat perilaku tersebut justru menjangkiti elite pejabat tinggi di tingkat provinsi—itu luar biasa aneh!

Kelakuan seperti ini lazimnya dilakukan oleh makhluk lain di luar manusia. Padahal, manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna, berakal sehat, dan beradab.

Inilah rupanya yang menjadi topik panas dalam beberapa hari terakhir, khususnya di jagat pemberitaan Nusantara. Terutama di Provinsi Sumatera Utara.
Namun berbeda dengan di Serambi Mekah, Provinsi Aceh. Di sana, berita seperti ini dianggap bad news—karena masyarakatnya sangat menjunjung tinggi harga diri. Jika harga diri sudah tidak dihargai, maka segalanya menjadi tak bernilai.

Bak kata orang-orang bijak:

> "Manusia hanya berharga, jika ia bisa menghargai harga dirinya."

* Wakil Ketua Himpunan Keluarga Besar Mandailing Sumut

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
PLN UIP Sumbagut Raih Dua Penghargaan Bergengsi Pada Ajang ICA dan ISDA 2025
Pelantikan DPP PPMA Periode 2025–2029
USU Tutup 2025 Dengan Prestasi: 6 Penghargaan Di Anugerah Diktisaintek
Sekda Asahan Hadiri Wisuda Perdana Sarjana UMMAS Tahun 2025
Harga BBM Eceran Melejit Pascabanjir, Sat Reskrim Polres Padangsidimpuan Turun Tangan
Bupati Asahan Hadiri Rapat Paripurna Istimewa HUT Kabupaten Batubara ke-19 Tahun
komentar
beritaTerbaru