Peletakan Batu Pertama Gedung Kuliah Bersama H Anif UINSU H. Anif : “Ayah Saya Sangat Menekankan Pentingnya Pendidikan”

MEDAN | SUMUT24

Ketua Dewan Penyantun UINSU H Anif menegaskan, bantuan pembangunan gedung baru ini, semata-mata tulus tidak ada maksud apapun.

“Ini adalah bagian dari wujud rasa syukur dan ingin mengembangkan dunia pendidikan Islam khususnya,” tegasnya H. Anif pada peletakan batu pertama Gedung Kuliah Bersama H Anif di Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Jalan Sutomo Ujung, Jumat (15/1) lalu.

Dalam peletakan batu pertama ini, dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Rektor UINSU, Prof Dr H Nur Ahmad Fadhil Lubis, tokoh masyarakat Rahmat Shah, anggota DPR RI H Asrul Azwar, Tuan Guru Besilam Syekh H Hasyim Syarwani, alim ulama dan sejumlah perwakilan SKPD (Satuan Kepala Perangkat Daerah).

H. Anif menambahkan, dengan adanya gedung baru ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan dunia pendidikan Islam.

“Peningkatan pendidikan ini sangat perlu bagi masyarakat untuk merubah hidupnya dan terpenting menjadikan bangsa ini lebih baik lagi,” ujar H Anif seraya berujar, “Ayah saya, berpesan kepada kami pentingnya pendidikan. Padahal di saat itu, orangtua kami miskin, tapi dia sangat menekankan kepada kami untuk sekolah.

Oleh karena itu, kepada adik-adik mahasiswa saya berpesan manfaatkanlah gedung ini, timbalah ilmu sebanyak-banyaknya agar kelak kamu menjadi orang yang berguna,” pesan Anif.

Dia juga berkata, masalah pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Tetapi, masyarakat juga berperan dan merupakan tanggung jawab bersama.

“Dihimbau kepada generasi penerus agar belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh. Jangan sampai tertinggal dengan negara lainnya. Untuk itu, berjanjilah generasi penerus bangsa melanjutkan cita-cita para pendahulu kita,” kata H Anif.

Sementara Rektor UINSU, Prof Dr H Nur Ahmad Fadhil Lubis mengatakan, dibangunnya gedung baru tersebut tentunya sangat bermanfaat mendukung aktivitas perkuliahan di Kampus UINSU. Sebab, saat ini UINSU membutuhkan sarana dan prasarana tambahan.

Menurutnya, animo masyarakat Sumut dan bahkan daerah lain hingga negara lain yang ingin mengenyam pendidikan di UINSU mengalami peningkatan sekitar 20 persen pertahunnya. Pada tahun 2015, UINSU hanya mampu menampung 25 persen mahasiswa baru yang ingin mendaftar. Sementara 75 persennya dengan terpaksa ditolak karena kekurangan sarana dan prasarana perkuliahan.

“Kemurahan hati Ketua Dewan Penyantun UINSU, H Anif, untuk mewakafkan sebuah gedung tersebut datang pada waktu yang sangat tepat. Tentunya, gedung yang akan dibangun ini memberi manfaat yang sangat besar dalam mendukung aktivitas perkuliahan,” kata Nur Ahmad.

Ia menambahkan, tak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan gedung baru yang dibangun H Anif. Semoga apa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah dan keberkahan hidup kepada keluarga besar H Anif.

“Gedung ini nantinya akan terus terus-menerus menjadi amal jariyah keluarga besar H Anif,” tutur Rektor UINSU ini.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menyampaikan, perkembangan perguruan tinggi negeri keagamaan beberapa tahun belakangan ini sudah sangat luar biasa. Terdapat, 55 perguruan tinggi negeri Islam di Indonesia, sebagian dalam bentuk Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), Institut Agama Islam Neger (IAIN) dan Universitas Islam Negeri (UIN). Selain itu, terdapat juga 605 perguruan tinggi swasta Islam.

“Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perguruan tinggi Islam terbanyak di dunia. Ini tentunya patut disyukuri. Bentuk rasa syukur itu harus diungkap dengan bagaimana bisa menjaga dan memelihara warisan yang telah ditinggalkan dari para pendahulu kita, para guru atau orang tua kita, sambil terus berusaha dan mampu mengembangkan warisan tersebut,” kata Menteri Agama.

Lukman menuturkan, untuk diketahui dahulunya ketika ingin mendalami ilmu tentang agama Islam harus keluar dari tanah air dan belajar di negara Timur Tengah, seperti Mesir, Sudan, Yaman dan lainnya. Tak hanya itu, ke negara Eropa dan Amerika juga. Sebab, mereka mengembangkan pusat-pusat studi keislaman.

“Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, sudah sepatutnya memiliki perguruan tinggi berskala dunia. Mengapa, karena dunia telah mengetahui itu dan Indonesia sudah seharusnya bisa menjadi model atau alternatif, bagaimana nilai-nilai Islam itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini tentunya berbeda dengan penerapan nilai Islam di Timur Tengah, Eropa dan Amerika,” tutur Lukman.

Menurutnya, di Indonesia, Islam memiliki ke-khas-annya tersendiri dan mampu hidup ditengah-tengah keberagamaan ataupun kemajemukan.

“Sejak ratusan tahun yang lalu, Indonesia merupakan negara yang religius. Sebab, nilai agama selalu ditempatkan pada posisi yang paling penting, sehingga tak tergantikan dan ini yang dilihat dari negara lain,” sebut Lukman.

Ia melanjutkan, dengan dibangunnya gedung baru ini semoga dapat mengembangkan UINSU kedepannya hingga mampu membawa harum dunia pendidikaan Islam Indonesia di negara tetangga bahkan dunia. (nis)