Medan | Sumut24
Hari Rabu 23 Maret ini H. Anif tepat berusia 77 tahun, pria yang lahir disebuah kampung bernama Perlanaan, Batubara 1939 silam tampak masih gagah disetiap kegiatan kegiatan sosial yang dihadirinya. Walau kehidupan masa kecilnya tak seindah saat ini, tetapi ayah sembilan anak, dengan 27 orang cucu dan 5 orang cicit ini tetap bersyukur.
“Banyak orang mengatakan saya pekerja yang gigih, berani mengambil tantangan, dan tidak takut gagal. Mungkin itu ada benarnya, karena memang sepertinya mustahil bisa sukses tanpa kegigihan. Namun sejujurnya saya akui, semua keberhasilan ini semata berkah dan anugerah Allah SWT. Dalam perjalanan kehidupan saya, seringkali saya seperti diberi jalan, dituntun untuk mengambil keputusan dan pilihan yang tepat, walaupun bagi banyak orang, pilihan itu terlalu beresiko. Tetapi dari kecil ayah saya selalu mengajarkan, jangan pernah mundur jika kamu yakin langkah yang kamu ambil benar,” kata H Anif dalam sebuah kesempatan berbincang-bincang.
Dari limpahan anugerah yang diberikan Allah SWT pula, H Anif selalu ingin membagi kembali berkah itu kepada mereka yang membutuhkan, dan lebih dari itu, untuk ikut serta berperan, sekecil apapun peran itu, membangun masa depan bangsa.
“Karena itu, saya sangat antusias untuk terlibat dalam upaya pendidikan anak bangsa. Saya sudah menjelajahi banyak negeri, terutama negara-negara maju, dan akhirnya saya berkesimpulan, kemajuan mereka terutama sekali dimungkinkan oleh kualitas pendidikan. Generasi muda mereka umumnya terdidik dengan baik, menguasai teknologi, siap pakai dalam persaingan global,” katanya.
Karena itu, meski dirinya sendiri sesungguhnya anak putus sekolah, H Anif tercatat sudah menyumbang gedung perkuliahan di Unimed dan USU, serta di UIN Sumut yang kini sedang dalam proses pengerjaan. Belum lagi bantuan membangun sejumlah sekolah dan lembaga pendidikan, mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi.
Tidak saja di bidang pendidikan, dia juga dikenal getol menyumbang di sektor keagamaan, seperti membangun masjid dan rumah ibadah agama lain, madrasah, dan tentu saja yang dianggap cukup fenomenal dan belakangan tercatat di Rekor MURI, armada mobil pembersih masjid gratis, yang sanggup membersihkan tak kurang dari 1.500 masjid di wilayah Medan dan sekitarnya, setiap bulannya.
Baru-baru ini, Anif juga dengan spontan, menyatakan akan membangun menara Masjid Agung Medan, yang diperkirakan akan menelan biaya puluhan miliar. Sebagian besar masyarakat tentu berbesar hati dengan sumbangan itu. Namun ada juga segelintir orang yang meniupkan berbagai spekulasi bahkan isu-isu absurd, yang menggambarkan seolah-olah H Anif menyimpan niat tertentu dengan semua pemberian bantuan itu.
Belakangan, cukup gencar pula sekelompok orang yang melempar berbagai macam fitnah dan isu tak berdasar, yang mengait-ngaitkan berbagai macam kasus dengan dirinya. “Awalnya, saya sebenarnya tak terlalu ambil pusing. Saya sudah menghadapi tantangan yang lebih besar daripada sekadar fitnah yang dilempar orang-orang pengecut, yang tak berani muncul face to face dengan saya,” kata dia.
“Berhadapan langsung dengan bad guy-nya pun saya sudah sering, dan dengan izin Allah saya menang. Tetapi teman-teman dekat punya pandangan lain. Menurut mereka, membiar-biarkan yang salah, bisa jadi sebuah kesalahan juga. Fitnah, jika tak dijawab, jika tidak direspon, bisa-bisa diterima publik sebagai kebenaran. Maka saya memberi respon, dengan mengambil jalur hukum, setelah cukup lama berdiam diri,” katanya.
Menurut Anif, era keterbukaan sekarang punya banyak hal positif. Masyarakat jadi punya kesempatan untuk menyuarakan isi hati mereka tanpa harus takut dengan penguasa. “Namun ada penumpang gelap dalam keterbukaan itu. Orang-orang yang memanfaatkannya untuk menyebarkan fitnah. Nah, itu harus dilawan, tentu saja dengan jalur hukum, karena kita sudah sepakat, semua orang harus menjunjung tinggi hukum. Tidak boleh ada yang bertindak di luar hukum,” tambah Anif lagi.
Ketika ditanya soal pemberitaan di berbagai media, Anif merasa pada umumnya masih positif. “Kalau yang benar-benar media, kalau wartawannya memang mengerti peraturan, mereka pasti menerbitkan berita yang baik, berdasarkan fakta, berimbang. Masalahnya, sekarang siapapun bisa membuat koran, membuat media online, menggunakan media sosial. Jadinya, memang banyak yang asal-asalan. Saya sendiri sangat menghargai orang-orang media. Saya punya banyak sahabat dekat dari kalangan wartawan,” tuturnya.
Anif sendiri sudah berketetapan hati, berbagai gelombang fitnah yang menerpanya sama sekali tidak mempengaruhi niatnya untuk tetap berbagi berkah dan anugerah. “Saya yakin, itu semua cobaan dari Allah SWT, untuk menguji apakah hanya karena fitnah kita jadi menyerah? Kurang hebat apa fitnah yang diterima Nabi Muhammad dan utusan-utusan Allah yang lainnya? Tetapi mereka tidak mundur karena itu, dan oleh karena itu mereka mendapat ridha Allah,” pungkasnya.
Selamat ulang tahun, Pak Anif. Sehat selalu, murah rezeki dan teruslah berkarya, agar sentiasa bisa berbagi anugerah…