Inflasi Meningkat Perekonomian Sumut Melambat

MEDAN | SUMUT24
Perekonomian Sumut pada 2015 tumbuh 5,10%. Meski tumbuh namun angka ini terus melambat dibandingkan tahun lalu sebesar 5,23%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, struktur perekonomian daerah ini didominasi tiga lapangan usaha yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan 22,01%, industri pengolahan 20,21% serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 17,43%.

Kepala BPS Sumut, Wien Kusdiatmono mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu perekonomian Sumut melambat. Bahkan tidak hanya dari tahun lalu, perlambatan sudah mulai terjadi dari 2012. “Perekonomian tetap bertumbuh namun melambat dengan sektor-sektor yang mendominasi pertumbuhan tetap,” katanya di Medan, kemarin.

Adapun penyebab perlambatan diantaranya adalah inflasi Sumut yang tercatat 1,71% yang lebih tinggi dari nasional 1,09%. Kemudian BI rate yang tetap 7,50 basis poin. Meskipun ada penurunan 0,25 basis poin dari 2014 namun angka itu dinilai tinggi ditengah perekonomian yang sedang lesu.

“Ditambah lagi kondisi IHSG yang pada akhir tahun lalu melemah hingga minus 12,14%. Kemudian laju kredit juga melambat, cadangan devisa menipis dan lain sebagainya membuat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat,” ujarnya.

Pada 2015, bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, Sumut ditopang oleh tiga sektor yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 1,39% diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 0,77% dan industri pengolahan 0,70%. “Struktur perekonomian kita masih ditopang tiga sektor itu yang didominasi pertanian, kehutanan dan perikanan 22,01%, industri pengolahan 20,21% serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 17,43%,” jelasnya.

Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangg mengalami pertumbuhan sebesar 4,70% diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,96% dan pengeluaran konsumsi pemerintah 2,45%. “Dari sisi pengeluaran, struktur perekonomian Sumut didominasi komponen pengeluaran rumah tangga 53,54% diikuti PMTB 31,90% dan pengeluaran konsumsi pemerintah 7,65%,” ujarnya.

Namun meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun lalu menempati posisi lima tertinggi di Sumatera dengan kontribusi 22,09%. Posisi pertama ditempati Provinsi Riau sebesar 6,02% dengan kontribusi 25,21%. “Provinsi terendah pertumbuhan ekonominya di Sumatera adalah Aceh yaitu -0,72%,” paparnya.

Sementara Kepala Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah mengatakan, pertumbuhan ekonomi ini tidak jauh dari perkiraan BI sebelumnya yakni sebesar 5,19% dengan indikator belanja pemerintah yang mendominasi pengeluaran pada 2015. “Secara umum kami optimis melihat perekonomian tahun lalu,” ujarnya.

Begitu juga untuk tahun ini, konsumsi pemerintah masih akan mendorong perekonomian karena berbagai proyek infrastruktur sedang berjalan. “Indonesia dan Sumut khususnya masih akan ditopang faktor internal daripada eksternal karena proyek pemerintah sudah berjalan,” pungkasnya. (nis)